Riya adalah menampakkan ibadah dengan tujuan agar dilihat oleh orang dan tidak berniat beribadah hanya karena Allah semata. Riya sangat berbahaya dan dapat menghapus amal perbuatan yang dilakukan manusia.
Sifat riya dapat menghilangkan kebaikan itu sendiri sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 264:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًاۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْاۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu licin yang di atasnya ada debu, lalu batu itu diguyur hujan lebat sehingga tinggallah (batu) itu licin kembali. Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum kafir.
Perbuatan baik atau suatu ibadah sebaiknya hanya diketahui oleh dirinya dan Allah saja, sebab jika ditunjukkan kepada orang lain, maka akan hangus pahalanya dengan sia-sia. Agar terhindar dari sifat riya, penjelasan lengkapnya ada pada artikel di bawah ini.
Baca juga: 5 Hal yang Merusak Sedekah |
Pengertian Riya
Mengutip buku Penyakit Hati dan Pengobatannya oleh Tgk. Muhammad Ab, kata riya berasal dari bahasa Arab yaitu ru'yah yang artinya melihat. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, riya adalah sombong atau congkak.
Riya adalah mencari pujian, kemegahan, atau kedudukan melalui amal ibadah. Sesungguhnya, riya diharamkan, dan orang yang memiliki sifat ini mendapat kutukan keras di sisi Allah.
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitabnya Minhajul Muslim mengatakan, bahwa riya pada hakikatnya adalah perilaku seorang hamba menaati Allah terapi memiliki keinginan lain agar memperoleh kedudukan dan derajat di mata manusia. Abu Al-Jazairi bahkan berkata riya merupakan kemunafikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa riya adalah sikap menonjolkan diri sebagai seseorang yang taat dan patuh kepada Allah dengan melakukan ibadah untuk mendapat pujian dari orang lain dan tidak semata melakukannya karena Allah SWT. Riya adalah penyakit hati yang akan mendapatkan hukuman berat dari Allah SWT.
Dalil tentang Bahaya Riya
Berdasarkan buku Kumpulan Hadits Qudsi Pilihan oleh Syaikh Fathi Ghanim, berikut adalah beberapa dalil yang membahas tentang riya.
1. Dalil Riya Lebih Bahaya dari Fitnah Dajjal
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menyebut bahwa riya lebih berbahaya daripada fitnah Dajjal. Beliau berkata,
"Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad Dajjal?" Dia berkata, "Kami mau," maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya." (HR Ibnu Majah)
2. Dalil Riya Adalah Perbuatan yang Merusak
Perbuatan riya dianggap lebih merusak daripada serigala yang menyerang domba. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi,
"Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dan dilepaskan di tengah sekumpulan domba lebih merusak daripada ketamakan seorang kepada harta dan kedudukan bagi agamanya." (HR Ahmad, Tirmidzi, Darimi, dan yang lainnya dari Ka'ab bin Malik)
3. Dalil Riya Dapat Menghapus dan Membatalkan Amal Saleh
Riya dapat menghapus atau membatalkan amal saleh yang telah dilakukan oleh seorang Muslim. Salat mereka dikatakan tidak akan mendapat pahala dari Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda,
"Aku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang dicampuri dengan perbuatan syirik kepada-Ku, maka Aku tinggalkan dia dan (Aku tidak terima) amal kesyirikannya." (HR Muslim dan Ibnu Majah)
Tingkatan-Tingkatan Riya
Kembali mengutip buku Penyakit Hati dan Pengobatannya, sesungguhnya tingkatan-tingkatan riya bermacam-macam. Sebagiannya lebih keras dan lebih berat dari sebagian lainnya, seperti:
- Bagian riya yang paling berat tingkatannya yaitu riya dengan pokok iman. Yaitu orang yang menampakkan dua kalimat syahadat sedangkan batinnya dipenuhi dengan pendustaan.
- Tingkatan kedua yaitu seperti orang yang menghadiri sholat hanya karena takut celaan. Seandainya bukan takut akan celaan sungguh ia tidak akan menghadirinya.
- Orang yang memperlihatkan ibadah sunnah padahal malas melakukannya hanya untuk mendapat pujian.
- Memperlihatkan perbuatan yang pada meninggalkannya dapat mengurangi nilai suatu ibadah. Contohnya ketika seseorang biasanya zakat menggunakan barang-barang kualitas rendah, karena dilihat orang lain, ia mengeluarkan zakat yang bagus agar tidak dicela.
- Memperlihatkan perbuatan yang pada meninggalkannya tidak ada kekurangan, akan tetapi dilakukan itu dengan hukum kelengkapan dan kesempurnaan. Contoh memperpanjang ruku', memperpanjang berdiri, dan menambah bacaan di atas bentuk yang sudah biasa.
- Seseorang berbuat riya dengan menambah beberapa tambahan di luar ibadah sunnah.
Menghindari Diri dari Perilaku Riya
Mengutip buku Aqidah Akhlak oleh Taufik Yusmansyah, berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari diri dari sifat riya:
- Berbuat sewajarnya dalam berbagai hal, tidak berlebih-lebihan maupun dikurangi.
- Senantiasa berbuat baik dihadapan banyak orang ataupun saat tidak ada orang.
- Tidak membicarakan perbuatan-perbuatan yang pernah dilakukan kepada orang lain apalagi dengan maksud mendapatkan pujian.
- Tidak merasa bangga dengan kelebihan yang dimiliki.
- Meminta perlindungan dan senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar dihindari dan dijauhkan dari sifat riya.
(hnh/erd)
Komentar Terbanyak
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza