Surah Al-Isra Ayat 7, Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan

Surah Al-Isra Ayat 7, Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan

Amelia Ghany Safitri - detikHikmah
Kamis, 19 Des 2024 17:45 WIB
Al-Quran yang didalamnya terdapat surat Al Waqiah. Jika dibaca setiap hari dapat mendapatkan keberkahan.
Al-Qur'an. Foto: Getty Images/iStockphoto/jackof
Jakarta -

Surah Al-Isra ayat 7 berisi tentang balasan Allah SWT sesuai amalan yang hamba-Nya lakukan. Surah Al-Isra adalah surah ke-17 dalam Al-Qur'an yang memiliki 111 ayat.

Surah Al-Isra termasuk golongan surah Makkiyyah karena turun di kota Makkah. Dalam surah Al-Isra ayat 7, dijelaskan bahwa apabila seorang muslim berbuat kejahatan, maka mereka akan menjadi bangsa yang terpecah belah, seperti yang dialami oleh Bani Israil. Berikut penjelasannya.

Bacaan surah Al-Isra Ayat 7: Arab, Latin, dan Terjemahan

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْۗ وَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرً٧

Arab-latin: in aḫsantum aḫsantum li'anfusikum, wa in asa'tum fa lahâ, fa idzâ jâ'a wa'dul-âkhirati liyasû'û wujûhakum wa liyadkhulul-masjida kamâ dakhalûhu awwala marratiw wa liyutabbirû mâ 'alau tatbîrâ

ADVERTISEMENT

Artinya: "Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. Apabila datang saat (kerusakan) yang kedua, (kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu, untuk memasuki masjid (Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika pertama kali, dan untuk membinasakan apa saja yang mereka kuasai."

Tafsir Surah Al-Isra Ayat 7

Tafsir Kementerian Agama RI menjelaskan bahwa dalam surah Al-Isra ayat 7, Allah SWT menegaskan bahwa apabila manusia berbuat baik atau melakukan kebajikan, maka balasan dari kebajikan itu akan mereka rasakan, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, kebaikan yang mereka terima berupa kekuatan sebagai umat yang dapat mempertahankan diri dari ancaman dan keburukan yang direncanakan oleh musuh-musuh mereka.

Mereka akan menjadi bangsa yang kuat, mampu mewujudkan budaya yang tinggi, serta memastikan kelancaran usaha dan ibadah mereka kepada Allah SWT.

Sedangkan di akhirat, kebahagiaan abadi yang mereka peroleh adalah surga yang penuh dengan kenikmatan, sebagai bukti keridaan Allah SWT atas kebajikan yang mereka lakukan.

Sebaliknya, apabila mereka berbuat jahat dengan menentang wahyu dan fitrah, seperti melawan kebenaran dan norma-norma yang ada dalam kehidupan mereka, akibatnya adalah kemurkaan Allah SWT. Akibat perbuatan tersebut, mereka akan menjadi bangsa yang terpecah belah, di mana satu kelompok saling menindas kelompok lainnya.

Karena itu, mereka tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidup mereka dan mudah jatuh ke dalam kehancuran serta terjebak dalam maksud jahat musuhnya. Akhirnya, mereka akan menjadi bangsa yang tertindas dan terjajah. Di akhirat, keburukan yang mereka terima adalah azab api neraka sebagai siksaan yang paling pedih.

Seperti dalam Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka menceritakan bahwa setelah Allah SWT menunjukkan kekuasaan-Nya dengan kelahiran Maryam binti Imran yang mengandung tanpa seorang suami, Bani Israil menuduhnya dengan tuduhan hina. Mereka menuduh Isa Al-Masih sebagai anak zina karena kelahirannya yang tidak sesuai dengan adat, yakni tanpa ayah.

Padahal, Zakariya, seorang Rasul Allah SWT dan penghulu Baitul Maqdis, telah menjadi saksi atas kesucian Maryam, namun mereka tidak mempercayainya.

Kemudian, Isa Al-Masih diutus oleh Allah SWT untuk mengajak mereka kembali kepada agama yang benar, yaitu Taurat. Namun, seruan tersebut ditolak, bahkan mereka memfitnah Isa kepada penguasa Romawi dengan menyarankan agar Isa disalibkan sebagai orang jahat. Karena desakan mereka, Pilatus, penguasa Romawi saat itu, mengabulkan permintaan mereka.

Namun, Allah SWT menolong Isa dengan cara menyelamatkan-Nya dari salib, dan yang disalibkan adalah muridnya yang mengkhianati, yaitu Judas Iskariot. Bani Israil tetap bersikeras mengatakan bahwa Isa telah disalib. Tuhan membantah klaim mereka, menyatakan bahwa Isa tidak disalib.

Inilah kerusakan besar yang kedua kali yang dilakukan oleh Bani Israil, yang menyebabkan perpecahan hebat. Kebencian mereka terhadap Nabi Isa dan ibunya membuat mereka menuduh dengan tuduhan hina.

Pengikut-pengikut Isa, yang sangat mencintainya, menanggapi tuduhan tersebut dengan memandang Isa Al-Masih sebagai Tuhan atau Anak Allah SWT. Mereka bersikeras dengan penuh cinta bahwa Isa telah mati disalib, namun bangkit pada hari ketiga, dan kemudian naik ke langit beberapa hari setelahnya.

Beberapa waktu kemudian, muncul seorang Yahudi bernama Paulus yang selama ini menganiaya pengikut-pengikut Nabi Isa. Paulus mengklaim bahwa dirinya diangkat menjadi Rasul oleh Nabi Isa dan membawa ajaran-ajaran yang berbeda dari ajaran asli Isa.

Ajarannya menyatakan bahwa Tuhan itu bukan satu, tetapi tiga, tiga yang setara, yakni Tuhan Bapa (Allah), Tuhan Putera (Isa Al-Masih), dan Roh Qudus. Inilah kerusakan kedua yang lebih hebat daripada yang pertama, yang terus mempengaruhi dunia hingga saat ini.

Beberapa puluh tahun setelah wafatnya Nabi Isa, dengan persetujuan kerajaan Roma yang menguasai Jerusalem, agama Kristen ajaran Paulus resmi diterima sebagai agama negara Roma. Sejak saat itu, Jerusalem berada di bawah kekuasaan Roma-Nasrani.

Terjadi lagi penindasan terhadap orang Yahudi, termasuk pengusiran dan penyiksaan. Kebesaran Bani Israil pun hilang selamanya.

Hancurlah Bani Israil seperti yang telah diancamkan oleh Allah SWT dalam surah Al-Isra' ayat 7 ini. Mereka terpecah belah dan tersebar ke berbagai penjuru dunia, seperti Mesir, Spanyol, India, dan lainnya.




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads