Menerima tamu adalah salah satu bentuk akhlak mulia yang sangat dijunjung dalam Islam. Bahkan, kedatangan tamu menjadi kesempatan bagi seorang muslim untuk menunjukkan sikap ramah, peduli, dan dermawan sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW.
Menurut buku Amalan Pembuka Rezeki karya Karya Haris Priyatna, Lisdy Rahayu, adab menerima dan memuliakan tamu menurut sunnah Nabi Muhammad SAW dimulai dari menyambutnya dengan mengucapkan selamat datang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah hadits disebutkan dari Ibnu Abbas RA, suatu hari Abi Qais pernah mengutus utusannya untuk mendatangi Rasulullah SAW, beliau lalu bersabda, "Wahai para utusan, selamat datang tanpa perasaan hina dan menyesal."
Itulah sikap Rasulullah SAW ketika menerima tamu, beliau melayani dengan sebaik mungkin. Nabi Muhammad SAW memberikan contoh kepada kita untuk menyambut tamu dengan sangat sopan agar tamu yang datang senang dan tak merasa sungkan.
Sebagai tuan rumah, muslim juga perlu untuk menjawab salamnya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Hak orang muslim terhadap muslim yang lain ada enam, yaitu apabila kamu bertemu ucapkanlah salam, apabila ia mengundangmu penuhilah undangannya, apabila ia meminta nasihat kepadamu, nasihatilah, apabila ia bersin lantas memuji Allah, doakanlah dia, apabila dia sakit jenguklah, dan apabila dia meninggal dunia, iringkanlah jenazahnya." (HR Muslim)
Tak hanya menjawab salam, saat tamu datang, tuan rumah juga berkewajiban menyambutnya dengan berjabat tangan. Namun, jika bukan mahram, cukup dengan memberikan isyarat sebagai tanda berjabat tangan karena Rasulullah SAW tidak pernah berjabat tangan dengan orang yang bukan mahramnya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Aisyah RA, "Rasulullah tidak pernah menyentuh wanita lain sama sekali sebagaimana yang Allah perintahkan. Tangan beliau tidak pernah menyentuh tangan mereka (wanita yang bukan mahramnya). Di saat baiat, beliau hanya membaiat melalui ucapan dengan berkata, 'Aku telah membaiat kalian.' Maksudnya Nabi Muhammad SAW hanya memberikan isyarat." (HR Muslim)
Saat menerima tamu, tuan rumah dianjurkan tetap menunjukkan wajah yang ramah dan bahagia, meski sedang ada masalah. Perlakukan mereka seperti saudara sendiri. Sambutlah tamu dengan senyum terbaik, termasuk ketika mereka datang dari jauh dan ingin menginap. Nabi Muhammad SAW juga sudah memberikan kita contoh untuk menerima tamu yang mau menginap.
Lalu, bagaimana adab menerima tamu yang ingin menginap menurut sunnah Nabi SAW? Berikut penjelasannya.
Adab Menerima Tamu yang Ingin Menginap
Adab menerima tamu yang ingin menginap menurut sunnah Nabi Muhammad SAW adalah menerima dan menjamunya paling lama tiga hari. Setelah melewati tiga hari masa menjamu tamu, tuan rumah tidak lagi berkewajiban memberikan jamuan istimewa. Jamuan setelah hari ketiga dihitung sebagai sedekah. Oleh karena itu, tamu dianjurkan untuk meminta izin jika ingin pergi atau pulang, dan setelah tiga hari ia sebaiknya bisa mandiri tanpa membebani tuan rumah.
Dalam terjemahan Ihya Ulumuddin karya Imam al-Ghazali disebutkan sabda Rasulullah SAW, "Memuliakan tamu adalah tiga hari, selebihnya adalah sedekah."
Meski begitu, jika tuan rumah mengizinkan dengan ikhlas tamu boleh tinggal lebih dari tiga hari, tamu boleh menginap beberapa hari lagi.
Disunnahkan pula bagi tuan rumah menyediakan tempat tidur untuk tamu yang mau menginap. Rasulullah SAW bersabda, "Sediakan satu tempat tidur bagi laki-laki, satu tempat tidur bagi perempuan, satu tempat tidur bagi tamu, dan yang keempat adalah tempat setan."
Selain itu, adab memuliakan tamu lainnya adalah menyambut kedatangannya dengan muka manis dan tutur kata yang lemah lembut. Mempersilakannya untuk duduk di tempat yang bersih dan nyaman. Memberikan kamar, makanan, dan minuman yang layak sampai mengantarkannya saat ia pulang. Hal ini dijelaskan dalam buku Pendidikan Akhlaqul Karimah Perspektif Ilmu Tasawuf karya Hefdon Assawqi.
Sebagai tuan rumah, muslim juga dianjurkan menghidangkan makanan dan minuman kepada tamu sesuai kemampuan, tanpa memberatkan diri, sebagaimana dijelaskan dalam surah Az-Zariyat ayat 27,
فَقَرَّبَهٗٓ اِلَيْهِمْۚ قَالَ اَلَا تَأْكُلُوْنَ
Artinya: "Dia lalu menghidangkannya kepada mereka, (tetapi mereka tidak mau makan). Ibrahim berkata, "Mengapa kamu tidak makan?"
Adab Orang yang Bertamu Sesuai Sunnah
Mengutip buku sebelumnya, dalam Islam ada hal-hal yang perlu diperhatikan jika kita ingin bertamu ke rumah orang lain, yaitu:
1. Jangan bertamu pada waktu yang tidak tepat. Datanglah pada saat tuan rumah tidak merasa terganggu.
2. Jika diterima sebagai tamu, jangan terlalu lama hingga merepotkan tuan rumah. Setelah urusan selesai, segeralah pulang.
3. Hormati jamuan makanan dan minuman yang diberikan. Bahkan Rasulullah SAW menganjurkan orang yang berpuasa sunnah untuk berbuka demi menghormati jamuan tersebut (HR Baihaqi)
4. Jangan melakukan hal-hal yang dapat mengganggu tuan rumah, seperti memeriksa ruangan, melihat perabot, memasuki ruang pribadi tanpa izin, atau menggunakan fasilitas rumah tanpa sepengetahuan penghuni.
5. Hendaknya berpamitan dengan baik saat pulang. Meninggalkan rumah tanpa pamit merupakan sikap kurang pantas dan dapat menimbulkan fitnah.
Selain itu, orang yang bertamu wajib mengucapkan salam terlebih dahulu. Adab ini juga ditegaskan dalam Al-Qur'an surah An-Nur ayat 27,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتًا غَيْرَ بُيُوْتِكُمْ حَتّٰى تَسْتَأْنِسُوْا وَتُسَلِّمُوْا عَلٰٓى اَهْلِهَاۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Demikian itu lebih baik bagimu agar kamu mengambil pelajaran."
Selain mengucapkan salam, orang yang bertamu juga dianjurkan mengetuk pintu terlebih dahulu. Rasulullah SAW bersabda, "Minta izin masuk rumah itu tiga kali, jika diizinkan untuk kamu (masuklah) dan jika tidak maka pulanglah!" (HR Bukhari dan Muslim)
(kri/kri)












































Komentar Terbanyak
Penjelasan Kemenag soal Penetapan Waktu Subuh di Indonesia
Hukum Memelihara Anjing di Rumah Menurut Hadits dan Pendapat 4 Mazhab
7 Adab terhadap Guru Menurut Ajaran Rasulullah dan Cara Menghormatinya