Keputusan berpindah keyakinan bukanlah hal mudah, apalagi jika dilakukan secara sadar, tenang, dan penuh keikhlasan. Itulah yang dirasakan oleh Ruben Onsu, publik figur yang belakangan ini terbuka mengenai keputusannya menjadi mualaf.
Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube Comic 8 Revolution, Ruben membagikan kisah perjalanan hijrahnya dengan Ivan Gunawan.
Baca juga: Kisah-kisah Mereka yang Gagal Haji Furoda |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui video berjudul Ivan dan Ruben: Persahabatan Till Jannah! Butik Haji Igun jadi Saksi, Ruben menceritakan perasaan ketika ia pertama kali memantapkan diri mengucap kalimat Syahadat.
"Gue pengennya masuk Islam, jalanin aja" Ruben mengawali ceritanya dengan mengingat kembali momen ia mengucap dua kalimat syahadat di hadapan Habib Usman bin Yahya.
Ruangan itu sederhana, hanya ada Habib Usman di sana. Tapi anehnya, Ruben merasa hangat, seolah punya keluarga besar yang menyambutnya, meski secara fisik hanya berdua.
"Setelah ucapan kalimat syahadat, gue kayak punya keluarga Islam... padahal yang ada cuma Habib Usman," kenangnya penuh haru.
Yang tak pernah ia sangka, setelah menjadi mualaf, 80 persen keluarganya yang ternyata muslim pun seolah turut hadir. Bahkan saat pertama kali ia bertemu kembali dengan keluarga besar itu, semua hanya bisa menangis. Tak ada kata-kata. Hanya pelukan dan air mata yang jadi bahasa cinta.
"Pertama kali ketemu keluarga itu nangis. Nggak ada kata apa pun... cuma nangis," ucap Ruben.
Bagi Ruben, momen itu terasa seperti kehadiran sang ibunda yang telah tiada. Ia bahkan merasa bahwa keputusan ini adalah sesuatu yang diam-diam diimpikan oleh almarhumah mamanya.
"Cuma nangis dan bilang, ini yang mamaku impi-impikan," ujarnya lirih.
Untuk diketahui, ibunda Ruben Onsu, Helmiah Chalifah adalah seorang muslim.
Menemukan Kedamaian dalam Salat dan Tahajud
Sebagai seorang muslim baru, Ruben tak hanya berhenti pada pengakuan lisan. Ia mulai menjalani salat lima waktu, dan menemukan ketenangan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
"Kalau lagi kesel sama orang, gue salat. (Sholat) Isya gue selalu di rumah. Jam 9-10 (malam) udah di rumah," katanya.
Bagi Ruben, salat Isya adalah waktu untuk "menumpahkan semua". Sedangkan saat tahajud, ia benar-benar jujur dalam doa. Menceritakan segalanya pada Allah SWT, tanpa takut ditertawakan seperti saat curhat pada manusia.
"Kalau menurut gue, cerita ke manusia nggak akan selesai, malah jadi tertawaan. Tapi kalau ke Allah, gue cerita semuanya, nanti ada solusinya," ucap Ruben.
Dengan ikhlas, ia belajar memaafkan dan berdamai. "Dulu gue bisa marah. Sekarang nggak. Ikhlas aja, kayak, yaudah," katanya, menggambarkan ketenangan baru yang ia temukan.
"Kalau menurut gue gini, ntar juga Allah kasih yang indah, yang baik," ungkapnya.
Ia pun tetap dikelilingi orang-orang yang setia mendukung, termasuk sahabatnya Ivan Gunawan. Dalam momen ini, Ivan juga hadir dan menjadi saksi perubahan besar dalam hidup Ruben.
(dvs/lus)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi