Nabi Yahya AS adalah putra dari Nabi Zakaria. Kisah mengenai kehidupan Nabi Yahya diabadikan dalam Al-Qur'an surat Maryam.
Dalam surat tersebut, Nabi Yahya dikatakan sebagai anak yang dididik baik sejak kecil dan terpelihara dari segala perbuatan syirik serta maksiat. Bahkan, Nabi Yahya diberikan mukjizat hafal kitab sejak usia kanak-kanak, sebagaimana tertuang pada surat Maryam ayat 12-13.
يَٰيَحْيَىٰ خُذِ ٱلْكِتَٰبَ بِقُوَّةٍ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ ٱلْحُكْمَ صَبِيًّا
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arab latin: Yā yaḥyā khużil-kitāba biquwwah, wa ātaināhul-ḥukma ṣabiyyā
Artinya: "Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak," (QS Maryam: 12)
وَحَنَانًا مِّن لَّدُنَّا وَزَكَوٰةً ۖ وَكَانَ تَقِيًّا
Arab latin: Wa ḥanānam mil ladunnā wa zakāh, wa kāna taqiyyā
Artinya: "Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa," (QS Maryam: 13)
Selain itu, Nabi Yahya juga dikisahkan sebagai seorang anak yang taat kepada kedua orang tuanya. Sifatnya baik, tidak sombong maupun durhaka.
Kelahiran Nabi Yahya sendiri yakni ketika sang ayah di usia senja. Dengan demikian, Nabi Yahya menjadi penerus dakwah Nabi Zakaria kepada kaum Bani Israil.
Mengutip dari buku 25 Kisah Nabi dan Rasul yang ditulis oleh Aan Wulandari, Nabi Yahya AS berbeda dengan anak-anak seumurnya. Alih-alih gemar bermain, beliau justru memanfaatkan waktunya untuk beribadah.
Suatu ketika, terdapat seorang anak yang mendatanginya seraya berkata, "Wahai, Yahya! Kemarilah, mari kita bermain,"
Maka, Nabi Yahya menjawab, "Kita tidaklah diciptakan untuk bermain, tetapi diciptakan untuk beribadah kepada Allah,"
Sebagai utusan Allah SWT, Nabi Yahya merupakan sosok penyayang terhadap sesamanya. Beliau tidak pernah membedakan antara kaya, miskin, bahkan makhluk-makhluk lain seperti hewan atau tumbuhan.
Nabi Yahya adalah seorang nabi yang memiliki hati bersih. Jangankan berbuat dosa, ingin melakukan dosa saja tidak pernah, karena beliau sama sekali tidak ada keinginan untuk mengerjakannya, ini sesuai dengan sebuah hadits yang berbunyi:
"Tidak ada seorang pun dari anak cucu Adam melainkan pernah berbuat dosa atau berkeinginan berbuat dosa selain Yahya bin Zakaria," (HR Ahmad).
Wafatnya Nabi Yahya karena menegakkan syariat. Ia mengingatkan kaumnya agar menyembah Allah dan menganjurkan mereka untuk segera bertobat apabila berdosa.
Saking berani dan tegasnya, Nabi Yahya menyampaikan ajaran Allah kepada siapa saja, bahkan seorang raja sekalipun.
Disebutkan dalam buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul oleh Ahmad Fatih SPd, raja yang bernama Herodus itu ingin menikahi anak tirinya. Lantas Nabi Yahya mengingatkan raja tersebut bahwa pernikahan itu haram dan dilarang untuk dilaksanakan, karena dalam kitab Taurat sangat jelas Allah melarang pernikahan dengan mahram.
Raja yang marah dan tidak suka lantas memerintahkan pengawalnya untuk membunuh Nabi Yahya. Beliau akhirnya wafat dalam menegakkan syariat Islam.
(aeb/erd)












































Komentar Terbanyak
Ma'ruf Amin Dukung Renovasi Ponpes Pakai APBN: Banyak Anak Bangsa di Sana
Gus Irfan soal Umrah Mandiri: Pemerintah Saudi Izinkan, Masa Kita Larang?
Kisah Jemaah Umrah Mandiri Tanpa Agen Travel: Lebih Fleksibel, Hemat