Dalam Islam, para nabi dan rasul memiliki sifat-sifat mulia yang menjadi bukti keagungan dan kebenaran mereka sebagai utusan Allah. Empat sifat wajib bagi para nabi yang paling dikenal adalah Shidiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan), dan Fatanah (cerdas).
Fatanah menjadi sebuah sifat agung yang menunjukkan betapa para nabi bukan hanya suci secara spiritual, tetapi juga cerdas secara akal dan bijaksana dalam menyampaikan risalah Allah SWT.
Pengertian Fatanah
Secara bahasa, fatanah (فطانة) berasal dari kata fa-tha-na yang berarti cerdas, cakap, pandai, atau bijaksana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam buku Etika Bisnis Dalam Kajian Islam karya Siska Yuli Anita dkk, seorang yang fatanah adalah orang yang memahami, mengerti dan menghayati secara mendalam segala sesuatu yang berhubungan dengan kewajiban dan tugasnya secara cerdas.
Kecerdasan atau fatanah adalah sifat wajib yang harus dimiliki para nabi dan rasul Allah SWT.
Dalam konteks kenabian, fatanah berarti kecerdasan luar biasa yang diberikan Allah kepada para nabi, agar mereka mampu memahami wahyu, menyampaikannya dengan benar, menjawab berbagai persoalan umat, dan berdakwah dengan hikmah.
Imam al-Nasafi dalam kitabnya Tafsir al-Nasafi menyebutkan bahwa fatanah adalah "kecerdasan tinggi yang dimiliki oleh nabi, yang dengannya mereka dapat menaklukkan hati manusia dan membungkam musuh-musuhnya dengan hujjah yang kuat."
Ustaz Muksin Matheer 1001 dalam bukunya yang berjudul Tanya Jawab Dalam Islam, menjelaskan fatanah artinya cerdas dan sempurna IQ-nya. Para rasul adalah orang-orang yang berpikiran cerdas dan brilian. Mereka terpelihara dari kebodohan dan ketidakmengertian.
Rasulullah SAW dapat menyampaikan ajaran Allah SWT dengan benar dan secara tuntas dengan pemahaman yang mudah. Sifat ini menjadi keharusan pada diri seorang rasul.
Allah SWT memilih para nabi dari kalangan manusia yang terbaik, bukan hanya dari sisi akhlak dan iman, tetapi juga dari sisi intelektual dan kecerdasan.
Dalil tentang Kecerdasan Rasulullah SAW
1. An-Najm Ayat 3-4
Surat An-Najm Ayat 3
وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ
Arab-Latin: Wa mā yanṭiqu 'anil-hawā
Artinya: Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
Surat An-Najm Ayat 4
إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْىٌ يُوحَىٰ
Arab-Latin: In huwa illā waḥyuy yụḥā
Artinya: Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
Ayat ini menunjukkan bahwa setiap perkataan Nabi penuh hikmah dan kecerdasan, karena bersumber dari wahyu Allah SWT.
2. Hadits tentang Kecerdasan Nabi SAW
Dalam banyak hadits, para sahabat menggambarkan Nabi sebagai orang yang sangat bijak, mampu menyelesaikan masalah dengan lembut namun tegas, dan selalu tahu apa yang harus dilakukan dalam berbagai situasi.
"Orang mukmin yang kuat (ilmu dan akalnya) lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah." (HR. Muslim)
Fatanah adalah sifat wajib yang dimiliki oleh para nabi, terutama Nabi Muhammad SAW. Sifat ini mencerminkan kecerdasan akal, kebijaksanaan dalam bersikap, dan ketepatan dalam menyampaikan dakwah. Dengan fatanah, para nabi mampu menaklukkan hati manusia, membimbing umat, dan membangun peradaban yang mulia.
(dvs/inf)
Komentar Terbanyak
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi
Info Lowongan Kerja BP Haji 2026, Merapat!