Kisah Nabi Musa AS Menampar Malaikat Maut Menjelang Ajalnya

Kisah Nabi Musa AS Menampar Malaikat Maut Menjelang Ajalnya

Devi Setya - detikHikmah
Kamis, 09 Okt 2025 05:00 WIB
Ilustrasi Kisah Nabi Ishaq
ilustrasi Foto: Getty Images/iStockphoto/TanyaSid
Jakarta -

Di antara berbagai peristiwa luar biasa dalam kehidupan Nabi Musa AS, terdapat satu kisah yang sering menimbulkan rasa penasaran, yaitu ketika ia menampar malaikat maut hingga matanya rusak. Meskipun terdengar mengejutkan, kisah ini bukan dongeng, melainkan tercatat dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim.

Kisah ini diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ØšŲŽŲ†Ų’ ØŖŲŽØ¨ŲŲŠ Ų‡ŲØąŲŽŲŠŲ’ØąŲŽØŠŲŽ ØąŲŽØļŲŲŠŲŽ Ø§Ų„Ų„Ų‘ŲŽŲ‡Ų ØšŲŽŲ†Ų’Ų‡Ų Ų‚ŲŽØ§Ų„ŲŽ: ØŖŲØąŲ’ØŗŲŲ„ŲŽ Ų…ŲŽŲ„ŲŽŲƒŲ Ø§Ų„Ų’Ų…ŲŽŲˆŲ’ØĒؐ ØĨŲŲ„ŲŽŲ‰ Ų…ŲŲˆØŗŲŽŲ‰ ØšŲŽŲ„ŲŽŲŠŲ’Ų‡Ų Ø§Ų„ØŗŲ‘ŲŽŲ„ŲŽØ§Ų…ŲØŒ ŲŲŽŲ„ŲŽŲ…Ų‘ŲŽØ§ ØŦŲŽØ§ØĄŲŽŲ‡Ų ØĩŲŽŲƒŲ‘ŲŽŲ‡ŲØŒ ŲŲŽŲŲŽŲ‚ŲŽØŖŲŽ ØšŲŽŲŠŲ’Ų†ŲŽŲ‡ŲØŒ ŲŲŽØąŲŽØŦŲŽØšŲŽ ØĨŲŲ„ŲŽŲ‰ ØąŲŽØ¨Ų‘ŲŲ‡Ų ŲŲŽŲ‚ŲŽØ§Ų„ŲŽ: ØŖŲŽØąŲ’ØŗŲŽŲ„Ų’ØĒŲŽŲ†ŲŲŠ ØĨŲŲ„ŲŽŲ‰ ØšŲŽØ¨Ų’Ø¯Ų Ų„ŲŽØ§ ŲŠŲØąŲŲŠØ¯Ų Ø§Ų„Ų’Ų…ŲŽŲˆŲ’ØĒŲŽØŒ ŲŲŽØąŲŽØ¯Ų‘ŲŽ Ø§Ų„Ų„Ų‘ŲŽŲ‡Ų ØĨŲŲ„ŲŽŲŠŲ’Ų‡Ų ØšŲŽŲŠŲ’Ų†ŲŽŲ‡ŲØŒ ŲˆŲŽŲ‚ŲŽØ§Ų„ŲŽ: Ø§ØąŲ’ØŦŲØšŲ’ ØĨŲŲ„ŲŽŲŠŲ’Ų‡ŲØŒ ŲŲŽŲ‚ŲŲ„Ų’ Ų„ŲŽŲ‡Ų ŲŠŲŽØļŲŽØšŲ ŲŠŲŽØ¯ŲŽŲ‡Ų ØšŲŽŲ„ŲŽŲ‰ Ų…ŲŽØĒؒ؆ؐ ØĢŲŽŲˆŲ’ØąŲØŒ ŲŲŽŲ„ŲŽŲ‡Ų Ø¨ŲŲƒŲŲ„Ų‘Ų Ų…ŲŽØ§ ØēŲŽØˇŲ‘ŲŽØĒŲ’ ŲŠŲŽØ¯ŲŲ‡Ų Ø¨ŲØ´ŲŽØšŲ’ØąŲŽØŠŲ ØŗŲŽŲ†ŲŽØŠŲŒØŒ Ų‚ŲŽØ§Ų„ŲŽ: ØŖŲŽŲŠŲ’ ØąŲŽØ¨Ų‘ŲØŒ ØĢŲŲ…Ų‘ŲŽ Ų…ŲŽŲ‡Ų’ØŒ Ų‚ŲŽØ§Ų„ŲŽ: ØĢŲŲ…Ų‘ŲŽ Ø§Ų„Ų’Ų…ŲŽŲˆŲ’ØĒŲØŒ Ų‚ŲŽØ§Ų„ŲŽ: ŲŲŽØ§Ų„Ų’ØĸŲ†ŲŽØŒ ŲŲŽØŗŲŽØŖŲŽŲ„ŲŽ Ø§Ų„Ų„Ų‘ŲŽŲ‡ŲŽ ØŖŲŽŲ†Ų’ ŲŠŲØ¯Ų’Ų†ŲŲŠŲŽŲ‡Ų Ų…ŲŲ†ŲŽ Ø§Ų„Ų’ØŖŲŽØąŲ’Øļؐ Ø§Ų„Ų’Ų…ŲŲ‚ŲŽØ¯Ų‘ŲŽØŗŲŽØŠŲ ØąŲŽŲ…Ų’ŲŠŲŽØŠŲ‹ Ø¨ŲØ­ŲŽØŦŲŽØąŲ

"Malaikat maut diutus kepada Nabi Musa AS. Ketika ia datang, Nabi Musa menamparnya hingga matanya rusak. Malaikat itu kembali kepada Tuhannya dan berkata, 'Engkau mengutusku kepada seorang hamba-Mu yang tidak menginginkan kematian.' Maka Allah mengembalikan matanya dan berfirman, 'Kembalilah kepadanya dan katakan: Letakkan tanganmu di punggung seekor sapi, setiap helai bulu yang tertutupi tanganmu berarti engkau hidup selama satu tahun.' Nabi Musa bertanya, 'Lalu apa setelah itu?' Allah menjawab, 'Kematian.' Maka Musa berkata, 'Kalau begitu sekarang saja.' Lalu ia memohon kepada Allah agar didekatkan ke Tanah Suci sejauh lemparan batu." (HR. Bukhari, Muslim)

ADVERTISEMENT

Dalam buku Kisah-Kisah Dalam Hadits Nabi karya Muhammad Nasrullah dijelaskan, menurut penjelasan ulama, kisah ini terjadi menjelang wafatnya Nabi Musa AS. Allah SWT mengutus malaikat maut untuk mencabut ruhnya. Ketika malaikat itu datang dalam rupa manusia tanpa pemberitahuan bahwa ia utusan Allah, Nabi Musa AS yang dikenal memiliki kekuatan luar biasa itu menamparnya secara spontan.

Tamparan itu mengenai mata malaikat maut hingga rusak, dan malaikat tersebut kembali mengadu kepada Allah SWT. Allah SWT lalu memulihkan matanya dan memerintahkannya kembali kepada Musa, kali ini dengan membawa pesan dan perintah dari Allah SWT secara langsung.

Allah SWT memberikan pilihan kepada Nabi Musa AS apakah ia ingin hidup lebih lama atau segera wafat. Nabi Musa memilih untuk segera menghadap Allah setelah mengetahui bahwa kematian adalah takdir yang pasti dan tidak bisa dihindari.

Setelah memilih untuk wafat, Allah mencabut nyawa Nabi Musa AS dengan lembut. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Seandainya aku berada di dekatnya, niscaya aku akan menunjukkan kepada kalian kuburan beliau, di sisi jalan, di bawah bukit pasir merah." (HR. Bukhari)

Tempat tersebut diyakini berada di sekitar kawasan Palestina, dekat dengan Tanah Suci, sebagaimana permintaan terakhir Nabi Musa AS kepada Allah.

Kisah Nabi Musa menampar malaikat maut adalah kisah sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Peristiwa ini menggambarkan kemanusiaan Nabi Musa AS, kekuatannya, serta kepasrahannya kepada Allah SWT.

Kisah ini menjadi pengingat bagi umat Islam bahwa kematian adalah takdir pasti yang akan dialami semua makhluk, dan yang terpenting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri untuk menghadapinya dengan iman dan amal saleh.

Wallahu a'lam.




(dvs/inf)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads