Kejayaan Islam di Aceh tidak lepas dari peran para ulama besar yang mendedikasikan hidupnya untuk berdakwah. Khususnya pada abad ke-16 hingga ke-17, muncul tokoh-tokoh yang pengaruhnya terasa hingga saat ini.
Merujuk pada buku Sejarah Tasawuf dan Tarekat susunan Asep Achmad Hidayat, terdapat ulama yang sangat terkenal sebagai penyebar Islam dan pelopor sastra Melayu Islam di Aceh pada abad ke-16. Ulama itu adalah Hamzah Fansuri.
Sosok Hamzah Fansuri dan Asal-usulnya
Hamzah Fansuri merupakan seorang penulis, sastrawan, sekaligus ulama sufi pada abad ke-16 yang berasal dari Aceh. Ada yang mengatakan bahwa dia berasal dari Barus, Sumatera Utara, ada juga yang mengatakan bahwa dia berasal dari Kerajaan Ayutthaya, Siam (Thailand).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut A. Hasjmi, Hamzah Fansuri hidup di Aceh pada masa pemerintahan Sultan Alaidin Riayat Syah IV (1589 - 1604 M) sampai dengan awal pemerintahan Sultan Iskandar Muda Darma Wangsa Mahkota Alam.
Latar belakang Hamzah Fansuri juga tercatat dalam sebuah syair. Dalam syair tersebut dikatakan Hamzah Fansuri berasal dari Fansur, tetapi juga menyebutkan Abdul Qadir Jailani. Maka, meskipun Hamzah Fansuri mengikuti ajaran Ibn Arabi, tapi thariqah yang dianut adalah Thariqah Qadiriyah dari Syekh Abdul Qadir Jailani.
Daerah Aceh Selatan, pada masa Kerajaan Aceh Darussalam, terkenal sebagai pusat pendidikan Islam. Sebagian ulamanya ditugaskan di Barus dan mengembangkan pendidikan Islam di sana. Tempat tersebut diberi nama 'Fansur', ulamanya adalah Teungku Tjhik Fansur.
Pengembaraan Ilmu hingga ke Mancanegara
Hamzah Fansuri banyak melakukan kunjungan untuk menuntut ilmu hingga ke Jawa, Semenanjung Melayu, India, Persia dan Arab Hijaz. Ia dikenal sebagai sosok yang pandai berbahasa Arab, Urdu, Persia, dan Melayu.
Selain ahli dalam bidang bahasa, ia juga menguasai bidang fiqih, tasawuf, ilmu mantiq, sejarah, filsafat, dan sastra. Setelah kembali dari pengembaraannya, Hamzah Fansuri mengajar di Singkil, Aceh.
Sang Bapak Sastra Melayu
Selain dikenal sebagai ulama sufi beraliran wahdatul wujud, Hamzah Fansuri juga dikenal sebagai sastrawan awal perintis genre syair religius dikarenakan karya-karya syairnya.
Andries Hans Teeuw, seorang pakar sastra budaya Indonesia asal Belanda, menyebut Hamzah Fansuri sebagai Sang Pemula Puisi Indonesia, sementara Abdul Hadi W.M memberi gelar kepada Hamzah Fansuri sebagai Bapak Sastra Melayu.
Syair-syair Hamzah Fansuri berisi tentang mistisisme Islam (tasawuf), dan diakui oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas, A. Hasjmy, Hasan Ahmad, Mohd. Taib Osman, Hamdan Hasan, Ismail Hamid, dan Liaw Yock Fang.
Beberapa karya sastra Hamzah Fansuri dalam genre religius adalah berupa syair atau sajak puisi. Syair-syair Hamzah Fansuri ini sangat populer di kalangan masyarakat Nusantara.
Misteri Wafat dan Lokasi Makam
Hamzah Fansuri wafat pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, namun tidak diketahui sebab kematiannya. Ada yang mengatakan ia meninggal di Aceh, ada juga yang mengatakan bahwa dia meninggal di Makkah.
Terdapat perbedaan pendapat terkait lokasi makam Hamzah Fansuri. Ada yang mengatakan ia dimakamkan di Ujong Pancu, Peukan Bada, Aceh Besar. Ada juga yang mengatakan ia dimakamkan di Desa Oboh, Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam, Aceh Selatan.
(kri/kri)












































Komentar Terbanyak
MUI: Nikah Siri Sah tapi Haram
Daftar Besaran Biaya Haji Reguler 2026 Tiap Embarkasi Daerah
Menag: Orang Arab Harus Belajar Islam di Indonesia