Kisah Nabi Nuh AS dan kaumnya diceritakan dalam Al-Qur'an dan sejumlah buku kisah para nabi. Imam Ibnu Katsir turut menceritakannya dalam Qashash Al-Anbiyaa'.
Ibnu Katsir menceritakan riwayat Imam Bukhari yang berasal dari Ibnu Abbas bahwa jarak antara Nabi Adam AS dan Nabi Nuh AS adalah sepuluh kurun dan mereka semuanya berada dalam naungan Islam.
Namun, kata Ibnu Katsir, setelah melewati kurun waktu baik tersebut, terjadi sesuatu yang membuat masyarakat berpaling dari ajaran kebenaran dan menyembah berhala.
Ketika kerusakan telah meluas di muka bumi dan kesesatan telah mewabah di seluruh pelosok negeri, Allah SWT mengutus Nabi Nuh AS untuk mengajak umatnya kembali menyembah Allah SWT semata dan tidak menyekutukan-Nya.
Menurut riwayat dalam Ash Shahihain, Nabi Nuh AS adalah rasul pertama yang diutus Allah SWT untuk penduduk bumi. Riwayat ini berasal dari Abu Hurairah dari Nabi SAW.
Nabi Nuh AS disebut berdakwah sekitar 950 tahun. Selama berdakwah, ia mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari umatnya, tapi ia senantiasa bersabar.
Contohnya saat Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh AS membuat kapal padahal kala itu adalah musim kemarau, kaumnya mencemooh apa yang dilakukan Nabi Nuh AS. Mereka juga tidak menghiraukan seruan Nabi Nuh AS untuk meninggalkan berhala.
Hingga akhirnya Allah SWT menurunkan azab berupa banjir bandang dan menenggelamkan kaumnya yang ingkar. Termasuk anak dan istrinya.
Ibnu Katsir menceritakan, saat putranya ditenggelamkan, Nabi Nuh AS bertanya-tanya dan mencari tahu apa sebabnya. Suara hati Nabi Nuh AS yang disampaikan kepada Tuhan ini dikisahkan dalam Al-Qur'an.
Ia menanyakan, "Engkau telah berjanji kepadaku akan menyelamatkan keluargaku dari bencana ini bersamaku, lalu mengapa anakku ikut tenggelam bersama mereka?"
Lalu dijawab, "Dia itu bukanlah keluargamu, oleh karena itu bukan orang yang termasuk janji-Ku untuk diselamatkan, bukankah telah Aku katakan, 'Juga keluargamu, kecuali orang yang lebih dulu ditetapkan (akan ditimpakan azab) di antara mereka.' Dia adalah salah satu yang telah ditetapkan akan dikenai azab karena kekufurannya, oleh sebab itu takdirnya tidak bersama dengan orang-orang beriman, takdirnya adalah tenggelam bersama kawan-kawan kafir dan sesat."
Setelah peristiwa itu berlalu, air pun surut. Allah SWT berfirman kepada Nabi Nuh AS,
"Wahai Nuh! Turunlah (dari bahteramu) dengan penuh keselamatan dari Kami dan penuh keberkahan atasmu serta umat-umat (mukmin) yang bersamamu. Ada pula umat-umat (kafir) yang Kami beri kesenangan (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab dari Kami yang sangat pedih." (QS Hud: 48)
(kri/lus)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana