Mengerjakan sholat sunnah merupakan amalan yang sangat dianjurkan untuk menyempurnakan ibadah wajib. Salah satunya sholat sunnah sesudah Subuh. Namun, ada ketentuan yang perlu dipahami terkait waktu pelaksanaannya.
Sholat sunnah sesudah Subuh yang dimaksud bukanlah sholat rawatib yang mengiringi sholat fardu melainkan sholat yang dikerjakan setelah berakhirnya waktu subuh atau setelah matahari terbit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini bersandar pada hadits tentang amalan yang memiliki keutamaan luar biasa bagi mereka yang berdiam diri di masjid usai sholah Subuh hingga matahari terbit.
Adakah Sholat Sunnah Sesudah Subuh?
Pada hakikatnya tidak terdapat sholat sunnah persis setelah melaksanakan sholat Subuh (Fajar), karena waktu tersebut merupakan waktu yang dilarang oleh Allah SWT untuk melakukan sholat.
Keterangan ini bersandar pada riwayat Abu Said Al Khudri dalam hadits yang terdapat dalam kitab Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al-Asqalani. Ia mendengar Rasulullah SAW bersabda,
لا صَلَاةَ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ وَلَا صَلَاةَ بَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَغِيْبَ الشَّمْسُ
Artinya: "Tidak ada sholat (sunnah) setelah sholat Subuh hingga matahari terbit, dan tidak ada sholat (sunnah) setelah sholat Ashar hingga matahari terbenam. (HR Bukhari dan Muslim. Dalam redaksi Muslim dikatakan, "Tidak ada sholat (sunnah) setelah sholat Fajar.")
Dijelaskan dalam buku 23 Shalat Sunnah Penjelasan dan Tata Cara Pelaksanaannya karya Arief Rachman Badrudin, kita dianjurkan untuk menetap di dalam masjid setelah melaksanakan sholat Subuh. Duduk sambil berdzikir, menunggu hingga matahari terbit, dan melaksanakan dua rakaat sholat isyraq.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik RA,
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
Artinya: "Barang siapa yang sholat Subuh berjamaah, kemudian dia duduk - dalam riwayat lain: dia menetap di masjid - untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian dia sholat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah, yang sempurna." (HR At-Tirmidzi)
Sholat isyraq secara bahasa memiliki arti "terbit", waktu pelaksanaan sholat ini adalah saat matahari telah terbit dan naik sekitar 2,5 meter (satu tombak). Maka, sholat isyraq adalah sholat sunnah dua rakaat yang dikerjakan pagi hari setelah matahari terbit, sebagai bentuk dzikir dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Niat Sholat Sunnah Sesudah Subuh: Sholat Isyraq
Masih dikutip dalam buku yang sama, berikut niat dan tata cara sholat sunnah isyraq yang dikerjakan setelah sholat Subuh usai matahari terbit, berdasarkan kitab Nihayatuzzain.
- Bacaan dan gerakan sholat sama seperti sholat fardhu pada umumnya.
- Bacaan niat sholat sunnah isyraq,
أُصَلِّي سُنَّةَ الإِشْرَاقِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
Usholli sunnatal isyrooqi rok'ataini lillaahi ta'aala
Artinya: "Aku berniat melakukan sholat sunnah Isyraq dua rakaat karena Allah Ta'ala".
- Pada rakaat pertama setelah membaca Al-Fatihah, dianjurkan untuk membaca surah As-Dhuha dan pada rakaat kedua membaca surah Al-Insyirah.
- Setelah selesai salam, dianjurkan untuk berdoa.
Doa Setelah Sholat Isyraq
Mengacu sumber sebelumnya, berikut bacaan doa setelah sholat isyraq lengkap beserta Arab, latin, dan artinya.
اللهم يَانُوْرَ النُّوْرِ بِالطُّوْرِ وَكِتَابٍ مَسْطُورِ فِي رَقٍ مَنْشُوْرِ وَالْبَيْتِ الْمَعْمُورِ أَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَنِي نُورًا أَسْتَهْدِي بِهِ إِلَيْكَ وَأَدُلُّ بِهِ عَلَيْكَ وَيَصْحَبُنِي فِي حَيَاتِي وَبَعْدَ الْإِنْتِقَالِ مِنْ ظَلَامِ مِشْكَاتِي وَأَسْأَلُكَ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا أَنْ تَجْعَلَ شَمْسَ مَعْرِفَتِكَ مُشْرِقَةً بِيْ لَا يَحْجُبُهَا غَيْمُ الْأَوْهَامِ وَلَا يَعْتَرِيْهَا كُسُوْفُ قَمَرِ الْوَاحِدِيَّةِ عِنْدَ التَّمَامِ بَلْ أَدِمْ لَهَا الْإِشْرَاقَ وَالظُّهُورَ عَلَى قَمَرِ الْأَيَّامِ وَالدُّهُوْرِ وَصَلِّ اللهم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ اللهم اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا فِي اللَّهِ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا أَجْمَعِينَ
Allahumma yaa nuuran nuuri bith-thuuri wa kitaabim masthuurin fii riqqin mansyuurin wal baitl ma'muuri, as`aluka an tarzuqanii nuuran astahdii bihi ilaika wa adallu bihi 'alaika wa yashhabunii fii hayaatii wa ba'dal intiqaali min dzalaami misykaatii, wa as aluka bisy-syamsi wa dluhaaha wa nafsin maa siwaahaa an taj'ala syamsa ma'rifatika musyriqatan bii laa yahjubuhaa ghaimul auhaami walaa ya'tariihaa kusuufu qamaril waahidiyyah 'indat tamaami bal adim lahaal isyraaqa wadz-dzuhuura 'alaa qamarril ayyaami wad-duhuuri. Wa shalli Allahumma 'alaa sayyidinaa Muhammadin khaatamil anbiyaa`l wal mursaliina walhamdu lillaahi Rabbil 'aalamiina. Allahummaghfir lanaa waliwaalidiina wa liikhwaaninaa fillaahi ahyaa'an wa amwaatan ajma'iina.
Artinya: "Ya Allah, Wahai Cahayanya Cahaya, dengan wasilah bukit Tur dan kitab yang ditulis pada lembaran yang terbuka, dan dengan wasilah Baitul Ma'mur, aku meminta kepada-Mu agar Engkau memberiku cahaya, yang dengannya aku dapat mencari petunjuk-Mu, dan dengannya aku menunjukkan tentang-Mu. Dan yang terus-menerus mengiringiku dalam kehidupanku dan setelah berpindah (ke alam lain; bangkit dari kubur) dari kegelapan liang (kubur) ku. Dan aku meminta pada-Mu dengan wasilah matahari beserta cahayanya di pagi hari, dan kemuliaan yang wujud pada selain matahari, agar Engkau menjadikan matahari makrifat pada-Mu (yang ada padaku) bersinar menerangiku, tidak tertutup oleh mendung-mendung keraguan, tidak pula terlintasi gerhana pada rembulan ke-Maha Esaan di kala purnama. Tapi jadikanlah padanya selalu bersinar dan selalu tampak, seiring berjalannya hari dan tahun. Dan berikanlah rahmat ta'dzim Wahai Allah kepada junjungan kami Muhammad, sang pamungkas para nabi dan Rasul. Dan segala Puji hanya milik Allah tuhan penguasa alam. Ya Allah ampunilah kami, kedua orang tua kami serta kepada saudara-saudara kami seagama seluruhnya, baik yang masih hidup ataupun yang telah meninggal."
(kri/kri)












































Komentar Terbanyak
Sosok Pria Muslim Hentikan Penembakan Massal Yahudi di Pantai Bondi
Benarkah Malaikat Tidak Masuk Rumah yang Ada Anjingnya? Ini Penjelasan Ulama
Bolehkah Rujuk Tanpa Menikah Ulang Setelah Talak 1?