Puasa setelah Asyura 11 Muharram adalah salah satu puasa sunnah pada bulan ini. Bulan Muharram memang bulan yang istimewa untuk muslim mengamalkan puasa sunnah.
Salah satu riwayat hadits menyebutkan, pengamalan puasa sunnah di bulan Muharram berada posisi istimewa setelah puasa wajib bulan Ramadan. Berikut bunyi haditsnya,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " أفضل الصيام بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ ، وأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيْضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ ".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: Abu Hurairah RA menyampaikan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Puasa yang paling utama setelah bulan Ramadan adalah puasa di bulan Muharram, dan salat yang paling utama setelah salat fardhu adalah salat malam." (HR Muslim)
Menurut ketetapan pemerintah, puasa 11 Muharram dilaksanakan hari ini. Tepatnya jatuh pada Rabu, 17 Juli 2024. Pengamalan niatnya bisa dimulai sejak malam sebelum hari berpuasa.
Puasa 11 Muharram Disebut Apa?
Sejauh ini, detikHikmah belum menemukan sebutan khusus untuk puasa 11 Muharram. Sebaliknya, puasa sunnah ini dianggap bagi kalangan ulama sebagai puasa penggandeng dari puasa Asyura 10 Muharram.
Menurut Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq oleh Syekh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi terjemahan Ahmad Tirmidzi, Futuhal Arifi dan Farhan Kurniawan, pendapat di kalangan ulama mengungkapkan tiga tingkat pengamalan puasa Asyura.
Tingkat pertama, puasa Asyura digandengkan dengan puasa sebelum dan sesudahnya yakni, puasa 9 dan 11 Muharram. Dengan kata lain, puasa diamalkan sebanyak tiga hari.
Tingkat kedua, puasa diamalkan hanya 2 hari yakni pada 9 dan 10 Muharram. Puasa Asyura digandengkan dengan puasa sehari sebelumnya atau puasa Tasua.
Sementara itu, tingkat ketiga disebut puasa Asyura pada 10 Muharram saja. Disebutkan, muslim dapat memilih pengamalannya sesuai kemampuannya.
Pendapat lainnya menurut jumhur dalam Terjemah Fiqhul Islam wa Adillathuhu Juz 3 karangan Wahbah Az-Zuhaili, makruh hukumnya bila mengkhususkan atau hanya mengerjakan puasa Asyura 10 Muharram saja. Hal ini sejalan dari riwayat hadits yang bersumber dari Ibnu Abbas RA. Ia mengutip sabda Rasulullah SAW yang berkata,
صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ ، وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ ، صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا
Artinya: "Berpuasalah pada hari ke-10 dan bedakan diri dengan orang-orang Yahudi. Berpuasalah pada hari sebelumnya atau hari sesudahnya." (HR Ahmad)
Hukum Puasa 11 Muharram
Pengamalan puasa 11 Muharram ini dianjurkan oleh ulama mazhab Syafi'i dan Hambali. Wahbah Az-Zuhaili mengutip kitab Al Umm dan Al Imlaa' karangan Imam Syafi'i yang lebih condong pada pengerjaan puasa sunnah tiga hari berturut-turut pada 9, 10, dan 11 Muharram.
Ulama mazhab ini berpendapat, puasa 11 Muharram dianjurkan bagi muslim yang tidak mengamalkan puasa Tasua 9 Muharram tapi berpuasa Asyura 10 Muharram.
Sementara itu, penganjuran dari ulama mazhab Hambali lebih kepada bentuk puasa berjaga-jaga. Khususnya, bila muslim tersebut tidak dapat memastikan tanggal awal bulan Muharram.
Buku Fiqih Kontroversi Jilid 2 oleh HM Anshary mengingatkan muslim penganjuran ini berasal dari ulama. Menurutnya kesunnahannya bukan dari Rasulullah SAW sebab hadits riwayat Imam Ahmad yang menyebutkan kesunnahan berpuasa sebelum dan sesudah 10 Muharram dinilai hadits dhaif atau lemah oleh Imam Ahmad dalam musnadnya.
Niat Puasa Sunnah setelah Asyura 11 Muharram
Bagi muslim yang meyakini untuk berpuasa pada 17 Juli 2024, bisa mendahuluinya dengan membaca niat berikut. Niat ini sebaiknya dibaca pada malam hari sebelum berpuasa.
نَوَيْتُ صَوْمَ الْمُحَرَّمِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shaumal Muharrami lilâhi ta'âlâ.
Artinya: "Saya niat puasa Muharram karena Allah ta'âlâ."
Niat puasa sunnah bisa diamalkan pagi bahkan hingga lewat waktu Zuhur menurut Wahbah Az-Zuhaili. Hal ini didasarkan dari Aisyah RA,
هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ غَدَاء ؟ فقُالْنَا: لاَ. قَالَ: فَإِنيِّ إِذاً صَائِم
Artinya: "Nabi SAW masuk kepadaku pada suatu hari dan beliau bertanya, 'Apakah ada sesuatu padamu (makanan yang bisa dimakan)? Aku menjawab, 'Tidak ada,' Beliau berkata, 'Maka sesungguhnya aku puasa'." (HR Muslim)
Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar dalam buku Fiqih Niat mengatakan pendapat jumhur ulama, hukumnya tetap sah bila puasa sunnah diniatkan siang hari. Pendapat juga diyakini oleh Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas'ud, Hudzaifah bin Yaman, Thalhah, Ibnu Abbas, Abu Hanifah, Ahmad, Syafi'i, Said ibnul Musayyab, Said bin Jabir, an-Nakhai, dan selainnya.
(rah/rah)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
Indonesia Konsisten Jadi Negara Paling Rajin Beribadah