Prijanto dalam bukunya yang berjudul Nilai, menjelaskan bahwa perang khandaq merupakan perang untuk menghadapi musuh yang sangat besar agar kota Madinah dapat dipertahankan. Strategi dalam perang Khandaq diusulkan oleh Salman Al-Farisi yang diputuskan oleh Rasulullah setelah melalui perdebatan yang panjang. Perang Khandaq juga dijelaskan dalam Al-Qur'an dalam surah Al-Ahzab, Hud, Ar-Rad, Maryam, Shad, Ghafir, dan Az-Zukhruf.
Dalam perang tersebut, Salman Al-Farisi mengusulkan untuk menggali parit di sekitar kota Madinah dengan panjang parit kurang lebih 5,544 meter, lebar kurang lebih 4,62 meter, dan kedalaman parit 3,324 meter. Perang khandaq juga disebut sebagai perang Parit.
Latar Belakang Perang Khandaq
Melansir pada buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah oleh H. Abu Achmadi dan Sungarso, perang Khandaq terjadi pada bulan syawal tahun ke-6 H yang terletak di sebelah utara kota Madinah. Latar belakang terjadinya perang Khandaq adalah adanya rasa dendam kaum Yahudi dari suku Bani Nadhir yang terusir oleh pasukan Islam dari Madinah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, mereka berusaha menghasut kafir Quraisy Makkah agar mau bersekutu dengan mereka untuk memerangi umat Islam di Madinah. Dalam perang ini, pasukan gabungan kaum kafir memiliki kekuatan bala tentara mencapai 10.000 orang. Sedangkan, pasukan muslimin Madinah memiliki bala tentara sebanyak 3.000 orang.
Jalannya Perang Khandaq
Sebelum perang dimulai, Rasulullah SAW mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya. Salah satunya adalah Salman Al-Farisi yang mengajukan usul agar perang dilakukan dengan cara bertahan di dalam kota Madinah dengan sekeliling kota dipagari dengan parit-parit yang lebar dan dalam.
Selesai musyawarah, Rasulullah SAW segera memimpin penggalian. Tidak lebih dari satu minggu, terbentuklah parit dari arah barat ke timur di Kawasan kota Madinah sehingga kota Madinah seolah telah dibentengi. Pasukan Islam telah disiagakan di Kawasan barat dan timur kota Madinah. Zaid bin Haritsah dan Sa'ad bin Ubadah ditugaskan untuk membawa bendera Ansar.
Ketika pasukan kafir sampai di lereng bukit Uhud, mereka mengira bahwa pasukan Islam akan menghadang mereka, sebagaimana ketika perang Uhud. Sesampainya di gerbang kota Madinah, mereka tercengang dengan taktik perang yang dilakukan oleh kaum muslimin yang menyebabkan pasukan kafir sulit untuk memasuki kota Madinah. Beberapa perwira kaum kafir Quraisy mencoba menerobos parit, tetapi Ali bin Abu Thalib dengan cepat membunuh mereka. Perang tidak terjadi secara langsung, melainkan hanya sekedar saling melempar panah dan tombak.
Pada saat itu, kaum Yahudi dari Bani Quraidah sengaja mengambil kesempatan dengan melanggar perjanjian. Mereka bersekutu dengan kafir Quraisy untuk membasmi kaum muslimin. Namun, seorang tokoh Yahudi bernama Nu'aim bin Mas'ud segera menghadap Rasulullah SAW dan memohon izin untuk melakukan taktiknya memecah belah musuh.
Pertama, Nu'Aim bin Mas'ud menghadap kepada suku Bani Quraidah, kemudian menemui pembesar kafir Quraisy menyampaikan pendapat kepala suku Bani Quraidah. Abu Sufyan segera merencanakan penyerangan kota Madinah secara serentak pada hari Sabtu. Namun, bagi Bani Quraidah, hari Sabtu adalah hari yang terlarang untuk berperang. Abu Sufyan pun mengancam akan menyerang balik Bani Quraidah jika mereka tidak mau bersekutu, tetapi kepala suku Quraidah tetap pada pendiriannya yang menyebabkan penyerangan atas kota Madinah pun batal.
Pasukan kafir yang telah lama tinggal di kemah darurat pun terkena penyakit malaria ketika menunggu di seberang parit. Sebab, cuaca kota Madinah yang sangat dingin dan tidak bersahabat.
Dalam surat Al-Ahzab ayat 9, Rasulullah SAW bermunajat selama 3 hari dan turunlah ayat tersebut. Kaum muslimin pun berhasil memenangkan perang tersebut atas diterimanya munajat Rasulullah SAW. Allah SWT mengirimkan kemenangan dengan sendirinya, yaitu dengan cara mengirimkan tentara malaikat dan angin kencang yang menggusur perkemahan pasukan gabungan Quraisy dan Yahudi sehingga mereka lari tergopoh-gopoh.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَآءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَّمْ تَرَوْهَا ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ahzab: 9)
Dengan pulangnya pasukan Quraisy menandakan bahwa perang Khandaq telah usai. Rasulullah SAW dan para sahabat merasa lega dapat mengundang musuh tanpa harus berperang.
Nilai-nilai yang dapat Diambil dalam Perang Khandaq
Melansir pada buku Nilai yang ditulis oleh Prijanto, ada pun nilai yang dapat diambil dari perang tersebut ialah:
1. Penyelesaian masalah secara demokratis yang beretika sangat diperlukan dan perlu dikedepankan.
2. Pengelolaan perbedaan yang ada di sekeliling kita untuk menjadi sinergi yang positif dalam membentuk sebuah keputusan yang sehat adalah tugas seorang pemimpin.
3. Penghargaan yang diperuntukkan untuk orang lain sangat diperlukan tanpa memandang siapa dirinya.
(rah/lus)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi