Sebelum masuk Islam, Abu Hafsh atau Umar bin Khattab Ra adalah salah seorang dari kaum kafir Quraisy yang paling ditakuti oleh orang-orang yang sudah memeluk Islam.
Dikutip dalam buku Umar bin Khattab Ra oleh Abdul Syukur Al-azizi disebutkan bahwa Umar dikenal sebagai orang yang memusuhi Islam dan tidak segan-segan menyiksa kaum muslimin secara kasar agar sudi untuk kembali menyembah berhala.
Sosoknya juga dikenal sebagai petarung handal dengan badan yang kekar, tinggi besar dan tatapan tajam yang seakan-akan siap menghancurkan lawan. Sikapnya juga keras, tegas dan tidak kenal ampun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada masa Jahiliah, ia sangat fanatik terhadap agama leluhurnya, bahkan sampai membuat berhala dari manisan kurma untuk disembah. Ketika ada orang yang mengancam agama nenek moyangnya itu maka ia tak akan tinggal diam. Hal ini pula yang ia lakukan ketika Rasulullah SAW menyebarkan agama Islam. Umar bin Khatab merasa terusik dengan kehadirannya.
Awal Mula Umar bin Khattab Masuk Islam
Ketika Suku Quraisy telah berkumpul, mereka mengatakan, "Siapakah yang akan membunuh Muhammad?" Umar dengan lantang menjawab, "Aku." Lalu Umar keluar sambil menghunus pedangnya menuju ke tempat Rasulullah SAW dan sejumlah sahabatnya yakni Abu Bakar, Ali dan Hamzah.
Dari rumah tujuan Umar pun hanya satu yakni ingin membunuh Nabi Muhammad. Di tengah perjalanan, Umar dihadang oleh Abdullah an-Nahham al-'Adawi.
"Hendak ke mana engkau, ya Umar?" tanya Abdullah.
"Aku hendak membunuh Muhammad," jawab Umar.
"Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah jika engkau membunuh Muhammad?"
"Jangan-jangan engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asalmu?" ledek Umar.
"Maukah engkau kutunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu wahai Umar, sesungguhnya saudara perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah meninggalkan agamamu dan beriman kepada agama Muhammad," kata Abdullah.
Mendengar hal itu, emosi Umar tak terbendung. Umar langsung pergi ke rumah saudarinya, Fatimah. Fatimah pun sedang belajar Al-Qur'an bersama Khabbab bin al-Arat. Mendengar saudarinya sedang membaca Al-Qur'an, Umar pun menendang dengan sangat keras sehingga Fatimah jatuh dan berdarah.
Namun Umar menyesal telah mencelakai saudaranya. Lalu Umar berkata, "Berikanlah mushaf kalian ini padaku, aku akan membacanya," katanya.
Saudarinya berkata,"Aku tidak akan memberikan."
"Mengapa? Padahal sesuatu yang kau katakan telah merasuk ke dalam hatiku. Berikan mushaf itu, aku ingin melihatnya. Apakah aku harus memberimu kepercayaan, bahwa aku tidak akan mengkhianatimu agar engkau mau menunjukkannya?" Fatimah menolak dan mengatakan bahwa Umar najis dan Al-Qur'an tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah bersuci.
Fatimah pun memerintahkan Umar untuk mandi. Lembaran berisi surat Thaha pun diberikan pada Umar. "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang." Umar berkomentar, "Ini adalah nama-nama yang sangat indah dan suci." Kemudian, Umar terus membaca surat Thaha. "Thaha. Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah," sampai firman-Nya,"(Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia yang mempunyai nama nama terbaik." (QS. Thaha: 1-8).
Surat ini terasa agung di dadanya. Umar berkata, "Apa karena ini orang Quraisy berpaling?" Ayat-ayat ini merasa agung di dalam dada Umar. Kemudian ia terus membaca,
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya Hari Kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka, sekali-kali janganlah kamu dipalingkan darinya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa." (QS. Thaha: 14-16).
Umar berkata,"Yang menyatakan demikian, hendaknya ia tidak disembah beserta dengan yang lainnya. Tunjukkan kepadaku dimana Muhammad berada!"
Mendengar ucapan Umar, Khabbab bin al-Arat keluar dari balik rumah dan berkata:"Bergembiralah wahai Umar, saya berharap doa Rasulullah SAW pada malam Kamis lalu adalah untukmu. Beliau berdoa: "Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai; Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam."
Kemudian Umar masuk Islam. Disebutkan dalam buku "Umar bin Khattab: 30 Hari Memahami Teladang sang singa berhati pualam" oleh A.R. Shohibul Ulum, saat Umar memasuki masjid dan dilihat kaum Quraisy-di mana Hamzah dan Umar ada di antara kedua barisan tersebut-, kaum Quraisy dirundung duka dan kesedihan. Saat itulah Nabi Muhammad menyebut Umar sebagai al-Faruq, sang pembeda.
(lus/erd)
Komentar Terbanyak
Ustaz Khalid Basalamah Buka Suara Usai Dipanggil KPK
Profil Reza Pahlavi, Keturunan Dinasti Terakhir Iran yang Siap Ganti Khamenei
Saat Perang Akhir Zaman Tiba, Sekutu Umat Islam Ini Akan Berkhianat