Setelah kemarin beredar risalah rapat harian syuriah yang meminta Gus Yahya mundur dari kursi ketum, hari ini, Sabtu, 22 November 2025, PBNU mengumpulkan semua pengurus wilayah di Surabaya.
Dalam undangan yang beredar, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) hari ini, Sabtu, 22 November 2025, mengundang seluruh ketua pengurus wilayah se-Indonesia untuk hadir dalam rapat koordinasi penting. Undangan ini muncul menyusul permintaan dari Majelis Syuriyah PBNU agar Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), mengundurkan diri dari jabatannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Surat undangan rapat koordinasi tertanggal 21 November 2025 menyebutkan bahwa pertemuan akan digelar di Hotel Novotel Samator, Surabaya, Jawa Timur, pada Sabtu malam. Dokumen tersebut ditandatangani oleh Wakil Ketua Umum PBNU Amin Said Husni dan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Faisal Saimima.
Langkah ini menjadi lanjutan dari keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU yang digelar sebelumnya di Hotel Aston Jakarta pada Kamis, 20 November 2025. Dalam risalah rapat yang ditandatangani Rais Aam PBNU, KH. Miftachul Akhyar, tertulis bahwa: Yahya Cholil Staquf harus mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum PBNU dalam waktu 3 hari sejak diterimanya keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU.
Selain itu, risalah rapat harian tersebut juga menegaskan bahwa jika batas waktu pengunduran diri tidak dipenuhi, Syuriyah PBNU berhak memberhentikan Gus Yahya dari kursi pimpinan organisasi.
Musyawarah antara Rais Aam dan dua Wakil Rais Aam memutuskan:
a. KH. Yahya Cholil Staquf harus mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam waktu 3 (tiga) hari terhitung sejak diterimanya keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU.
b. Jika dalam waktu 3 (tiga) hari tidak mengundurkan diri, Rapat Harian Syuriyah PBNU memutuskan memberhentikan KH. Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Upaya pemakzulan Gus Yahya disebut-sebut terkait dengan kehadiran seorang akademikus internasional dalam kegiatan Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU). Akademikus yang dimaksud adalah Peter Berkowitz, yang menimbulkan perhatian karena latar belakang pemikirannya.
Berkowitz dikenal sebagai penulis buku Israel and The Struggle Over The International Laws of War, sebuah karya yang membahas pembelaan terhadap kebijakan Israel di tengah kritik dan kontroversi internasional. Kehadiran dan keterlibatannya dalam AKN NU memicu perdebatan di internal organisasi, terutama terkait dugaan afiliasi dengan jaringan yang dianggap berhubungan dengan Zionisme internasional.
(dvs/lus)












































Komentar Terbanyak
Potret Keluarga Cendana Syukuran Gelar Pahlawan Nasional, Dihadiri Menag
Isi Resolusi PBB untuk Gaza yang Ditolak Hamas
Dukung Gerakan Boikot Produk Afiliasi Israel, MUI Ajak Beli Produk dalam Negeri