Sedikitnya 23 warga Palestina dilaporkan tewas pada Minggu (3/8) saat berusaha mendapatkan bantuan makanan di Jalur Gaza. Menurut kesaksian warga dan keterangan resmi rumah sakit, para korban menjadi sasaran tembakan dari pasukan Israel di jalur menuju titik distribusi bantuan.
Insiden tersebut terjadi di tengah meningkatnya krisis kelaparan di Gaza, wilayah yang dihuni lebih dari dua juta penduduk dan telah berada di bawah blokade ketat serta serangan militer Israel selama hampir dua tahun.
Dikutip dari Arab News, Yousef Abed, salah satu warga yang berada di lokasi, mengatakan ia melihat sejumlah orang tergeletak bersimbah darah, namun tak mampu menolong mereka karena tembakan terus berdesing. "Saya hanya bisa berlari menyelamatkan diri. Tembakan datang dari segala arah," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Rumah Sakit Nasser di Gaza Selatan, jenazah korban berasal dari beberapa lokasi berbeda. Delapan jenazah ditemukan di daerah Teina, sekitar 3 km dari pusat distribusi bantuan di Khan Younis, yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) - lembaga bantuan swasta yang didukung Israel dan AS. Satu jenazah ditemukan di wilayah Shakoush di utara Rafah, dan sembilan lainnya ditemukan di dekat koridor Morag, lokasi antrean truk bantuan dari wilayah Israel.
Tiga saksi mata menyebutkan bahwa penembakan terjadi di zona militer yang dijaga ketat oleh pasukan Israel. Mereka melihat tentara menembaki kerumunan warga yang kelaparan dan berupaya mendekati truk bantuan.
Insiden serupa juga dilaporkan terjadi di Gaza Tengah. Menurut Rumah Sakit Awda, lima warga tewas dan 27 lainnya terluka saat mencoba mengakses titik distribusi bantuan GHF di koridor Netzarim. Saksi mata lain, Hamza Matter, mengungkapkan, "Pasukan menembaki kami saat kami mencoba mendekat. Kami hanya ingin makan."
Sepanjang Mei hingga Juli, PBB mencatat sedikitnya 859 warga Palestina tewas di sekitar lokasi distribusi GHF, dan ratusan lainnya kehilangan nyawa di sepanjang rute konvoi makanan yang dipimpin badan dunia tersebut.
GHF dibentuk pada Mei lalu oleh Israel sebagai alternatif distribusi bantuan setelah menuduh sistem PBB membiarkan Hamas menyedot pasokan. Namun, Israel belum menunjukkan bukti terkait tuduhan itu, dan PBB membantah keterlibatannya dalam penyalahgunaan bantuan.
GHF dan militer Israel mengklaim hanya menggunakan semprotan merica atau tembakan peringatan untuk membubarkan kerumunan, serta menyebut jumlah korban telah dibesar-besarkan. Namun, hingga kini, keduanya belum memberikan tanggapan atas laporan korban tewas terbaru.
Krisis kelaparan di Gaza semakin parah. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat enam kematian baru akibat malnutrisi dalam 24 jam terakhir, menambah total menjadi 82 orang dewasa dalam lima pekan terakhir. Selain itu, 93 anak dilaporkan meninggal akibat kelaparan sejak awal perang pada 2023.
Perang dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas menyerang wilayah selatan Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya. Sejak itu, lebih dari 60.400 warga Palestina tewas akibat serangan militer Israel, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza. Meskipun Israel meragukan angka tersebut, mereka belum memberikan laporan korban versi sendiri.
PBB dan sejumlah organisasi independen internasional menyebut data dari otoritas kesehatan Gaza sebagai salah satu sumber paling kredibel dalam situasi perang yang sedang berlangsung.
(lus/inf)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina