Kisah Juraij dan bayi yang dapat berbicara merupakan salah satu kisah menarik dalam Islam yang mengajarkan nilai-nilai keimanan, kejujuran, dan keadilan.
Dikutip dari buku Bukan Kisah Biasa karya Joko Susanto, Juraij merupakan ahli ibadah yang shahih di kalangan Bani Israil. Karena ketekunannya dalam sholat dan beribadah, ia mengabaikan ibunya selama tiga hari hingga membuat ibunya kesal.
Ketika sedang sholat, Juraij berkata, "Ya Allah, ibuku dan sholatku." Juraij pun memilih sholatnya. Karena kekesalan ibunya itu, ibu Juraij berdoa agar Allah SWT mendatangkan wanita pezina kepada Juraij.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari buku Tiga Bayi Bisa Bicara karya Al'Ajami Damahuri Khalifah, kemudian, datanglah seorang wanita pezina yang merayu Juraij. Namun, usaha wanita pezina itu gagal karena keimanan Juraij.
Karena putus asa, wanita pezina itu bersetubuh dengan seorang penggembala hingga melahirkan seorang bayi.
Setelah ia melahirkan bayi, ia kembali menemui Juraij dan menuduhnya bahwa bayi itu adalah anak Juraij. Karena itulah, masyarakat Bani Israel marah dan merobohkan tempat ibadah Juraij.
Juraij pun menghadapi cobaan itu dengan tenang. Ia pun meminta masyarakat Bani Israel untuk mendatangkan bayi itu, kemudian ia sholat dua rakaat.
Setelah sholat, Juraij mendekati bayi itu dan menekan perutnya sambil berkata, "Hai ghulam, siapa sebenarnya bapakmu?" Bayi tersebut menjawab, "Fulan, si penggembala kambing."
Para masyarakat Bani Israel terkejut dan terkesan oleh kejadian tersebut. Mereka meminta maaf kepada Juraij.
Mereka pun hendak membangun kembali tempat ibadah Juraij dengan emas, namun Juraij hanya meminta mereka untuk membangunnya dengan tanah seperti sebelumnya.
Pelajaran dari Kisah Juraij dan Bayi yang Dapat Berbicara
Kisah Juraij dan bayi yang dapat berbicara mengandung beberapa pelajaran seperti yang terdapat dalam buku Bukan Kisah Biasa karya Joko Susanto,
Selalu bertaqwa kepada Allah SWT
Allah SWT akan menyelamatkan hambanya karena seshalihan dan ketaqwaannya, sebagaimana Dia menyelamatkan Juraij dan membebaskannya dari tuduhan yang ditujukan kepadanya.
Hati-hati dengan tuduhan tanpa bukti
Kisah tersebut menunjukkan pentingnya berhati-hati dalam mempercayai tuduhan terhadap seseorang tanpa bukti yang cukup. Masyarakat Bani Israel telah menuduh Juraij tanpa adanya bukti yang konkret.
Memaafkan kesalahan sesama
Islam telah mengajarkan pentingnya memaafkan kesalahan orang lain dan memberikan kesempatan untuk beribadah. Pada kisah di atas, Juraij pun menerima permintaan maaf dari kaum Bani Israel yang telah menuduhnya dan menghancurkan tempat beribadahnya.
Meminta maaf jika melakukan kesalahan
Hendaknya meminta maaf jika terdapat melakukan kesalahan kepada siapapun. Seperti yang kaum Bani Israel lakukan, mereka meminta maaf kepada Juraij karena telah menuduh dan menghancurkan tempat ibadahnya. Mereka pun hendak membangun tempat ibadah baru untuk Juraij.
Kebenaran dan keadilan selalu ditegakkan
Allah SWT Maha Adil dan Maha Mengetahui. Segala perbuatan umatnya akan diketahui oleh-Nya. Seperti yang Juraij hadapi, meskipun ia dihadapkan dengan situasi yang sulit, ia tetap teguh pada prinsipnya dan mempercayakan segalanya kepada Allah SWT.
Medoakan anak dengan kebaikan
Dalam kisah ini juga dapat diambil pelajaran bagi para orang tua agar senantiasa memberikan doa-doa baik untuk anaknya. Jangan sampai emosi dan kemarahan membuat orang tua mendoakan keburukan pada anaknya.
(dvs/dvs)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana