Larangan Marah Lebih dari 3 Hari, Hati-Hati Ada Ancaman Besar

Larangan Marah Lebih dari 3 Hari, Hati-Hati Ada Ancaman Besar

Rahma Harbani - detikHikmah
Rabu, 23 Agu 2023 19:15 WIB
Ilustrasi sifat pemarah atau ghadab yang harus dihindari.
Ilustrasi larangan marah selama lebih dari 3 hari. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Andranik Hakobyan)
Jakarta -

Islam melarang muslim untuk marah, memutus hubungan, saling membenci, hingga tidak bertegur sapa dengan saudara sesama muslimnya selama lebih dari tiga hari. Hal ini bersumber dari sabda Rasulullah SAW dalam haditsnya.

Hadits tersebut dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud. Rasulullah SAW bersabda, ganjaran bagi pelakunya adalah neraka bagi mereka yang berseteru.

لا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَن يَهْحُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثٍ، فَمَنْ هَجَرَ فَوْقَ ثَلَاثٍ فَمَات دَخَلَ النَّار

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: "Tidak halal bagi seorang muslim untuk tidak bertegur sapa pada saudaranya lebih dari tiga hari lalu meninggal dunia maka ia akan masuk ke dalam neraka." (HR Abu Dawud)

Dikutip dari Ihya' Ulumuddin 5 oleh Imam al-Ghazali, dalam riwayat lainnya disebutkan hal serupa. Abu Ayyu Al Anshari RA mengutip sabda Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa siapapun yang terbaik di antara mereka adalah orang yang menyapa lebih dahulu.

ADVERTISEMENT

"Seorang muslim dilarang untuk tidak bertegur sapa dengan saudara muslim lainnya melebihi tiga malam. Dulu keduanya saling tegur dan sapa, lalu yang satu berpaling (tidak tegur sapa) dari saudaranya, begitu juga yang lain, tidak pula menyapanya. Adapun yang terbaik di antaranya keduanya adalah yang lebih dulu memberi salam." (HR Muttafaq 'alaihi)

Tidak hanya itu, Rasulullah SAW menegaskan ancaman Allah SWT pada muslim yang tidak saling bertegur sapa dengan muslim lainnya dengan menangguhkan ampunan dosa mereka yang tengah berseteru tersebut. Hal itu dilakukan setiap hari Senin dan Kamis saat amal diperlihatkan dan diperhitungkan.

Keterangan tersebut bersumber dari hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ فِي كُلِّ يَوْمٍ خَمِيْسٍ وَ اثْنَيْنِ فَيَغْفِرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ لِكُلِّ امْرِئٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا امْرَأَ كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيْهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ ارْكُوْا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا ارْكُوْا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا

Artinya: "Pada setiap hari senin dan Kamis seluruh amal perbuatan diperlihatkan dan diperhitungkan. Maka, Allah mengampuni bagi setiap orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, kecuali seorang yang saat itu sedang ada perseteruan antara ia dengan saudaranya. Kemudian Allah berfirman, 'Tinggalkan kedua orang ini sampai keduanya saling berbaikan.'" (HR Muslim)

Namun, Imam An Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim membatasi larangan dalam hadits tersebut. Ada pengecualian untuk tidak bertegur sapa dengan ahli bid'ah dan para pelanggar dosa bahkan tanpa batas waktu.

"Larangan tidak bertegur sapa lebih dari tiga hari itu hanyalah kesalahan yang terkait dengan dirinya sendiri atau dengan sumber penghidupan," jelasnya.

Keterangannya ini disandarkan daru hadits riwayat Abdullah Umar RA, hadits Abdullah bin Mughaffal RA, dan hadits riwayat Ka'ab bin Malik RA.

Abu Sulaiman Al Khaththabi dalam Ma'alim As Sunan menambahkan, larangan itu juga hanya mencakup larangan bermuka masam, sikap kaku, atau mendiamkan antara sesama muslim dalam hal pergaulan atau sebagainya. Sebaliknya, hal itu tidak berlaku dalam urusan yang berkaitan dengan agama.

Pasalnya, bahkan menurut keterangan hadits, Rasulullah SAW pernah memerintahkan umatnya untuk memboikot seorang sahabatnya, Ka'ab RA, dan temannya kala mereka tidak ikut bersamanya dalam Perang Tabuk. Rasulullah SAW khawatir ada kemunafikan dalam diri mereka.

Rasulullah SAW juga memerintahkan keduanya untuk berdiam diri di rumah selama lima puluh hari hingga turunlah firman Allah SWT mengenai pertobatan keduanya.

Keutamaan Saling Memaafkan Sesama

Rasulullah SAW lebih menganjurkan muslim untuk saling memaafkan kesalahan satu sama lain. Mereka yang berbesar hati memaafkan akan menerima ganjarannya di hari kiamat kelak.

"Barang siapa memaafkan kesalahan seorang muslim, niscaya Allah akan memaafkan kesalahannya pada hari kiamat nanti."

Selain itu, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya harta tidak akan berkurang karena sedekah. Dan Allah sekali-kali tidak akan menambah kemuliaan seseorang kecuali karena dia suka memaafkan kesalahan orang lain. Allah juga mengangkat derajat seseorang yang rendah hati karena Allah."

Sikap tersebut juga dicontohkan Rasulullah SAW sebagaimana yang diceritakan Aisyah RA. Ia berkata, "Rasulullah SAW tidak pernah menaruh dendam karena kesalahan pribadi seseorang kecuali karena melanggar hak Allah."

Allah SWT berfirman dalam surah Al Hujurat ayat 10 bahwa semua orang-orang mukmin itu saudara layaknya hubungan persaudaraan dalam nasab. Sebab, ada kesamaan unsur keimanan di antaranya.

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ࣖ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.




(rah/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads