Benarkah Allah Menurunkan Bala Bencana pada Rebo Wekasan?

Benarkah Allah Menurunkan Bala Bencana pada Rebo Wekasan?

Kristina - detikHikmah
Rabu, 13 Sep 2023 11:45 WIB
Shot of a dramatic thunderstorm over a mountainhttp://195.154.178.81/DATA/i_collage/pi/shoots/783670.jpg
Ilustrasi bala bencana pada Rebo Wekasan. Foto: iStock
Jakarta -

Rebo Wekasan atau Rabu terakhir bulan Safar 1445 H jatuh pada hari ini, Rabu (13/9/2023). Ada suatu kepercayaan yang menyebut, Allah SWT akan menurunkan 320.000 bala bencana pada hari tersebut.

Kepercayaan mengenai Rebo Wekasan ini berasal dari seorang sufi, sebagaimana dikatakan Abdul Hamid dalam Kanzun Najah Was-Surur Fi Fadhail Al-Azminah wash-Shufur. Disebutkan bahwa setiap tahun Allah SWT menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.

Hari tersebut menjadi hari yang terberat sepanjang tahun, sebut Ulin Nuha Mahali dalam buku Amalan Sholat Rebo Wekasan. Orang yang memercayai hal ini kemudian mengerjakan beberapa amalan, seperti salat sunnah Rebo Wekasan dan membaca doa tolak bala di Rebo Wekasan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keyakinan bahwa Allah SWT menurunkan bala bencana di muka bumi dan tradisi Rebo Wekasan menuai perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ada yang menyebutnya tidak benar dan ada pula yang meyakininya.

Disebutkan dalam buku 1001 Pertanyaan Soal Jawab Agama karya Abu Muslim, para ulama yang berpendapat bahwa keyakinan tersebut tidak benar berhujjah dengan tidak ada dalil nash dalam Al-Qur'an maupun hadits yang menyebutkan tentang hal ini. Terlebih, Rasulullah SAW pernah menjelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA,

ADVERTISEMENT

"Tidak ada wabah (yang menyebar secara sendirinya), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga Safar." (HR Bukhari dan Muslim)

Sementara itu, ulama yang meyakini bahwa Allah SWT akan menurunkan bala bencana pada Rabu terakhir bulan Safar menganjurkan untuk mengerjakan amalan-amalan yang kemudian menjadi tradisi Rebo Wekasan. Salah satunya Syeikh Ahmad bin Umar Ad-Dairobi dalam kitab Fathul Malik Al-Majid Al-Mu-Allaf Li Naf'il 'Abid Wa Qam'i Kulli Jabbar 'Anid (biasa disebut: Mujarrobat al-Dairobi).

Anjuran serupa juga disebutkan dalam kitab Al-Jawahir Al-Khams karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin Al-'Atthar, Hasyiyah As-Sittin, dan sebagainya.

Salah satu amalan Rebo Wekasan adalah salat sunnah. Menurut Imaduddin Utsman al-Bantanie dalam Buku Induk Fikih Islam Nusantara, salat Rebo Wekasan tidak boleh diniatkan secara khusus untuk itu, misal "Saya niat salat Rebo Wekasan" melainkan diniatkan untuk salat Hajat. Sebab, kata Imaduddin Utsman al-Bantanie, salat adalah ibadah yang tidak boleh dikerjakan selain yang warid dari syara', sedangkan salat Hajat datangnya dari syara'.

"Maka cara niatnya adalah dengan niat salat Hajat, karena salat Hajat datang dari syara', dan niat salat Rebo Wekasan adalah sebuah hajat akan dijauhkannya musibah dan bencana," tulis Imaduddin Utsman al-Bantanie dalam kitab Al-Fikrah Al-Nahdliyah.

Wallahu a'lam.




(kri/erd)

Hide Ads