Kata Para Mahasiswa Asing di Harvard yang 'Diusir' Trump: Takut dan Bingung

ADVERTISEMENT

Kata Para Mahasiswa Asing di Harvard yang 'Diusir' Trump: Takut dan Bingung

Fahri Zulfikar - detikEdu
Senin, 26 Mei 2025 16:30 WIB
A demonstrator holds a U.S. flag across their chest at a Harvard Stands United Rally organized by Students for Freedom at Harvard University in Cambridge, Massachusetts, U.S. April 29, 2025.  REUTERS/Taylor Coester
Foto: REUTERS/Taylor Coester/Mahasiswa Harvard Serukan Solidaritas dalam Aksi Damai pada 29 April 2025
Jakarta -

Nasib mahasiswa asing di Harvard University tengah di ujung tanduk. Beberapa hari lalu, Presiden Donald Trump mencabut hak Harvard untuk menerima mahasiswa asing, yang bisa berimbas 'pengusiran' paksa.

Kebijakan Trump tersebut direspons Harvard dengan menggugat balik. Pihak Harvard mengajukan gugatan ke pengadilan federal Boston, Massachusetts, pada Jumat (23/5/2025).

Dalam gugatannya, Harvard menyebut bahwa kebijakan Trump termasuk "pelanggaran terang-terangan" terhadap Konstitusi AS dan hukum-hukum federal AS lainnya. Imbas gugatan ini, hakim distrik AS Allison Burroughs akhirnya menangguhkan kebijakan Trump.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi ini pun membuat mahasiswa asing atau internasional di Harvard berada di ujung tanduk. Tak tanggung-tanggung, data menyebut bahwa mahasiswa asing di Harvard mencakup 27% atau sekitar 6.793 orang.

"Ribuan mahasiswa internasional masih dalam ketidakpastian, dan 'sangat jelas, sangat takut', karena mereka tidak mengetahui status hukum mereka saat ini," kata wakil presiden badan mahasiswa Harvard, Abdullah Shahid Sial, yang berasal dari Lahore, Pakistan, kepada CNN Internasional, dikutip Senin (26/5/2025).

ADVERTISEMENT

"Sampai saat ini, saya belum yakin apakah saya bisa hadir pada semester berikutnya atau tidak," imbuhnya.

Tak hanya Shahid Sial, ketakutan dan kebingungan juga melanda mahasiswa asing dari berbagai negara. Berikut berbagai respons mereka.

Kata Mahasiswa Asing di Harvard yang Nasibnya di Ujung Tanduk Imbas Kebijakan Trump


Jared dari Selandia Baru.

Jared merasa bingung dan kecewa karena ia baru akan masuk kuliah di Harvard pada tahun ini. Ia mengetahui kebijakan Trump ketika di tengah-tengah pengajuan visa pelajarnya dan persiapan untuk pindah ke Boston.

"Patah hati ketika mengetahui pengumuman pemerintahan Trump," ujar pelajar berusia 18 tahun tersebut.

Karl Molden dari Austria.

"Banyak dari kita yang telah bekerja keras sepanjang hidup untuk bisa masuk ke universitas seperti Harvard, dan sekarang kita harus menunggu dan melihat apakah kita mungkin harus pindah dan menghadapi kesulitan dengan visa," katanya sebagai mahasiswa tingkat tiga.

Maria Kuznetsova dari Rusia.

Kuznetsova merupakan mahasiswa pascasarjana di Harvard Kennedy School of Government. Ia akan lulus dalam waktu dekat dan telah berencana untuk bekerja dengan visa yang disponsori Harvard. Namun, kini ia khawatir visa tersebut mungkin dibatalkan.

"Dan karena saya sudah tinggal di AS selama dua tahun, saya bahkan tidak punya visa Eropa. Jadi, saya tidak tahu ke mana saya bisa pergi secara geografis jika terjadi kesalahan," ungkapnya.

"Dari apa yang saya lihat, masyarakat masih panik - semua orang menunggu keputusan pengadilan," imbuh Kuznetsova.

Leo GerdΓ©n dari Swedia.

GerdΓ©n termasuk mahasiswa yang akan lulus dalam waktu dekat. Imbas kebijakan Trump, ia dan beberapa temannya tengah membuat rencana baru untuk pindah, terutama ke institusi lain di luar negeri.

"Saya berharap dapat merayakan wisuda minggu depan, tetapi sekarang, Anda tahu, saya mungkin akan meninggalkan tempat ini dan suasananya tidak akan sama lagi semester depan, karena tanpa mahasiswa internasional dan peneliti internasional ini, kampus Harvard tidak akan sama lagi," ujar GerdΓ©n.

Mahasiswa S2 dari China.

Seorang sarjana dari China tengah belajar di Harvard untuk penelitian 18 bulan guna meraih gelar doktornya. Namun, kini ia menghadapi kondisi hukum yang menyangkut dirinya sebagai mahasiswa asing.

"Kami begadang semalaman membicarakan pilihan-pilihan kami, rencana cadangan kami. Saya akan pergi ke Inggris musim panas ini karena profesor saya memiliki jabatan di Manchester. Saya agak khawatir tidak akan bisa kembali ke sana. Harvard bagaikan cahaya istimewa di dunia. Jika sesuatu terjadi pada Harvard, saya akan takut," ungkapnya, seperti dilansir The Guardian.

Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia turut menyumbang mahasiswa internasional di Harvard. Sama dengan mahasiswa dari negara lain, mahasiswa RI juga belum jelas nasibnya karena masih menunggu pengadilan di AS.

Namun, Pemerintah RI mulai menyusun langkah-langkah antisipasi terhadap kebijakan Trump tersebut. Termasuk di Harvard, ada 136 mahasiswa asal Indonesia berbagai jenjang yang berkuliah di AS dengan beasiswa dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek).

"Ini kan kondisi force majeure yang sangat-sangat jarang terjadi," ujar Kepala Pusat Pembiayaan dan Asesmen Pendidikan Tinggi di Kemendiktisaintek, Henri Togar Hasiholan Tambunan, kepada detikEdu, Minggu (25/5/2025).

Ia mengatakan, ada 1 mahasiswa RI yang kuliah di Harvard tapi sudah lulus. Namun, angka yang disebutkan sebelumnya, belum termasuk calon mahasiswa yang akan berkuliah pada tahun 2025.

"Segera mungkin kami akan berkoordinasi juga dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk memutuskan langkah-langkah selanjutnya," tambahnya.




(faz/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads