- Wanita-Wanita Mulia yang Dipilih Allah sebagai Ummul Mukminin 1. Khadijah binti Khuwailid 2. Saudah binti Zam'ah 3. Aisyah binti Abu Bakar 4. Hafshah binti Umar bin Al-Khattab 5. Zainab binti Khuzaimah 6. Ummu Salamah 8. Juwairiyah binti Al-Harits 9. Shafiyah binti Huyai 10. Ummu Habibah 11. Maimuna binti Al-Harits
Kehidupan Rasulullah SAW tidak lepas dari peran para istrinya yang setia mendampingi dalam berbagai keadaan. Mereka dikenal sebagai wanita pilihan yang memiliki kedudukan mulia di sisi Allah SWT, dan disebut dengan gelar Ummul Mukminin.
Dikutip dari Pahit Manis Rumah Tangga Rasul karya A.R. Shohibul Ulum, sebutan Ummul Mukminin adalah gelar kehormatan dan kemuliaan yang diberikan kepada setiap istri Rasulullah SAW. Gelar ini berasal dari firman Allah SWT dalam surah Al-Ahzab ayat 6:
اَلنَّبِيُّ اَوْلٰى بِالْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ اَنْفُسِهِمْ وَاَزْوَاجُهٗٓ اُمَّهٰتُهُمْ ۗوَاُولُوا الْاَرْحَامِ بَعْضُهُمْ اَوْلٰى بِبَعْضٍ فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُهٰجِرِيْنَ اِلَّآ اَنْ تَفْعَلُوْٓا اِلٰٓى اَوْلِيَاۤىِٕكُمْ مَّعْرُوْفًا ۗ كَانَ ذٰلِكَ فِى الْكِتٰبِ مَسْطُوْرًا
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arab latin: An-nabiyyu aulā bil-mu'minīna min anfusihim wa azwājuhū ummahātuhum, wa ulul-arḥāmi ba'ḍuhum aulā biba'ḍin fī kitābillāhi minal-mu'minīna wal-muhājirīna illā an taf'alū ilā auliyā'ikum ma'rūfā(n), kāna żālika fil-kitābi masṭūrā(n).
Artinya: Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. Orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (saling mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu hendak berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Demikian itu telah tertulis dalam Kitab (Allah).
Mereka adalah wanita pilihan yang Allah muliakan untuk mendampingi Rasul dalam perjuangan menyampaikan risalah Islam.
Istilah Ummul Mukminin berasal dari dua kata dalam bahasa Arab, yaitu ummu yang berarti ibu, dan al-mukminin yang berarti orang-orang beriman. Jika digabung, maknanya adalah "ibu bagi orang-orang beriman". Sebagai "ibu" bagi umat Islam, mereka wajib dihormati sebagaimana menghormati ibu kandung sendiri.
Allah SWT juga menegaskan dalam surah Al-Ahzab ayat 53 bahwa para istri Rasulullah SAW tidak boleh dinikahi oleh siapa pun setelah beliau wafat,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتَ النَّبِيِّ اِلَّآ اَنْ يُّؤْذَنَ لَكُمْ اِلٰى طَعَامٍ غَيْرَ نٰظِرِيْنَ اِنٰىهُ وَلٰكِنْ اِذَا دُعِيْتُمْ فَادْخُلُوْا فَاِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوْا وَلَا مُسْتَأْنِسِيْنَ لِحَدِيْثٍۗ اِنَّ ذٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيٖ مِنْكُمْ ۖوَاللّٰهُ لَا يَسْتَحْيٖ مِنَ الْحَقِّۗ وَاِذَا سَاَلْتُمُوْهُنَّ مَتَاعًا فَسْـَٔلُوْهُنَّ مِنْ وَّرَاۤءِ حِجَابٍۗ ذٰلِكُمْ اَطْهَرُ لِقُلُوْبِكُمْ وَقُلُوْبِهِنَّۗ وَمَا كَانَ لَكُمْ اَنْ تُؤْذُوْا رَسُوْلَ اللّٰهِ وَلَآ اَنْ تَنْكِحُوْٓا اَزْوَاجَهٗ مِنْۢ بَعْدِهٖٓ اَبَدًاۗ اِنَّ ذٰلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللّٰهِ عَظِيْمًا
Arab latin: Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā tadkhulū buyūtan-nabiyyi illā ay yu'żana lakum ilā ṭa'āmin gaira nāẓirīna ināhu wa lākin iżā du'ītum fadkhulū fa iżā ṭa'imtum fantasyirū wa lā musta'nisīna liḥadīṡ(in), inna żālikum kāna yu'żin-nabiyya fayastaḥyī minkum, wallāhu lā yastaḥyī minal-ḥaqq(i), wa iżā sa'altumūhunna matā'an fas'alūhunna miw warā'i ḥijāb(in), żālikum aṭharu liqulūbikum wa qulūbihinn(a), wa mā kāna lakum an tu'żū rasūlallāhi wa lā an tankiḥū azwājahū mim ba'dihī abadā(n), inna żālikum kāna 'indallāhi 'aẓīmā(n).
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi, kecuali jika kamu diizinkan untuk makan tanpa menunggu waktu masak (makanannya),619) tetapi jika kamu diundang, masuklah dan apabila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mengganggu Nabi sehingga dia malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar). Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Kamu tidak boleh menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah Nabi (wafat). Sesungguhnya yang demikian itu sangat besar (dosanya) di sisi Allah.
Wanita-Wanita Mulia yang Dipilih Allah sebagai Ummul Mukminin
Istri-istri Rasulullah SAW adalah wanita mulia yang Allah pilih sebagai teladan dalam iman, kesabaran, dan pengabdian. Dari buku Hidup Bersama Rasulullah Muhammad SAW karya Daeng Naja, berikut para wanita yang dikenal dengan sebutan Ummul Mukminin.
1. Khadijah binti Khuwailid
Khadijah adalah istri pertama Rasulullah SAW dan wanita pertama yang beriman kepada beliau. Ia berasal dari suku Quraisy dan dikenal karena kemuliaan nasab serta akhlaknya yang luhur. Garis keturunannya bahkan terhubung langsung dengan Rasulullah SAW karena mereka memiliki kakek yang sama.
Khadijah lahir 68 tahun sebelum hijrah dan sempat hidup di masa jahiliah, tetapi hal itu tidak mengurangi kemuliaan dirinya. Ia menikah dengan Rasulullah SAW ketika berusia 40 tahun, sementara Rasulullah berusia 25 tahun. Dari pernikahan ini lahir enam anak: Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah.
Khadijah dikenal sebagai istri yang penuh kasih dan setia. Ia selalu mendukung Rasulullah SAW di masa sulit, terutama ketika wahyu pertama turun. Khadijah juga memberikan ketenangan dan dukungan moral yang luar biasa, hingga Rasulullah SAW selalu mengenangnya dengan rasa cinta mendalam meski setelah wafatnya.
2. Saudah binti Zam'ah
Saudah binti Zam'ah berasal dari suku Quraisy, tepatnya dari Bani 'Amir. Sebelum menjadi istri Rasulullah SAW, ia pernah menikah dengan As-Sakran bin Amr dan memiliki lima anak dari pernikahan itu.
Setelah Khadijah wafat, Rasulullah SAW menikahi Saudah sebagai penghibur di masa duka. Saat itu, Khaulah binti Hakim mengajukan dua nama perempuan kepada Nabi untuk dinikahi, yaitu Saudah dan Aisyah. Rasulullah SAW kemudian memilih Saudah yang lebih tua daripada Aisyah.
Pernikahan ini juga menjadi cara Rasulullah SAW dalam membantah tuduhan yang diarahkan kepadanya terkait hubungannya dengan Aisyah.
3. Aisyah binti Abu Bakar
Aisyah binti Abu Bakar dikenal sebagai salah satu istri Rasulullah SAW yang paling menonjol di kalangan umat Islam. Ia memiliki kedudukan istimewa yang tidak dimiliki istri-istri Nabi lainnya.
Aisyah merupakan satu-satunya istri Rasulullah SAW yang kehormatannya dijaga langsung oleh Allah SWT melalui turunnya wahyu. Ia lahir tujuh tahun sebelum hijrah dan merupakan putri dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabat dekat sekaligus pendamping setia Nabi Muhammad SAW.
Sebelum menikah dengan Aisyah, Rasulullah SAW bermimpi selama tiga malam berturut-turut melihat malaikat membawa Aisyah dengan pakaian sutra putih, seraya mengatakan bahwa ia adalah calon istrinya. Dari mimpi itu, Rasulullah SAW memahami bahwa pernikahan dengan Aisyah merupakan ketetapan dari Allah SWT.
4. Hafshah binti Umar bin Al-Khattab
Hafshah binti Umar adalah putri dari salah satu sahabat utama Rasulullah SAW, yaitu Umar bin Al-Khattab. Ia dilahirkan sekitar 18 tahun sebelum peristiwa hijrah ke Madinah. Sebelum menjadi istri Rasulullah SAW, Hafshah menikah dengan Khunais bin Khudzafah As-Sahmi, seorang sahabat yang ikut dalam Perang Badar dan gugur di medan perang.
Setelah masa iddahnya selesai, Rasulullah SAW menikahi Hafshah pada tahun ketiga hijrah, saat usianya sekitar 21 tahun. Kehidupan rumah tangga mereka berlangsung selama delapan tahun, hingga wafatnya Rasulullah SAW.
5. Zainab binti Khuzaimah
Zainab binti Khuzaimah merupakan salah satu istri Rasulullah SAW yang dikenal karena sifat dermawannya. Ia mendapat julukan Ummul Masakin atau "Ibu bagi orang-orang miskin" karena kepeduliannya terhadap kaum fakir dan kebiasaannya membantu mereka.
Sebelum dinikahi Rasulullah SAW, Zainab adalah istri Abdullah bin Jahsy, sahabat Nabi yang gugur dalam Perang Uhud. Setelah suaminya wafat, Rasulullah SAW menikahinya pada bulan Ramadan tahun ketiga hijrah.
Pernikahan mereka tidak berlangsung lama karena Zainab wafat sekitar delapan bulan kemudian. Meskipun singkat, keberadaannya dalam rumah tangga Rasulullah SAW meninggalkan teladan tentang kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama.
6. Ummu Salamah
Ummu Salamah, yang nama aslinya Hind binti Abu Umayyah bin Al-Mughirah, berasal dari suku Quraisy, tepatnya dari Bani Makhzum. Ayahnya, Umayyah bin Al-Mughirah, dikenal sebagai sosok terpandang dan dermawan di kalangan Quraisy. Sebelum dinikahi Rasulullah SAW, Ummu Salamah telah menikah dengan Abu Salamah, salah satu sahabat yang lebih dulu memeluk Islam dan termasuk golongan Muhajirin pertama.
Setelah Abu Salamah wafat, Rasulullah SAW menikahi Ummu Salamah pada tahun keempat hijrah, saat usianya sekitar 28 tahun. Pernikahan ini juga sebagai tanda penghargaan kepada Ummu Salamah dan mendiang suaminya, yang keduanya dikenal sebagai pejuang awal dalam perjuangan menegakkan Islam.
8. Juwairiyah binti Al-Harits
Juwairiyah binti Al-Harits lahir sekitar 14 tahun sebelum hijrah dan berasal dari kabilah Bani Mustaliq. Ia dikenal sebagai wanita terpandang di kalangan kaumnya.
Setelah perang melawan Bani Mustaliq, Juwairiyah termasuk di antara para tawanan. Rasulullah SAW kemudian menikahinya, dan dari pernikahan itu banyak anggota sukunya yang akhirnya memeluk Islam. Para sahabat pun membebaskan tawanan Bani Mustaliq karena mereka kini menjadi kerabat Rasulullah SAW melalui Juwairiyah.
Aisyah RA pernah menyebut bahwa Juwairiyah adalah wanita yang membawa keberkahan bagi kaumnya, sebab melalui dirinya banyak orang Bani Mustaliq memperoleh kebebasan dan hidayah.
9. Shafiyah binti Huyai
Shafiyah binti Huyai berasal dari kabilah Bani Nadhir dan terlahir dari keluarga terpandang di kalangan Yahudi. Ayahnya, Huyai bin Akhtab, adalah salah satu pemimpin berpengaruh di antara kaumnya.
Setelah peristiwa Khaibar, Shafiyah memeluk Islam, lalu Rasulullah SAW menikahinya pada tahun kedelapan hijrah. Mereka hidup bersama selama empat tahun hingga wafatnya Rasulullah SAW.
10. Ummu Habibah
Ummu Habibah, yang bernama asli Ramlah binti Abu Sufyan, lahir sekitar 25 tahun sebelum hijrah. Ia merupakan putri dari Abu Sufyan bin Harb, salah satu tokoh terkemuka di kalangan Quraisy.
Bersama suaminya, Ubaidullah bin Jahsy, Ummu Habibah termasuk di antara kaum Muslimin yang berhijrah ke Habasyah untuk mencari perlindungan. Namun, tak lama kemudian suaminya murtad dan memeluk agama Nasrani.
Dalam kondisi itu, Ummu Habibah tetap teguh mempertahankan keimanannya. Rasulullah SAW kemudian mengirim lamaran melalui Raja Najasyi, yang sekaligus menjadi wali dalam akad nikah mereka. Setelah itu, Ummu Habibah hidup bersama Rasulullah SAW sekitar empat tahun hingga beliau wafat.
11. Maimuna binti Al-Harits
Maimunah binti Al-Harits merupakan istri terakhir Rasulullah SAW. Ia adalah saudari Ummu Al-Fadhl, istri dari Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW menikahi Maimunah pada tahun ketujuh hijrah, setahun setelah Perjanjian Hudaibiyah. Melalui pernikahan ini, terjalin hubungan yang lebih dekat antara Rasulullah SAW dan kabilah Bani Hilal, sehingga keislaman mereka semakin kuat dan kokoh.
(inf/lus)
Komentar Terbanyak
Gencatan Senjata Israel-Hamas Tercapai, Takbir Menggema di Gaza
Ini yang Disepakati Israel dan Hamas untuk Akhiri Perang Gaza
2 Tahun Perang Gaza: 67 Ribu Warga Tewas, Rumah-Tempat Ibadah Hancur