Kerajaan Islam yang Berdiri di Maluku pada Abad 15 dan Sejarahnya

Kerajaan Islam yang Berdiri di Maluku pada Abad 15 dan Sejarahnya

Annisa Dayana Salsabilla - detikHikmah
Minggu, 25 Feb 2024 14:03 WIB
Kerajaan Ternate Tidore
Ilustrasi kerajaan yang berdiri di Maluku pada abad ke-15. Foto: istimewa
Jakarta -

Islam masuk ke Maluku pada akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16 melalui jalur perdagangan, menurut sejumlah sumber. Bukti masuknya Islam ini diketahui dari kerajaan yang berdiri pada abad ke-15 yang kemudian menjadi kerajaan bercorak Islam.

Kerajaan Islam yang berdiri di Maluku pada abad ke-15 adalah Kerajaan Tidore. Kerajaan ini berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara.

Tidore sendiri berasal dari tiga rangkaian kata dari bahasa Tidore yaitu To Ado Re yang artinya "aku telah sampai". Sebelum Islam datang ke Nusantara, Tidore dikenal dengan nama "Limau Duko" atau "Kie Duko" yang memiliki arti "pulau yang bergunung api".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diceritakan dalam buku Sejarah Nusantara yang Disembunyikan karya Fatimah Purwoko, Kerajaan Tidore dikenal dengan Kasultanan Tidore setelah menerima Islam dan wilayah kekuasaannya mencakup seluruh wilayah mulai dari Sulawesi dan Papua.

Raja Kasultanan Tidore yang pertama kali menganut Islam adalah Cirililiyah yang selanjutnya berganti nama menjadi Sultan Jamaluddin, sebagaimana disebutkan dalam buku Mengenal Kerajaan-kerajaan Nusantara karya Deni Prasetyo.

ADVERTISEMENT

Sejarah Masuknya Islam ke Kerajaan Tidore

Islam masuk ke Kerajaan Tidore tak lepas dari aktivitas perdagangan rempah-rempah kala itu. Pada pertengahan abad ke-15, perdagangan rempah di Maluku semakin ramai dibuktikan dengan banyaknya pedagang Jawa, Melayu, Arab, dan China yang datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah.

Kerajaan-kerajaan di Maluku kala itu, Ternate dan Tidore, menjadi akrab dengan para pedagang Jawa dan memiliki hubungan ekonomi dengan mereka. Hubungan ini berpengaruh terhadap proses penyebaran Islam di dua kerajaan itu.

Selain Tidore, terdapat pula kerajaan Islam lain di Maluku, di antaranya Jailolo, Ternate, dan Bacan. Dikutip dari buku Ekonomi Islam Nusantara karya Ahmad Ubaidillah dan Muslim Papua karya Dhurorudin Mashad, berikut penjelasannya.

Kerajaan Islam di Maluku selain Tidore

1. Kerajaan Jailolo

Kerajaan Jailolo adalah kerajaan tertua di Maluku yang berdiri sejak 1321. Kerajaan yang sebelumnya bernama Kerajaan Moti dan pertama kali dipimpin Kolano Darajat ini terletak di pesisir utara pulau Seram dan sebagian Halmahera.

Jailolo bermusuhan dengan Ternate, bahkan sempat terjadi perebutan wilayah pada tahun 1824 oleh Konalo Siale, penguasa Ternate. Hal serupa kembali terjadi pada tahun 1304 di bawah kuasa Kolano Ngara Malamo.

Kerajaan Jailolo baru sempat merasakan damai ketika Ternate dipimpin Kolano Sida Arif Malamo yang memprakarsai Pertemuan Moti pada tahun 1322. Akan tetapi, pada era Tutu Malamo, Ternate kembali membatalkan secara sepihak hasil Pertemuan Moti dan menyerang Jailolo.

Kedatangan mubaligh dari Malaka membuat Kerajaan Jailolo berubah menjadi kerajaan Islam.

2. Kerajaan Ternate

Kerajaan Ternate berdiri pada sekitar abad 13. Kerajaan ini terletak di Maluku Utara dan ibu kotanya di Sampalu.

Kata Ternate sendiri konon berasal dari kata Tara no Ate yang berarti turun ke bawah dan pikatlah dia. Maksud dari perkataan itu yaitu "turun dari tempat yang tinggi (gunung yang penuh rempah-rempah) untuk memikat para pendatang supaya mau menetap di pantai (negeri ini).

Corak ekonomi Kerajaan Ternate adalah perdagangan rempah-rempah. Kerajaan ini menjadi produsen utama rempah-rempah dengan kualitas terbaik. Mereka juga mengembangkan kota pelabuhan yang berfungsi sebagai pusat perdagangan rempah-rempah. Kerajaan Ternate sering disinggahi oleh pedagang rempah-rempah dari Jawa, Cina dan Timur Tengah.

Islamisasi di kerajaan Ternate dilakukan oleh ulama-ulama dari Jawa, Melayu, serta Arab. Kerajaan Ternate resmi memeluk Islam setelah Raja Zainal Abidin belajar Islam kepada Sunan Giri pada tahun 1486.

3. Kerajaan Bacan

Wilayah kekuasaan Kerajaan Bacan mencakup kepulauan Bacan, Obi, Waigeo, Solawati dan Irian Barat. Pulau Bacan sendiri pada saat itu tak hanya berperan dalam produksi cengkih dan pala, tetapi juga menjadi pusat kontrol produksi dan distribusi cengkih serta pala di Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Halmahera.

Kerajaan Bacan secara resmi memeluk agama Islam pada tahun 1521 ketika Raja Zainal Abidin memeluk Islam. Zainal Abidin merupakan raja pertama dari kerajaan Bacan yang menerapkan Islam sebagai agama Kerajaan Bacan. Masuknya Islam di Bacan tak lepas dari peran mubaligh dari kerajaan Islam di Maluku lainnya.




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads