Inilah Cabang Iman Terendah, Amalan yang Paling Ringan Dilakukan

Inilah Cabang Iman Terendah, Amalan yang Paling Ringan Dilakukan

Jihan Najla Qatrunnada - detikHikmah
Rabu, 06 Des 2023 08:45 WIB
Ornamental Arabic lantern with burning candle glowing at night. Festive greeting card, invitation for Muslim holy month Ramadan Kareem.
Ilustrasi cabang iman. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Choreograph)
Jakarta -

Iman memiliki cabang lebih dari tujuh puluh menurut keterangan hadits. Cabang-cabang tersebut kemudian tersusun dari cabang dengan tingkatan paling tinggi atau utama dan cabang iman yang paling rendah atau ringan. Lalu, apa yang termasuk dalam tingkatan cabang iman terendah tersebut?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), iman artinya percaya, ketetapan hati, atau yakin. Iman dalam Islam berarti seseorang yakin dan percaya bahwa Tuhan yang ia sembah hanya Allah SWT, Muhammad SAW adalah rasul-Nya, dan kitab yang diikuti adalah Al-Qur'an.

Keimanan yang dimiliki seseorang tidaklah sama. Tingkat keimanan orang tergantung dengan tingkat kepercayaan yang ia yakini dan perilaku yang ia tunjukkan dalam kehidupannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cabang Iman yang Paling Rendah

Rasulullah SAW mengatakan, cabang iman yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dan bersikap malu. Hal ini sesuai dengan hadits yang dinukil dari buku Pendidikan Agama Islam: Al-Qur'an Hadis untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII oleh Abd. Wadud.

Dalam hadits tersebut Rasulullah SAW bersabda,

ADVERTISEMENT

ΨΉΩŽΩ†Ω’ أَبِي Ω‡ΩΨ±ΩŽΩŠΩ’Ψ±ΩŽΨ©ΩŽ Ω‚ΩŽΨ§Ω„ΩŽ Ω‚ΩŽΨ§Ω„ΩŽ Ψ±ΩŽΨ³ΩΩˆΩ„Ω اللهِ Ψ§Ω„Ω„Ω‡ Ψ§Ω„Ω’Ψ₯ΩΩŠΩ’Ω…ΩŽΨ§Ω†Ω بِآْعُ ΩˆΩŽΨ³ΩŽΨ¨Ω’ΨΉΩΩˆΩ’Ω†ΩŽ Ψ£ΩŽΩˆΩ’ بِآْعُ وَسِΨͺΩΩˆΩ’Ω†ΩŽ Ψ΄ΩΨΉΩ’Ψ¨ΩŽΨ©Ω‹ ΩΩŽΨ£ΩŽΩΩ’ΨΆΩŽΩ„ΩΩ‡ΩŽΨ§ Ω‚ΩŽΩˆΩ’Ω„Ω Ω„ΩŽΨ§ Ψ₯ΩΩ„ΩŽΩ‡ΩŽ Ψ₯ΩΩ„Ω‘ΩŽΨ§ Ψ§Ω„Ω„Ω‘ΩŽΩ‡Ω ΩˆΩŽΨ£ΩŽΨ―Ω’Ω†ΩŽΨ§Ω‡ΩŽΨ§ Ψ₯ΩΩ…ΩŽΨ§Ψ·ΩŽΨ©Ω Ψ§Ω„Ω’Ψ£ΩŽΨ°ΩŽΩ‰ ΨΉΩŽΩ†Ω Ψ§Ω„Ψ·Ω‘ΩŽΨ±ΩΩŠΩ‚Ω ΩˆΩŽΨ§Ω„Ω’Ψ­ΩŽΩŠΩŽΨ§Ψ‘Ω Ψ΄ΩΨΉΩ’Ψ¨ΩŽΨ©ΩŒ Ω…ΩΩ†ΩŽ Ψ§Ω„Ω’Ψ₯ΩΩŠΩ’Ω…ΩŽΨ§Ω†Ω (Ψ±ΩˆΨ§Ω‡ Ω…Ψ³Ω„Ω…)

Artinya: Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Iman memiliki cabang tujuh puluh lebih atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan La ilaha illallah sedangkan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan dan malu merupakan satu di antara cabang-cabang iman." (HR Muslim)

Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadits tersebut, cabang ilmu yang paling rendah pertama adalah menyingkirkan duri dari jalan. Sepertinya hal ini terlihat sangat sepele, bahkan semua orang bisa melakukannya. Namun sebenarnya, hal ini merupakan bukti bahwa Islam sangat peduli bahkan pada hal yang terkecil.

Abd. Wadud menjelaskan, Islam ingin menunjukkan bahwa seorang muslim harus peduli dengan lingkungan apalagi yang sekiranya dapat membahayakan orang lain dan hal terkecil semacam ini sudah termasuk dalam akhlak mahmudah.

Rasulullah SAW menyebutkan "menyingkirkan duri dari jalan." Sebenarnya hal ini hanyalah contoh kecil dari iman. Maksud yang lebih luas lagi adalah apabila melihat apa saja dan mengetahui di mana saja yang sekiranya membahayakan orang lain maka ia akan menyingkirkannya.

Seorang muslim harus selalu melindungi orang lain, bahkan dari hal yang paling sepele seperti dari menginjak duri. Oleh karena itu, orang lain akan selalu merasa aman apabila berada di sekitarnya.

Selain menyingkirkan duri dari jalan, cabang iman yang paling rendah kedua adalah malu. Maksudnya, seorang muslim akan merasa malu apabila mengerjakan kejelekan apa pun.

Ibnu Hajar menyebutkan, malu dalam iman yang dimaksud adalah malu dalam mengerjakan perbuatan haram adalah wajib, malu dalam mengerjakan perbuatan makruh adalah sunah, dan dalam mengerjakan perbuatan mubah adalah kebiasaan atau adat.

Mengenai hal ini, Iman Abdul Muin Sa'udin mengatakan malu dalam bahasa Arab bisa berarti hidup. Hati yang hidup tentunya orangnya pemalu karena ia menjadi pencegah setiap keburukan yang merusak hati itu sendiri.

Aisyah RA berkata, "Akhlak yang mulia itu ada sepuluh, berkata jujur, lisan yang jujur, menunaikan amanah, silaturahim, memberi upah buruh, memberi kebajikan, tidak menjelekkan tetangga, tidak menjelekkan teman, menghormati tamu, dan pangkal dari semua itu adalah malu."

Senada dengan itu, Ali bin Abi Thalib RA juga berkata, "Barang siapa mengenakan malu sebagai pakaiannya, orang lain tidak akan melihat aibnya."




(rah/rah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads