Umat Islam di Indonesia sudah memasuki puasa hari ke-24 dan menuju hari ke-25 esok hari. Malam ini akan menjadi waktu istimewa karena salah satu malam ganjil yakni 25 Ramadan bertepatan dengan malam Jumat.
Keistimewaan malam 25 Ramadan dan malam Jumat disebutkan dalam sejumlah hadits. Malam 25 Ramadan termasuk malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadan, waktu yang dianjurkan untuk meraih Lailatul Qadar.
Rasulullah SAW bersabda,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
تَحَرَّوْا وفي رواية : الْتَمِسُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ
Artinya: "Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan." (HR Bukhari dan Muslim, dinilai shahih oleh Al Albani)
Hadits tersebut terdapat dalam Shahih Bukhari Muslim dari riwayat Aisyah RA. Ibnu Abbas RA juga meriwayatkan hadits serupa bahwa Nabi SAW bersabda, "Carilah Lailatul Qadar pada malam sepuluh yang terakhir dari (bulan) Ramadan. Lailatul Qadar itu pada sembilan hari yang masih tersisa, tujuh yang masih tersisa, dan lima yang masih tersisa."
Dalam Shahih Muslim juga terdapat riwayat dengan redaksi lebih panjang yang menjelaskan maksud malam yang tersisa itu. Riwayat ini berasal dari Abu Sa'id Al Khudri RA. Seseorang berkata, "Hai Abu Sa'id! Kamu tentu lebih mengetahui bilangan itu daripada kami." Ia menjawab, "Tentu kami lebih mengetahui tentang hal itu daripada kalian."
Orang itu bertanya, "Apa yang dimaksud dengan malam ke-9, ke-7, dan ke-5?" Ia menjawab, "Jika malam ke-21 telah lewat maka yang berikutnya adalah malam ke-22 dan itulah yang dimaksud malam ke-9. Apabila malam ke-23 telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke-7, jika malam ke-25 telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke-5." (HR Muslim 3/173)
Malam ganjil sepuluh hari terakhir Ramadan yaitu malam 21, 23, 25, 27, dan 29 Ramadan.
Pada Ramadan kali ini, malam 25 bertepatan dengan malam Jumat. Jumat sendiri merupakan waktu istimewa. Rasulullah SAW bersabda,
سَيِّدُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَهُوَ أَعْظَمُ مِنْ يَوْمِ النَّحَرِ وَيَوْمُ الْفِطْرِ وَفِيْهِ خَمْسُ خِصَالٍ فِيْهِ خَلَقَ اللهُ آدَمَ وَفِيْهِ أُهْبِطَ مِنَ الْجَنَّةِ إِلَى الْأَرْضِ وَفِيْهِ تُوُفِّيَ وَفِيْهِ سَاعَةٌ لَا يَسْأَلُ الْعَبْدُ فِيْهَا اللهَ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ مَا لَمْ يَسْأَلْ إِثْمًا أَوْ قَطِيْعَةَ رَحِمٍ وَفِيْهِ تَقُوْمُ السَّاعَةُ وَمَا مِنْ مَلَكٍ مُقّرَّبٍ وَلَا سَمَاءٍ وَلَا أَرْضٍ وَلَا رِيْحٍ وَلَا جَبَلٍ وَلَا حَجَرٍ إِلَّا وَهُوَ مُشْفِقٌ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ
Artinya: "Penghulu hari (Sayyidul Ayyam) adalah hari Jumat, dan ia adalah seagung-agungnya hari bagi Allah, bahkan lebih agung bagi Allah daripada Hari Raya Fitri dan Adha. Dan pada hari Jumat itu terdapat lima kejadian, yaitu: Allah menciptakan Adam, Allah menurunkan Adam ke dunia, Allah mewafatkan Adam, hari Jumat adalah saat yang tidaklah seseorang memohon kepada Allah melainkan pasti dikabulkan selama ia tidak meminta barang yang haram, dan pada hari itu akan terjadi kiamat. Tidak ada malaikat yang dekat kepada Allah, langit, bumi, angin, gunung-gunung, lautan melainkan semuanya mencintai hari Jumat." (HR Ahmad dan Ibnu Majah)
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Zadul Ma'ad (edisi Indonesia terbitan Griya Ilmu), hari Jumat adalah hari tambahan bagi mereka apabila mereka telah masuk surga dan sebagai hari raya bagi mereka yang ada di dunia.
Imam an-Nawawi dalam kitab Syarah Riyadhus Shalihin (edisi Indonesia terbitan Gema Insani) menjelaskan, hadits keutamaan hari Jumat tersebut mengandung beberapa mutiara, salah satunya berisi anjuran memperbanyak amal saleh pada hari waktu tersebut.
Anjuran serupa turut disampaikan Imam Al Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah yang diterjemahkan Ahmad Fahmi Zamzam. Hujjatul Islam menganjurkan untuk memperbanyak amalan pada malam Jumat.
(kri/rah)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi