Ajaran Islam sudah banyak menjelaskan tentang larangan berkata kasar. Rasulullah SAW menyebut orang yang berkata kotor dan buruk seperti mengutuk, menghina, mengejek, atau perkataan kotor bukan seorang mukmin yang sempurna.
Hadits ini diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud RA yang mengutip sabda Rasulullah SAW,
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانٍ وَلَا بِاللَّعَّانٍ وَلَا الْفَاحِشِ الْبَدِيءِ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Bukanlah seorang mukmin yang sempurna, yang suka mencaci, mengutuk, berbuat, dan berkata kotor." (HR Ahmad, Bukhari, dan Tirmidzi)
Redaksi lainnya dalam hadits yang hasan menyebutkan, "Orang mukmin bukanlah orang yang suka mencela, bukan pula orang yang suka melaknat, bukan orang yang berkata keji, dan bukan pula orang yang suka berkata kotor." (HR At Tirmidzi)
Menurut Syarah Riyadhush Shalihin Jilid 4 oleh Abu Usamah Salim terjemahan M Abdul Ghoffar, hadits di atas menunjukkan, berkata-kata kotor termasuk perbuatan tercela. Umat Islam diminta untuk meninggalkannya sebab perbuatan tersebut dapat rentan menjerumuskan orang untuk melakukan hal-hal negatif, tercela, dan menodai kehormatan.
Sebaliknya, Rasulullah SAW menekankan rasa malu bagi tiap muslim. Rasa malu dapat meninggalkan semua perbuatan tercela dan menjauhkan dari hal-hal negatif.
Riwayat lain bersanad shahih oleh Al Albani menyebutkan hal serupa. Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash yang mengutip sabda Rasulullah SAW,
إِنَّ الله يُبْغِضُ البَلِيغَ مِنَ الرِّجَالِ الَّذِي يَتَخَلَّلُ بِلِسَانِهِ كَمَا تَتَخَلَّلُ البَقَرَةُ
Artinya: "Sungguh, Allah membenci orang yang sok fasih dalam berbicara, yaitu orang yang memainkan lidahnya seperti seekor sapi sedang memainkan lidahnya." (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi)
Selain itu, disebutkan Allah SWT tidak menyukai orang bersuara keras dan kasar karena merupakan wujud keangkuhan dan kesombongan. Hal ini termaktub dalam surah Luqman ayat 18-19,
(18) وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ
(19) وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَۗ اِنَّ اَنْكَرَ الْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ ࣖ
Artinya: Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri. Berlakulah wajar dalam berjalan dan lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."
Berbicara Sesuai Prinsip Komunikasi Islami
Sebaliknya, Islam mengajarkan prinsip qaulan layyina. Qaulan layyina adalah merupakan satu jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, etika, dan prinsip-prinsip komunikasi Islami.
Berkenaan dengan prinsip ini, Allah SWT berfirman dalam surah Taha ayat 44,
فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى
Artinya: Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.
Dikutip dari buku Komunikasi Terapeutik Bernuansa Islami oleh Nina Siti Salmaniah Siregar, qaulan layyina adalah prinsip berbicara yang lemah lembut dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan hingga dapat menyentuh hati pendengarnya. Disebutkan komunikasi Islam berupaya agar penerima pesan menerima informasi dari pembicara dengan baik.
Qaulan layyina juga merujuk pada berbicara dengan nada sederhana, suara jelas, mata berbinar, dan wajah yang simpatik.
Sebaliknya ada larangan dalam melakukan komunikasi berprinsip qaulan layyina yakni, larangan berkata keras dengan nada tinggi yang mendatangkan emosi berlebihan dan larangan berkata dengan kontotasi yang kotor hingga menimbulkan rasa sakit pada orang lain.
Gaya bicara itulah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Keterangan ini didasarkan dari riwayat hadits yang dikisahkan Al Hasan bin Ali saat berbincang dengan pamannya. Al Hasan meminta pamannya untuk menggambarkan bagaimana cara Rasulullah SAW berbicara.
Paman Al Hasan menggambarkan, Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang jarang marah maupun berkata kasar. Sebaliknya, amarah beliau biasanya dialihkan dengan memalingkan wajah.
Pamannya melanjutkan, "Beliau memulai dan mengakhiri ucapan dengan menyebut nama Allah. Beliau berbicara dengan kata-kata yang padat namun sarat makna. Perkataannya jelas dan tepat, tidak ada yang boros dan tidak ada yang tidak dipahami." (HR Al Baghdadi)
(rah/erd)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi