Hari syak adalah hari ke-30 bulan Syaban. Hari syak biasa disebut hari yang meragukan, yakni meragukan apakah sudah masuk bulan Ramadan atau belum.
Hari syak sendiri termasuk dalam hari yang dimakruhkan untuk berpuasa. Mengapa demikian? Berikut pengertian hari syak dan hukum berpuasa pada hari tersebut.
Baca juga: 6 Kriteria Orang yang Wajib Puasa Ramadan |
Pengertian Hari Syak
Hari syak atau hari yang meragukan adalah hari ke-30 bulan Syaban atau 30 Syaban yang pada hari tersebut kemungkinan telah masuk Ramadan tetapi belum ada bukti kuat melalui persaksian rukyah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari buku Tuntunan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya karya R. Syamsul dan M. Nielda, jumlah hari dalam bulan kamariah adalah 29 atau 30 hari. Cara menentukan awal setiap bulan yaitu dengan melihat bulan atau rukyatul hilal setiap tanggal 29. Apabila bulan terlihat, maka hari berikutnya adalah tanggal pertama atau awal bulan baru. Namun, apabila bulan tidak terlihat maka hari berikutnya adalah tanggal 30 bulan tersebut.
Oleh karena itu, apabila pada 29 Syaban belum terdapat kesaksian yang kuat bahwa bulan telah terlihat, maka Syaban digenapkan menjadi 30 hari dan hari ke-30 tersebut disebut sebagai hari syak.
Hukum Puasa pada Hari Syak
Dikutip dari Syarah Fathal Qarib karya Tim Pembukuan Mahad Al-Jamiah Al-Aly UIN Malang, hukum berpuasa pada hari syak atau hari yang penuh keraguan adalah makruh apabila dilakukan tanpa adanya sebab yang melatarbelakangi puasanya.
Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi dalam Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq menjelaskan, larangan berpuasa pada hari syak disandarkan pada hadits riwayat Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda,
"Jangan kalian dahului puasa Ramadan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali jika puasa itu sudah biasa dilakukan oleh seseorang". (HR Al-Jamaah)
Ammar bin Yasir RA berkata, "Barang siapa berpuasa di hari syak, maka dia telah membangkang kepada Abul Qasim (maksudnya Rasulullah)." (HR Ashabus Sunan)
Dalam Sunan at-Tirmidzi terdapat hadits lain mengenai puasa pada hari syak. Hadits ini diriwayatkan dari Abu Sa'id Abdullah bin Sa'id al-Asyaj, dari Abu Khalid al-Ahmar, dari Amr bin Qais al-Mula'i, dari Abu Ishaq, dari Shilah bin Zufar, ia berkata,
"Pada suatu hari, kami bersama Ammar bin Yasir, kemudian dihidangkan daging kambing panggang kepada kami. Ia pun berkata, 'Makanlah kalian.' Seseorang lantas menyingkir dan berkata, 'Saya puasa.' Maka Ammar berkata, 'Barang siapa berpuasa pada hari yang diragukan oleh orang-orang (apakah sudah masuk Ramadhan atau belum), maka ia telah bermaksiat terhadap Abu Qasim SAW'."
Dalam tema ini terdapat riwayat dari Abu Hurairah RA dan Anas RA. Hadits riwayat Ammar adalah hadits hasan shahih.
Terdapat pengecualian dalam larangan puasa pada hari syak. Orang yang berpuasa karena memiliki kewajiban puasa (misalnya orang yang harus melakukan qadha puasa Ramadan, memiliki nadzar atau kafarah), atau orang yang telah memiliki kebiasaan puasa (misalnya terbiasa puasa Senin-Kamis atau puasa daud) boleh melakukan puasa pada hari syak.
Hal tersebut sesuai dengan salah satu hadits, "Janganlah kalian mendahului Ramadan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali seseorang yang telah berpuasa maka berpuasalah." (HR Bukhari dan Muslim)
Serupa dengan larangan puasa pada hari syak, hari lain yang dimakruhkan untuk berpuasa kecuali puasanya tersebut telah menjadi kebiasaan adalah hari-hari setelah pertengahan bulan Syaban.
Hari Syak 2024 Jatuh pada 11 Maret 2024
Berdasarkan kalender Hijriah Indonesia 2024 susunan Bimas Islam Kementerian Agama RI, hari syak jatuh pada 11 Maret 2024.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
BPJPH Dorong Kesiapan Industri Nonpangan Sambut Kewajiban Sertifikasi Halal