Sejumlah dalil Al-Qur'an maupun hadits menggambarkan pedihnya siksa api neraka sebagai petunjuk bagi orang beriman. Tidak terkecuali bagi para salaf ash shalih ini yang mengaku tidak mampu untuk tertawa karena kengerian neraka.
Disebutkan Al Hanbali Ibnu Rajab dalam kitab At-Takhwif min an-Nar, ia mengutip cerita Ismail As Sudi tentang pertanyaan Al Hajjaj pada salah seorang salaf yang bernama Sa'id bin Jubair.
Al Hajjaj bertanya, "Aku dengar kamu sama sekali tidak mau tertawa. Kenapa?"
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sa'id kemudian menjawab, "Bagaimana aku bisa tertawa ketika api Jahanam telah dinyalakan, belenggu-belenggu telah dipasang, dan para malaikat Zabaniyah telah disiapkan?"
Diceritakan dari Utsman bin Abdul Hamid yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Dunya dalam Shifat Al Nur, suatu hari terjadi kebakaran di rumah-rumah tetangga dari salah seorang salaf, Ghazwan. Ghazwan pun berusaha ikut memadamkan api, namun salah satu jari tangannya terkena percikan bola api.
Ia kemudian berkata, "Sungguh aku merasa kesakitan oleh api dunia. Dan demi Allah, aku tidak mau Allah melihatku tertawa sebelum aku tahu apakah Allah akan menyelamatkan aku dari api Neraka Jahanam atau tidak."
Tidak hanya itu, bahkan ada beberapa ulama salaf yang berjanji kepada Allah SWT untuk tidak tertawa selama-lamanya selama mereka belum mengetahui nasib akhir masing-masing. Di antaranya beberapa salaf yang dimaksud adalah Hamamah ad-Dausi, al- Rabi' bin Kharrasy, Rib'i bin Kharrasy, Aslam al-Ajli, Wuhaib bin al Warad, dan lainnya.
Al Hanbali Ibnu Rajab juga menceritakan bahwa tidak sedikit para ulama yang mengalami kesulitan tidur karena rasa takutnya pada neraka. Salah satunya adalah seorang ulama salaf bernama Thawus yang merasa dirinya seolah-olah sebutir biji kacang di atas penggorengan tiap hendak tidur.
Diceritakan Abu Sulaiman ad Darani, "Setelah menggelar alas tidur, Thawus merebahkan tubuhnya. Tiba-tiba ia merasa dirinya seolah sebutir biji kacang di atas penggorengan. Seketika itu pula ia bangkit, lantas menggulung alas tidurnya dan kemudian menghadap kiblat."
Thawus diceritakan salat hingga waktu Subuh tiba. Setelahnya ia berkata, "Ingat akan Jahanam, bisa melenyapkan nafsu tidur orang-orang yang tekun beribadah."
Gambaran Siksa Api Neraka
Pedihnya siksa api neraka salah satunya dijelaskan dalam surah Al Waqiah ayat 41-44. Ayat tersebut menjelaskan, segala sesuatu yang digunakan manusia untuk mendinginkan tubuh dari rasa gerah dan panas seperti, air, angin, dan naungan untuk berteduh sama sekali tidak berlaku di neraka. Disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, manusia yang dimaksud dalam ayat ini adalah para golongan kiri.
وَاَصْحٰبُ الشِّمَالِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الشِّمَالِۗ ٤١ فِيْ سَمُوْمٍ وَّحَمِيْمٍۙ ٤٢ وَّظِلٍّ مِّنْ يَّحْمُوْمٍۙ ٤٣ لَّا بَارِدٍ وَّلَا كَرِيْمٍ ٤٤
Artinya: Golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu. (Mereka berada) dalam siksaan angin yang sangat panas, air yang mendidih, dan naungan asap hitam yang tidak sejuk dan tidak menyenangkan.
Umar Sulaiman al Asyqar menjelaskan dalam Al Jannah wan Naar dengan menukil kitab At Takhwif min An Nar, angin di neraka adalah as samum yaitu angin yang sangat panas. Sementara air di neraka adalah al hamim atau air yang panas pula.
Lalu, naungan untuk berteduh di neraka hanyalah al yahmun atau gumpalan asap neraka. Naungan bayang-bayang tersebut dibentuk dari asap yang hitam sebagaimana dijelaskan dalam surah Al Waqiah ayat 43 tersebut.
Api neraka dijelaskan melahap dan menghancurkan segala sesuatu di hadapannya tanpa terkecuali. Bahkan, dahsyatnya api neraka bisa membakar kulit hingga ke tulang dan bagian organ tubuh hingga jantung. Allah SWT berfirman dalam surah Al Muddatsir ayat 26-29,
سَاُصْلِيْهِ سَقَرَ ٢٦ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا سَقَرُۗ ٢٧ لَا تُبْقِيْ وَلَا تَذَرُۚ ٢٨ لَوَّاحَةٌ لِّلْبَشَرِۚ ٢٩
Artinya: Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu? (Neraka Saqar itu) tidak meninggalkan (sedikit pun bagian jasmani) dan tidak membiarkan(-nya luput dari siksaan). (Neraka Saqar itu) menghanguskan kulit manusia.
Panasnya api di dunia juga digambarkan oleh Rasulullah SAW masih belum mampu menyaingi panasnya api di neraka. Bahkan ada yang menyebut masih satu per tujuh puluh dari api di dunia dan ada pula yang menyebut enam puluh sembilan kali lebih panas dari api di dunia.
Rasulullah SAW bersabda, "Api kita adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian api neraka." Ada yang berkata, "Ya Rasulullah, sungguh api kita saja sudah mencukupi." Beliau bersabda, "Api neraka itu lebih panas enam puluh sembilan bagian daripada api di dunia. Masing-masing bagian panasnya seperti api kita," (HR Bukhari dan Muslim)
Naudzubillahi min dzalik.
(rah/rah)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana