Gua Hira menjadi saksi sejarah penting dalam perjalanan Nabi Muhammad SAW. Di sinilah beliau menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui malaikat Jibril, menandai dimulainya risalah kenabian.
Peristiwa ini bukan hanya peristiwa penting bagi kehidupan Nabi Muhammad SAW, tetapi juga menjadi titik awal turunnya Al-Qur'an yang menjadi petunjuk hidup bagi seluruh umat Islam. Lalu, bagaimana kisah lengkap Rasulullah SAW di Gua Hira saat menerima wahyu pertama? Berikut penjelasannya.
Kisah Rasulullah SAW Menerima Wahyu Pertama di Gua Hira
Dalam buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW: Dari Sebelum Masa Kenabian karya Abdurrahman bin Abdul Karim, disebutkan bahwa Rasulullah SAW menerima wahyu pertama ketika beliau menyendiri di Gua Hira pada usia 40 tahun. Gua Hira terletak sekitar 5 km di utara kota Makkah, sebelah kiri jalan menuju Arafah, dan memiliki ketinggian sekitar 200 meter. Gunung ini terdiri atas beberapa anak gunung, bukit, lembah, dan dikenal pula dengan nama Jabal Nur. Nabi Muhammad SAW memilih tempat ini sebagai lokasi beribadah sebelum diangkat menjadi nabi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gua Hira sendiri merupakan liang sempit yang hanya muat untuk tiga orang. Tingginya setara dengan manusia berdiri, dengan pemandangan pegunungan dan kota Makkah di sekitarnya. Keistimewaan Gua Hira adalah pemandangan langit yang luas dan Ka'bah di bawahnya.
Di gua ini, Rasulullah SAW biasa duduk, merenung, dan bertanya, "Siapakah yang menciptakan langit, bintang, dan seluruh makhluk ini?" Aktivitas ini beliau lakukan sejak usia 30 hingga 40 tahun sebagai persiapan untuk menerima wahyu.
Di sinilah beliau menerima wahyu pertama, ketika Malaikat Jibril menyampaikan perintah Allah SWT agar beliau menjadi utusan untuk menyampaikan ajaran tauhid kepada seluruh umat manusia.
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Wahab bin Kaisan, bahwa Ubaid berkata, "Pada bulan Ramadhan, Rasulullah SAW menetap di Gua Hira. Beliau memberi makan orang-orang miskin yang datang, kemudian melakukan thawaf di Ka'bah sebanyak tujuh kali atau lebih, lalu pulang ke rumah. Pada bulan itu, Allah SWT memuliakan beliau dengan mengutus sebagai nabi. Malaikat Jibril datang membawa perintah Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,
'Jibril datang kepadaku pada saat aku tidur dengan membawa secarik kain dibaj (kain sutra mewah), dan dalamnya terdapat tulisan. Malaikat Jibril berkata, "Bacalah!" Aku berkata, "Aku tidak bisa membaca." Jibril mencekik leherku dengan kain dibaj itu hingga aku seolah mati, kemudian melepaskannya dan berkata, "Bacalah!" Aku bertanya lagi, "Apa yang harus aku baca?" Proses ini diulang hingga akhirnya Jibril berkata, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-'Alaq [96]: 1-5).'
Setelah itu, Rasulullah SAW bangun dari tidur dan merasakan wahyu tertulis dalam hatinya. Beliau keluar dari gua, dan saat berada di tengah gunung, terdengar suara dari langit, "Hai Muhammad, engkau utusan Allah, dan aku adalah Jibril." Beliau melihat Jibril dalam bentuk manusia yang membentangkan kedua lututnya ke ufuk langit. Rasulullah SAW tetap berdiri terpaku tanpa maju atau mundur hingga akhirnya Khadijah mengutus orang untuk menjemputnya. Namun, Rasulullah SAW tetap berdiri di tempat semula.
Keadaan Rasulullah SAW Setelah Menerima Wahyu Pertama
Setelah mendapat wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW pulang dengan tubuh gemetar. Beliau minta diselimuti oleh istrinya, Siti Khadijah, yang membalut dengan penuh kasih sayang.
Siti Khadijah bertanya lembut, "Aduh, kekasihku, apa yang terjadi padamu? Ceritakan padaku."
Nabi SAW menjawab, "Selimuti aku, selimuti aku." Beliau khawatir karena belum paham sepenuhnya apa yang terjadi.
Siti Khadijah menenangkan, "Jangan takut. Allah SWT tidak akan menghinamu. Engkau selalu berbuat baik-menyambung silaturahmi, menolong yang susah, menghormati tamu, dan menolong orang dalam kebaikan."
Setelah tenang, Nabi Muhammad SAW menceritakan pengalamannya di Gua Hira. Siti Khadijah lalu bertanya, "Siapakah yang datang padamu dan apa maksudnya?"
Beliau menjawab, "Itu Jibril. Ia datang untuk menyampaikan risalah dari Tuhanmu."
Siti Khadijah terdiam, karena ia tahu apa yang disampaikan pamannya, Waraqah bin Naufal, benar. Ia menyadari suaminya kini seorang nabi dan rasul.
Kemudian, Siti Khadijah mengajak Nabi Muhammad SAW bertemu pamannya, Waraqah, yang telah mempelajari Injil dan Taurat. Nabi SAW menceritakan pengalamannya di Gua Hira.
Waraqah berkata, "Quddus! Wahai Muhammad, ini rahasia terbesar yang pernah Allah turunkan kepada Musa AS. Semoga aku masih hidup untuk melihatmu, meski kaummu akan memusuhimu."
Nabi Muhammad SAW bertanya, "Apakah kaummu akan mengusirku?"
Waraqah menjawab, "Ya, mereka akan memusuhimu. Jika aku masih kuat, aku akan menolongmu."
Dengan penjelasan Waraqah, Nabi SAW merasa tenang. Siti Khadijah pun bahagia karena suaminya sekarang jelas sebagai utusan Allah SWT.
Surah Al-Alaq Ayat 1-5 Menjadi Wahyu Pertama
Mengutip buku Sejarah Keteladanan Nabi Muhammad SAW.: Memahami Kemuliaan Rasulullah Berdasarkan Tafsir Mukjizat Al-Quran karya Yoli Hemdi, surah Al-Alaq ayat 1-5 adalah wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira. Berikut adalah surah Al-Alaq ayat 1-5:
Surah Al-Alaq ayat 1
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ
Iqra' bismi rabbikal-lażī khalaq(a).
Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!"
Surah Al-Alaq ayat 2
خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ
Khalaqal-insāna min 'alaq(in).
Artinya: "Dia menciptakan manusia dari segumpal darah."
Surah Al-Alaq ayat 3
اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ
Iqra' wa rabbukal-akram(u).
Artinya: "Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Mulia,"
Surah Al-Alaq ayat 4
الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ
Allażī 'allama bil-qalam(i).
Artinya: "yang mengajar (manusia) dengan pena."
Surah Al-Alaq ayat 5
عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ
'Allamal-insāna mā lam ya'lam.
Artinya: "Dia mengajarkan manusia apa yang tidak." diketahuinya.
Penerimaan Wahyu Berlangsung Selama 23 Tahun
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah SWT selama 23 tahun. Karena diturunkan bertahap, Al-Qur'an beda dengan kitab lain seperti Taurat, Zabur, dan Injil yang turun sekaligus.
Allah SWT menjelaskan dalam Surah Al-Isra ayat 106,
وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا
Wa qur'ānan faraqnāhu litaqra'ahū 'alan-nāsi 'alā mukṡiw wa nazzalnāhu tanzīlā(n).
Artinya: "Al-Qur'an Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau (Nabi Muhammad) membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami benar-benar menurunkannya secara bertahap."
Al-Qur'an pertama kali diturunkan pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadan. Sebagian ulama menjelaskan bahwa turunnya Al-Qur'an awalnya secara keseluruhan dari Arsy ke Baitul Izzah. Dari Baitul Izzah inilah, wahyu kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW selama kurang lebih 23 tahun.
Periode ini dimulai ketika beliau diangkat menjadi rasul pada usia 40 tahun hingga wafat pada usia 63 tahun. Selama 13 tahun pertama, beliau tinggal di Makkah, dan 10 tahun berikutnya di Madinah.
(lus/lus)












































Komentar Terbanyak
Innalillahi, Ketua Takmir Masjid Jogokariyan Meninggal Dunia
Doa Bulan Rajab Sesuai Sunnah Rasulullah SAW: Arab, Latin dan Artinya
Ditjen PHU Pamit dari Kemenag setelah 75 Tahun Tangani Haji Indonesia