Peristiwa Perang Tabuk, Pertempuran di Kala Masa Sulit Kaum Muslimin

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Senin, 20 Nov 2023 05:45 WIB
Ilustrasi Perang Tabuk (Foto: Fauzan Kamil/detikcom)
Jakarta -

Perang Tabuk terjadi pada bulan Rajab. Pertempuran ini menjadi yang terakhir diikuti oleh Nabi Muhammad SAW.

Tabuk sendiri adalah sebutan untuk tempat yang terletak antara Wadil Qura dan Syam. Perang Tabuk juga disebut Ghazwah Al-Usrah yang bermakna Perang Kesulitan.

Menukil Sirah Nabawiyah susunan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, latar belakang terjadinya Perang Tabuk adalah keinginan Rasulullah SAW menyerang Romawi sebagai kekuatan militer terbesar di muka bumi pada masa itu, sehingga ajaran Islam dapat meluas. Keinginan sang Rasul muncul setelah dibunuhnya Al-Harits bin Umair di tangan Syuhrabil bin Amr Al-Ghasaani ketika Al-Harits membawa surat yang ditujukan kepada pemimpin Bushra.

Nabi Muhammad SAW mengirimkan satuan pasukan yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah yang nantinya bertempur dengan pasukan Romawi dalam peperangan besar dan meninggalkan pengaruh bagi bangsa Arab. Ketika Rasulullah memerintahkan kaum muslimin bersiap menyerang Romawi, keadaan mereka sedang dalam masa sulit.

Dikutip dari buku Perang Hunain dan Perang Tabuk yang diterjemahkan oleh Muhammad Ridha dan H. Anshori Umar Sitanggal Abu Farhan, dijelaskan bahwa Perang Tabuk terjadi pada bulan Rajab tahun ke-9 H. Dalam kalender Masehi diperkirakan terjadi antara bulan September-Oktober 630 M.

Rasulullah SAW memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan perbekalan dan menganjurkan umat Islam yang kaya untuk berinfak membiayai jihad di jalan Allah SWT.

Ketika Rasulullah hendak berangkat ke medan perang, cuaca terasa amat panas dan musim itu musim paceklik.

Rasulullah SAW tidak menggunakan metode tauriyah (sindiran) lagi mengenai tujuan keberangkatan, seperti yang biasa beliau lakukan pada peperangan sebelumnya. Kali ini beliau menjelaskan kepada para sahabatnya bahwa beliau hendak menghadapi bala tentara Romawi.

Begitu panasnya udara saat peristiwa Perang Tabuk, orang-orang menyembelih unta, lalu meminum air dalam kantong di perut kecilnya. Itulah sebabnya perang ini disebut juga Ghazwah Al-Usrah, yakni perang yang dilakukan dalam masa kesulitan dan kesempitan.

Kisah perang Tabuk dijelaskan dalam Al-Qur'an surah At-Taubah Ayat 117,

لَّقَد تَّابَ ٱللَّهُ عَلَى ٱلنَّبِىِّ وَٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُ فِى سَاعَةِ ٱلْعُسْرَةِ مِنۢ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِّنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّهُۥ بِهِمْ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Artinya: "Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka."

Perang antara kaum Muslimin dan bangsa Romawi tersebut berhasil dimenangkan oleh kaum muslimin. Meski dalam keadaan yang sulit, mereka berhasil memenangkan peperangan tersebut.

Setelah persiapan matang, pasukan muslim pun bergerak ke arah utara menuju Tabuk dengan membawa 30.000 prajurit, 10.000 lebih sedikit dibanding jumlah prajurit Romawi. Sekalipun begitu banyak sumbangan yang berhasil terkumpul, ternyata belum mencukupi untuk pasukan sebanyak itu.

Meskipun telah mendatangi kawasan Tabuk, pihak musuh kemudian mengajak berdamai dengan membayar upeti. Dengan ini, kemenangan berada di pihak kaum Muslim, kendati tidak sampai terjadi pertempuran.

Sejak peristiwa itu, pasukan muslim semakin digdaya karena berhasil mengalahkan imperium raksasa Romawi. Kabilah-kabilah Arab yang sebelumnya mendukung Romawi pun kini bergabung bersama pasukan muslim.



Simak Video "Video: Bahlil Lahadalia Salat Id di Masjid Ainul Hikmah Golkar"

(aeb/lus)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork