Bayangkan ketika kita jatuh cinta pada seseorang, kita rela berkorban, melakukan banyak hal, bahkan berusaha memberikan yang terbaik untuknya. Begitu juga ketika kita memiliki cinta kepada Allah, rasa cinta itu akan mendorong kita untuk beribadah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya.
Cinta kepada Allah bukan hanya sekadar ucapan, tetapi juga perasaan mendalam yang tercermin dari sikap, perilaku, dan ketaatan kita sehari-hari. Ketika rasa cinta ini tumbuh, segala amal ibadah terasa lebih ringan, lebih nikmat, dan mengisi hati dengan ketenangan yang tidak tergantikan.
Namun, menumbuhkan cinta kepada Allah tentu membutuhkan kesadaran dan usaha. Lantas, bagaimana cara agar kita bisa merasakan cinta sejati kepada Allah dalam setiap langkah hidup kita?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konsep Cinta Kepada Allah
Allah SWT telah lebih dulu mencintai kita dengan memberi nikmat kehidupan, rezeki, serta kasih sayang yang tak terbatas. Karena itu, sudah sepantasnya kita membalas cinta tersebut dengan menaati-Nya dan selalu mendekat kepada-Nya.
Dalam buku Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali oleh Ahmad Ismail, dkk, cinta kepada Allah dalam ilmu tasawuf disebut sebagai muhabbah.
Kata mahabbah berasal dari kata ahabba-yuhibbu-mahabbatan yang bermakna mencintai dengan sangat atau memiliki rasa cinta yang mendalam.
Secara etimologi, mahabbah merupakan bentuk masdar dari kata hubb yang berarti terbiasa, menetap, atau menyukai karena adanya rasa cinta.
Dalam istilah, mahabatullah adalah kecintaan seorang hamba kepada Allah, yang tercermin melalui sikap pengabdian, pengorbanan, serta ketulusan cinta kepada-Nya. Berdasarkan makna tersebut, mahabbah dipahami sebagai rasa cinta ruhaniah yang mendalam kepada Allah, sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Qur'an, antara lain pada Surat Al-Maidah ayat 54 dan Ali Imran ayat 31.
فَسَوۡفَ يَأۡتِى ٱللَّهُ بِقَوۡمٍ يُحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّونَهُۥٓ
Artinya: "Allah akan mendatangkan suatu umat yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya." (QS. Al-Maidah(5):54)
قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡ
Artinya: "Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." (QS. Ali Imran(3):31)
Cara Menumbuhkan Cinta kepada Allah
Mengutip jurnal Al-Mahabbah dalam Pandangan Sufi oleh Rahmi Damis, terdapat beberapa jalan yang dapat ditempuh seorang Muslim untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Allah SWT. Berikut ini adalah pembahasannya.
1. Taubat
Dosa menjadi penghalang utama dalam mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, langkah awal yang dianjurkan adalah bertaubat, tidak hanya dari pelanggaran syariat, tetapi juga dari kelalaian dalam mengingat-Nya.
Taubat menjadi dua, pertama taubat orang awam, yakni taubat dari dosa-dosa. Kemudian, taubat khawas, yaitu taubat dari lalai dalam mengingat Allah.
2. Wara'
Wara' berarti menahan diri dan berpegang teguh pada ajaran agama agar terhindar dari segala bentuk dosa. Kaum sufi menekankan wara' sebagai sikap meninggalkan hal-hal yang syubhat (samar), baik berupa perkataan maupun perbuatan, demi menjaga kesucian diri.
3. Zuhud
Secara bahasa, zuhud berarti berpaling atau meninggalkan. Maksudnya adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat melalaikan dari Allah, terutama kesenangan duniawi dan kemewahan yang membuat hati lupa pada tujuan akhirat.
4. Sabar
Sabar adalah kemampuan menahan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama. Dengan kesabaran, seorang Muslim mampu mengendalikan dirinya sehingga tetap teguh dan terhindar dari perbuatan maksiat.
Percayalah, semakin kita menumbuhkan rasa cinta kepada Allah, maka semakin besar pula cinta-Nya yang akan tercurah kepada kita. Ketika Allah sudah mencintai hamba-Nya, hidup akan dipenuhi keberkahan, ketenangan, dan rahmat yang tak ada habisnya.
Wallahu a'lam.
(hnh/inf)
Komentar Terbanyak
Kemenhaj Rombak Sistem Antrean Haji, Tak Ada Lagi Masa Tunggu 48 Tahun
Antrean Haji Tiap Daerah Akan Dipukul Rata 26-27 Tahun
Jumlah Santri Sidoarjo Meninggal Akibat Musala Ponpes Ambruk