Di momen penghujung tahun ini, muhasabah diri sangat dianjurkan guna mengevaluasi apa saja yang sudah dilakukan di sepanjang tahun yang sudah berlalu, dan berusaha memperbaiki diri di tahun mendatang. Seorang muslim juga perlu mengingat kembali tujuan penciptaannya di dunia, yakni untuk beribadah dan beramal saleh.
Disampaikan dalam buku Muhasabah karya H.R. Daeng Naja, Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang pintar adalah yang memuhasabahi diri serta beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya selalu mengikuti nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala." (HR At-Tirmidzi)
H.R Daeng Naja dalam bukunya menjelaskan bahwa pesan ini mengajak untuk selalu merenung dan berusaha memperbaiki diri, agar hidup tidak hanya terfokus pada dunia yang sementara, tetapi juga untuk kehidupan yang kekal setelah mati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Muhasabah Diri?
Mengutip buku Jangan Tenggelamkan Masa Mudamu, karya Riyani, secara etimologi, muhasabah berasal dari kata kerja "hasiba", yang berarti menghisab atau menghitung. Secara sederhana, muhasabah diartikan sebagai proses pengamatan terhadap diri sendiri, introspeksi, atau evaluasi diri.
Para ulama dari masa ke masa senantiasa menjadi motor penggerak bagi kaum muslimin untuk melakukan muhasabah. Salah satunya adalah sebuah atsar yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad, Umar bin Al-Khaththab RA berkata,
"Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab! Timbanglah amal kalian sebelum amal kalian ditimbang! Sesungguhnya introspeksi diri pada hari ini lebih ringan daripada hisab di kemudian hari. Berhiaslah untuk perhelatan akbar (hari Akhir), pada hari yang segala sesuatu akan tampak dan tidak ada yang tersembunyi dari kalian!"
Pentingnya Bermuhasabah Diri
Muhasabah diri sangatlah penting untuk dilakukan oleh setiap umat Islam. Mengutip buku Thibbul Qulub: Klinik penyakit Hati, oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah terbitan Pustaka Al-Kautsar, adapun ayat yang menunjukkan wajibnya melakukan muhasabah diri adalah firman Allah dalam Surah Al-Hasyr ayat 18:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
Latin: Yā ayyuhal-lażīna āmanuttaqullāha waltanẓur nafsum mā qaddamat ligad(in), wattaqullāh(a), innallāha khabīrum bimā ta'malūn(a).
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan, pada ayat ini, Allah SWT menegaskan agar setiap manusia memperhatikan amal-amalnya, baik yang telah ia lakukan maupun yang dipersiapkan untuk Hari Kiamat. Apakah amal-amal tersebut termasuk amal baik yang dapat menyelamatkan dirinya, atau justru amal buruk yang bisa membinasakannya.
Masih mengutip sumber sebelumnya, Qatadah berkata, "Tuhanmu senantiasa mendekatkan Hari Kiamat, sehingga Dia menjadikannya seakan-akan terjadi besok."
Kesimpulannya, kebaikan hati dapat diraih melalui muhasabah diri, sedangkan kerusakan hati terjadi karena mengabaikan muhasabah diri dan membiarkan nafsu menguasai tanpa kendali.
Manfaat Muhasabah Diri
Kegiatan bermuhasabah diri dapat mendatangkan banyak manfaat, antara lain:
1. Mengetahui Aib Sendiri
Salah satu manfaat muhasabah diri adalah kemampuan untuk mengenali aib atau kekurangan pada diri sendiri. Seseorang yang tidak menyadari aibnya tidak akan mampu memperbaikinya. Namun, jika ia dapat mengenalinya, ia akan berusaha menghilangkannya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Darda, "Tidaklah seseorang memiliki pemahaman sehingga ia membenci manusia karena Allah, kemudian ia kembali kepada dirinya sendiri, lalu ia lebih membenci dirinya."
2. Merendahkan Diri karena Allah
Merendahkan diri karena Allah termasuk salah satu sifat orang-orang yang sangat jujur. Seorang hamba akan dekat kepada Allah dengan ia merasa lemah dengan amal perbuatannya.
Masih mengutip dari sumber sebelumnya, Ibnu Abi Ad-Dunya bercerita dari Malik bin Dinar,
"Suatu ketika ada kaum bani Israil yang berdiam diri di masjid mereka di Hari Raya. Kemudian datang seorang pemuda di depan pintu masjid dan berkata, 'Tidaklah orang seperti diriku ini bisa masuk surga seperti kalian. Aku memiliki dosa ini dan itu.' Ia merendahkan dirinya sendiri. Maka, Allah memberikan wahyu kepada nabi-Nya, bahwa pemuda itu orang yang banyak jujurnya."
3. Meningkatkan Semangat untuk Beribadah
Melakukan muhasabah dapat menjadi sumber inspirasi dan semangat bagi seseorang untuk lebih berusaha dalam meningkatkan ibadahnya. Dengan merenungkan dan menilai sejauh mana ketakwaan serta ketulusan dalam beribadah, seseorang akan terdorong untuk memperbaiki dan memperkuat kualitas ibadahnya.
(inf/kri)
Komentar Terbanyak
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026