Surat Al-Baqarah Ayat 30: Arab, Latin, Arti dan Tafsirnya

Surat Al-Baqarah Ayat 30: Arab, Latin, Arti dan Tafsirnya

Amelia Ghany Safitri - detikHikmah
Rabu, 06 Nov 2024 13:15 WIB
Al-quran
Al-Qur'an. Foto: Getty Images/iStockphoto/Husam Cakaloglu
Jakarta -

Surat Al-Baqarah berada pada urutan kedua setelah surat Al-Fatihah. Surat yang terdiri dari 286 ayat ini termasuk surat Madaniyyah.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 30, Allah SWT memberitakan kepada malaikat bahwa Dia akan menciptakan seorang khalifah di muka bumi dari golongan manusia, yaitu Adam AS, yang akan mengatur bumi tersebut. Mendengar hal ini, malaikat menyampaikan keraguannya, dan terjadilah dialog antara Allah SWT dan malaikat. Berikut bacaan surat Al-Baqarah ayat 30 dan tafsirnya.

Bacaan Surat Al-Baqarah Ayat 30

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arab latin: Wa iż qāla rabbuka lil-malā'ikati innī jā'ilun fil-arḍi khalīfah(tan), qālū ataj'alu fīhā may yufsidu fīhā wa yasfikud-dimā'(a), wa naḥnu nusabbiḥu biḥamdika wa nuqaddisu lak(a), qāla innī a'lamu mā lā ta'lamūn(a).

Artinya: "(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

ADVERTISEMENT

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 30

Menurut Tafsir Al-Qur'an Kementerian Agama RI, surat Al-Baqarah ayat 30 menegaskan bahwa ketika Allah SWT memberitakan kepada para malaikat-Nya bahwa Dia akan menjadikan Adam AS (manusia) sebagai khalifah di bumi, para malaikat menanyakan alasannya karena tahu Adam AS dan keturunannya kelak akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi.

Ibnu Katsir menjelaskan dalam kitab tafsirnya bahwa ucapan malaikat ini bukan sebagai penentangan terhadap Allah SWT, atau kedengkian terhadap anak cucu Adam AS. Pertanyaan itu hanya dimaksudkan untuk meminta penjelasan dan keterangan tentang hikmah yang terdapat di dalamnya.

Qatadah mengatakan, "Para malaikat telah mengetahui bahwa mereka akan melakukan kerusakan di muka bumi."

Para malaikat menganggap bahwa diri mereka lebih pantas memiliki jabatan itu, karena mereka adalah makhluk yang taat, selalu bertasbih, memuji dan menyucikan Allah SWT, sedangkan manusia hanya akan melakukan kerusakan di bumi. Namun, Allah SWT tidak membenarkan anggapan mereka.

Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan para malaikat itu, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Segala yang akan dilakukan Allah SWT adalah berdasarkan pengetahuan dan hikmah-Nya yang Maha tinggi walaupun tak dapat diketahui oleh mereka, termasuk pengangkatan Adam AS menjadi khalifah di bumi.

Lebih lanjut dijelaskan, maksud kekhalifahan Adam AS di bumi adalah kedudukannya sebagai khalifah di bumi ini untuk melaksanakan perintah-perintahNya, dan memakmurkan bumi serta memanfaatkan segala apa yang ada padanya.

Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, terdapat pendapat Qatadah yang menyebut, "Allah sudah mengetahui bahwa di antara khalifah itu akan ada para nabi, rasul, kaum yang saleh, dan para penghuni surga."

Allah SWT mengetahui dalam penciptaan golongan ini (manusia) terdapat kebaikan yang lebih besar daripada kerusakan yang para malaikat khawatirkan. Malaikat tidak mengetahuinya bahwa Allah SWT akan menjadikan di antara mereka (manusia) para nabi dan rasul yang diutus ke tengah-tengah mereka.

Di antara manusia juga terdapat para shiddigun (jujur), syuhada', orang-orang saleh, orang-orang yang taat beribadah, ahli zuhud, para wali, orang-orang yang dekat kepada Allah SWT, para ulama, orang-orang yang khusyu', dan orang-orang yang cinta kepada-Nya, serta orang-orang yang meneladani para Rasul-Nya.

Al-Qurthubi dan ulama lainnya juga menjadikan surat Al-Baqarah ayat 30 ini sebagai dalil yang menunjukkan kewajiban mengangkat pemimpin. Pengangkatan pemimpin ini dimaksudkan untuk memutuskan perkara di tengah-tengah umat manusia, mengakhiri pertikaian mereka, menolong orang-orang teraniaya dari yang menzalimi, menegakkan hukum, mencegah berbagai perbuatan keji, dan berbagai hal yang tidak mungkin terlaksana dengan baik tanpa adanya pemimpin.

Ibnu Katsir lebih lanjut menyebutkan dalam kitabnya bahwa seorang pemimpin adalah harus seorang laki-laki, merdeka, baligh, berakal, muslim, adil, mujtahid, berilmu, sehat jasmani, memahami strategi perang dan berwawasan luas.




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads