Seorang imam masjid di Tabriz menjadi perbincangan setelah ia dikabarkan sebagai salah satu korban jiwa dalam kecelakaan heli yang ditumpangi Presiden Iran. Imam masjid ini bernama Ayatollah Mohammad Ali Al-e Hashem.
Ayatollah Mohammad Ali Al-e Hashem bersama Presiden Iran Ebrahim Raisi dan tujuh orang lainnya menumpangi helikopter untuk menuju kota Tabriz. Sayangnya, helikopter ini jatuh di dekat Kota Varzaghan, Provinsi Azerbaijan Timur, utara Iran, pada Minggu (19/5).
Seluruh penumpang helikopter dinyatakan meninggal dunia, termasuk Presiden Iran.
Ada kisah mengharukan di balik peristiwa ini, Ayatollah Mohammad Ali Al-e Hashem disebut-sebut sebagai penumpang yang bertahan hidup selama satu jam pasca jatuhnya helikopter ini.
Dikutip detikNews pada Selasa (21/5/2024), Ayatollah Mohammad Ali Al-e Hashem sempat menghubungi kantor kepresidenan Iran saat helikopter sudah menjadi puing-puing. Informasi tersebut diungkapkan Kepala Organisasi Penanggulangan Bencana Iran, Mohammad Hassan Nami saat berbicara kepada kantor berita IRNA.
"Dia masih hidup hingga satu jam setelah kecelakaan udara, dan bahkan melakukan percakapan telepon dengan Bapak Gholam-Hossein Esmaeili, Kepala Kantor Kepresidenan (Iran)," tutur Nami dalam pernyataan kepada IRNA.
Mengutip sumber lain yang dirilis kantor berita TASS, Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Mahdi Sadari mengungkapkan bahwa Al-e Hashem sempat menghubungi kantor kepresidenan Iran sebanyak dua kali. Ia mengatakan dirinya merasa tidak enak badan.
Ketika ditemukan oleh tim pencarian, jenazah Al-e Hashem ditemukan dalam kondisi sedikit lebih baik dibandingkan jenazah-jenazah lainnya.
Profil Ayatollah Mohammad Ali Al-e Hashem
Ayatollah Mohammad Ali Al-e Hashem dikenal juga dengan nama Seyyed Mohammad Ali Ale-Hashem. Ia lahir di tahun 1962.
Melansir Young Journalist Club (YJC) Ayatollah Mohammad Ali Al-e Hashem adalah putra dari Ayatollah Seyyed Mohammad Taqi Al-Hashem, salah satu ulama terkemuka Tabriz.
Al-e Hashem tumbuh menjadi sosok yang bijaksana dan berwibawa. Ia juga merupakan seorang ahli hukum Iran dan dua belas ulama Syiah yang merupakan wakil dari Vali-e -Faqih (Perwalian Ahli Hukum Islam) di provinsi Azerbaijan Timur. Ia juga imam sholat Jumat di Tabriz.
Pria yang menghembuskan napas terakhirnya pada 19 Mei 2024 ini dikenal sebagai sosok yang aktif dalam Perang Iran-Irak.
Dalam bidang pendidikan, Al-e Hashem mengenyam pendidikan hingga sekolah menengah atas di kampung halamannya. Kemudian pindah ke Qom untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi di Hawzah.
Al-e Hashem memiliki gelar pendidikan Hawzah di level 4 atau setara gelar Doktoral. Ia juga merupakan kepala "Organisasi Ideologi Politik Tentara Republik Islam Iran" sebelum ditunjuk sebagai perwakilan Vali-e-Faqih di Provinsi Azerbaijan Timur dan Imam Salat Jumat di Tabriz.
Dilihat dari rekam jejak aktivitasnya, selain didapuk menjadi imam salat Jumat di Tabriz, Al-e Hashem juga memiliki beberapa tanggung jawab.
Ia adalah Kepala Markas Sholat Jumat Tabriz, Kepala Bidang Ideologi Politik Pusdiklat Pendukung Tentara Angkatan Darat, Kepala Bidang Ideologi Politik Divisi Hamzah ke-21 Azarbaijan, Kepala Departemen Ideologi Politik Regional Azerbaijan, Deputi Humas Organisasi Ideologi Politik Regional Azerbaijan, Deputi Departemen Ideologi Politik Angkatan Darat Angkatan Laut, Deputi Departemen Ideologi Politik Angkatan Darat, Wakil Koordinator Organisasi Ideologi Politik Angkatan Darat, Deputi Organisasi Ideologi Politik Angkatan Darat dengan persetujuan Panglima Tertinggi dan Kepala Departemen Ideologi Politik Angkatan Darat Angkatan Darat dengan persetujuan Panglima Tertinggi .
Al el-Hashem juga diangkat menjadi kepala organisasi ideologi politik tentara pada tahun 2008 atas perintah Panglima Tertinggi Pasukan Umum, Imam Khamenei.
Selama periode ini, ia berhasil memenangkan posisi teratas di antara organisasi ideologi politik angkatan bersenjata sebanyak tiga kali.
Al-e Hashem wafat pada 19 Mei 2024, di usianya yang ke 62 tahun.
(dvs/erd)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana