Muharram adalah bulan pengawal dalam kalender Hijriah. Karenanya, bulan ini identik dengan Tahun Baru Islam.
Selain itu, bulan Muharram disebut juga bulannya Allah SWT atau Syahrullah. Penyebutan Syahrullah itu menjadi nama khusus bagi bulan Muharram.
Bukan tanpa alasan, ada makna di balik penamaan Syahrullah tersebut. Simak bahasannya berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan Bulan Muharram Disebut Bulannya Allah
Penyebutan Syahrullah pada bulan Muharram memiliki makna tersendiri. Ini diterangkan oleh Imam Suyuthi dalam buku Syarhul Adzkar yang disusun Ibnu Allan.
"Nama tersebut merupakan nama Islam, sedangkan bulan yang lain bukan; sesungguhnya nama semua bulan selainnya masih tetap seperti pada zaman jahiliah. Nama bulan Muharram dalam masa jahiliah adalah Shafar Awwal, sedangkan bulan sesudahnya adalah Shafar Tsani," demikian bunyi keterangan yang dikutip dari Buku Induk Doa & Zikir oleh Imam Nawawi terjemahan Abu Firly Bassam Taqiy.
Ketika Islam datang, Allah SWT menamai bulan tersebut sebagai Muharram. Terkait penyebutan Syahrullah ini juga termaktub dalam hadits Rasulullah SAW,
"Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada Syahrullah (bulan Allah), yaitu Muharram. Sementara salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam." (HR Muslim)
Menurut buku Khotbah Jumat Sepanjang Tahun oleh M Rouful Wahab, Az-Zamakhsyari mengatakan bahwa bahwa penyebutan Syahrullah bersandar pada lafal "Allah" untuk menunjukkan kemuliaan dan keagungan bulan tersebut. Ini sama seperti kita menyebut baitullah (rumah Allah) atau ahlullah (keluarga Allah).
Penamaan khusus tersebut tidak ditemui pada bulan-bulan lainnya. Ini menunjukkan keutamaan khusus pada bulan Muharram.
Muharram Termasuk Bulan Haram
Selain disebut sebagai bulannya Allah SWT, Muharram juga termasuk bulan haram. Makna haram di sini tidak merujuk pada status kehalalan.
Setidaknya ada empat bulan dalam kalender Hijriah yang dikategorikan sebagai haram. Terkait hal ini disebutkan dalam hadits, berikut bunyinya yang dikutip dari Syarah Riyadhus Shalihin Jilid 1 susunan Syaikh Muhammad Al-Utsaimin yang diterjemahkan Munirul Abidin.
"Sesungguhnya masa itu berputar, sebagaimana ketika Allah menjadikan langit dan bumi. Setahun dua belas bulan. Empat bulan di antaranya adalah bulan mulia (bulan haram), yang tiga berturut-turut yaitu Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab (di antara Jumadil Akhir dan Sya'ban)." (HR Bukhari Muslim)
Menukil dari buku Fikih Jihad: Studi Komparatif tentang Hukum dan Filosofi Jihad dalam Pandangan Al-Qur'an dan Sunnah oleh Yusuf Qardhawi yang diterjemahkan Ginanjar Sya'ban dkk, ada sejumlah larangan yang harus dipahami muslim pada bulan haram. Salah satu larangan itu adalah tidak diperbolehkannya perang.
Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 217,
... يَسْتَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالِ فِيهِ قُلْ قِتَالُ فِيهِ كَبِيرٌ
Artinya: "Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, "Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar..."
Selain itu, muslim juga dilarang untuk berbuat maksiat di bulan haram sebagaimana disebutkan dalam surah Al Maidah ayat 2,
... يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar (kesucian) Allah, jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram ..."
Keutamaan Bulan Muharram
Merangkum dari Majalah Aula Edisi Juli 2024: Istiqamahkan Ngaji susunan KH Nurul Huda Dzajuli, berikut beberapa keutamaan bulan Muharram yang dapat diraih muslim.
1. Bulannya Introspeksi Diri
Muharram dapat dijadikan sebagai momen untuk introspeksi diri. Pergantian tahun ini menjadi keistimewaan bagi muslim untuk melakukan muhasabah, evaluasi dan introspeksi terhadap perjalanan hidup agar menjadi lebih baik.
Terlebih, pada Muharram terdapat peristiwa penting yaitu hijrahnya Rasulullah SAW. Hendaknya, sebagai seorang muslim maka kita dapat mengambil ibrah, pelajaran dan hikmah untuk menapaki tahun baru.
2. Pelipatgandaan Amal Baik dan Buruk
Allah SWT menganjurkan kaum muslimin untuk memperbanyak kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan. Sebab, pada bulan Muharram segala amal baik dan buruk dilipatgandakan.
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menerangkan,
ثُمَّ اخْتَصَّ مِنْ ذَلِكَ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ فَجَعَلَهُنَّ حَرَامًا، وعَظم حُرُماتهن، وَجَعَلَ الذَّنْبَ فِيهِنَّ أَعْظَمَ، وَالْعَمَلَ الصَّالِحَ وَالْأَجْرَ أَعْظَمَ.
Artinya: "Allah SWT mengkhususkan empat bulan haram dari 12 bulan yang ada, bahkan menjadikannya mulia dan istimewa, juga melipatgandakan perbuatan dosa disamping melipatgandakan perbuatan baik."
3. Adanya Hari Asyura
Hari Asyura bertepatan dengan 10 Muharram. Pada hari ini, banyak peristiwa penting dan bersejarah terjadi.
Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk berpuasa pada hari Asyura atau ke-10 Muharram. Keutamaan puasa Asyura tercantum dalam hadits dari Abu Qatadah RA,
"Sungguh Rasulullah SAW bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat." (HR Muslim)
Wallahu a'lam
(aeb/kri)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
Gaza Zona Tempur Bahaya, 76 Warga Palestina Tewas Dibom Israel