Ribuan Demonstran di New York Tolak Kehadiran Netanyahu di PBB

Ribuan Demonstran di New York Tolak Kehadiran Netanyahu di PBB

Devi Setya - detikHikmah
Sabtu, 27 Sep 2025 13:00 WIB
PM Israel Benjamin Netanyahu saat pidato di Sidang Umum PBB, New York, Jumat (26/9/2025). (YouTube/United Nations)
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu Foto: YouTube/United Nations
Jakarta -

Aksi walk out terlihat di dalam ruang sidang gedung PBB menjelang Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, naik ke podium untuk menyampaikan pidatonya. Ternyata di luar gedung digelar aksi demo.

Dikabarkan Al Jazeera, Sabtu (27/9/2025) di luar gedung PBB, ribuan demonstran memenuhi jalan-jalan New York menolak kehadiran Netanyahu. Massa aksi yang terdiri dari berbagai kelompok, termasuk Gerakan Pemuda Palestina, menyuarakan kecaman terhadap perang Israel di Gaza.

"Dia tidak diterima di New York City," ujar seorang perwakilan Gerakan Pemuda Palestina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sungguh tidak masuk akal bahwa pejabat terpilih di AS, New York City, dan secara nasional menggelar karpet merah untuknya," tambah demonstran.

ADVERTISEMENT

Protes ini menegaskan bahwa penolakan terhadap kebijakan Israel tidak hanya datang dari dunia internasional, tetapi juga tumbuh kuat di dalam negeri Amerika Serikat.

Pesan kepada Hamas: Menyerah atau Mati

Netanyahu menggunakan pidatonya untuk menyampaikan pesan langsung kepada Hamas. Ia menegaskan bahwa Israel tidak akan berhenti sampai semua tawanan Israel di Gaza dikembalikan.

"Kami tidak melupakan kalian, sedetik pun. Rakyat Israel bersama kalian. Kami tidak akan goyah, dan kami tidak akan beristirahat sampai kami membawa kalian semua pulang," katanya.

Ia mengklaim pidatonya juga disiarkan melalui pengeras suara dan ponsel di Gaza, termasuk kepada pimpinan Hamas. Netanyahu mengeluarkan ultimatum agar Hamas menyerah dan membebaskan tawanan, atau menghadapi kematian.

Namun, para kritikus menilai sikap keras Netanyahu justru menghambat tercapainya gencatan senjata dan menghalangi pembebasan para tawanan. Beberapa anggota parlemen Israel bahkan menuduhnya memperpanjang perang demi kepentingan politik pribadi.

Dalam pidatonya, Netanyahu kembali merujuk pada serangan Hamas Oktober 2023 sebagai legitimasi untuk melanjutkan perang. Ia memaparkan konsep "perang tujuh front" melawan musuh di Gaza, Yaman, Iran, Suriah, Lebanon, dan milisi Irak.

Dengan memegang peta bertuliskan "Kutukan", Netanyahu mencoba menampilkan Israel sebagai negara yang berperang bukan hanya demi dirinya, tetapi juga demi keamanan dunia Barat. Ia bahkan menyatakan bahwa di balik pintu tertutup, sejumlah pemimpin dunia berterima kasih atas peran Israel melawan "terorisme," meski klaim ini tanpa bukti.

Bantahan Tuduhan Genosida

Menanggapi penyelidikan PBB yang menyebut Israel melakukan genosida di Gaza, Netanyahu membantah tuduhan tersebut. Menurutnya, jika Israel berniat melakukan genosida, mereka tidak akan pernah menyuruh warga Gaza untuk mengungsi. Ia juga menyangkal tuduhan bahwa Israel dengan sengaja membuat penduduk Gaza kelaparan, dengan menyalahkan Hamas atas distribusi bantuan.

Namun, laporan internal USAID pada Juni 2025 justru menyatakan tidak ada bukti sistematis bahwa Hamas menjarah bantuan. Fakta ini melemahkan klaim Netanyahu dan memperkuat tuduhan komunitas internasional terhadap pemerintahannya.

Pidato Netanyahu di PBB juga menuai kritik dari lawan politik di Israel. Pemimpin oposisi, Yair Lapid, menyebut pidato tersebut sebagai retorika kosong:

"Pidato itu lelah dan merengek, penuh dengan gimmick yang basi," ujar Lapid.

Lapid menilai Netanyahu gagal menawarkan rencana perdamaian yang konkret, khususnya terkait pembebasan tawanan.




(dvs/lus)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads