Rasulullah SAW pernah menyebutkan dalam haditsnya mengenai keutamaan puasa Asyura. Salah satu keutamaan yang disebutkan adalah puasa Asyura dapat menghapus dosa setahun lalu.
Keterangan ini bersumber dari Kitab Shahih Muslim bab Anjuran Puasa Asyura Tiga Hari. Rasulullah SAW bersabda,
وَعَنْ أَبِي فَنَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ سُئل عن صيَامِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «يُكَفِّرُ السنة الماضية
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Dari Abu Qatadah RA bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Asyura. Beliau menjawab, 'Puasa tersebut dapat melebur dosa setahun yang lalu'." (HR Muslim)
Dengan demikian, apakah dosa-dosa yang dimaksud juga mencakup dosa besar yang pernah dilakukan?
Dosa Besar Dapat Dihapus dengan Puasa Asyura?
Menurut Muhammad Syafi'i Masykur dalam Minhajul Muslimah, dosa-dosa yang dimaksud dalam hadits keutamaan khusus puasa Asyura tersebut merujuk pada dosa kecil yang menyangkut hubungan dengan Allah SWT.
Sementara, dosa-dosa yang terkait dengan hubungan sesama manusia belum bisa diampuni bila pelakunya belum menyelesaikan masalahnya dengan orang yang bersangkutan. Sama seperti dosa besar yang perlu diiringi dengan tobat nasuha.
"Tidak cukup dengan melakukan puasa sunnah satu atau dua hari," kata Muhammad Syafi'i Masykur.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Al-Jawabul Kafi juga menyebut, mustahil sebuah amalan sunnah dapat menghapus dosa besar yang bahkan tidak diiringi dengan tobat nasuha.
Amalan sholeh dapat dilakukan untuk menghapus dosa bila diiringi dengan menghentikan diri dari perbuatan dosa. Allah SWT berfirman dalam surah An Nisa ayat 31,
اِنْ تَجْتَنِبُوْا كَبَاۤىِٕرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيْمًا
Artinya: Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang (mengerjakan)-nya, niscaya Kami menghapus kesalahan-kesalahanmu dan Kami memasukkanmu ke tempat yang mulia (surga).
Hal senada juga dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Taimiyah dalam Fatawa Misriyah. Hadits tentang keutamaan Asyura yang menyebut dapat menghapus dosa setahun hanyalah penyebutan secara umum saja. Dosa besar tidak termasuk di dalamnya tanpa dilakukan dengan tobat.
Lebih lanjut, Syaikh Ibnu Taimiyah menjelaskan, Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa menghapus dosa besar baru dapat dilakukan dengan menjauhkan diri dari perbuatan tersebut dan mengamalkan amalan fardhu yang dicontohkan dengan salat Jumat serta puasa Ramadan.
Ditambah lagi, kedudukan salat dan puasa Ramadan lebih mulia daripada amalan puasa sunnah.
"Bagaimana seseorang menyangka bahwa puasa sunah sehari atau dua hari dapat menghapuskan (dosa) zina, mencuri, meminum khamar, judi, sihir dan semisalnya? Hal ini tidak mungkin," terang Syaikh Ibnu Taimiyah.
Muslim yang merasa sudah melakukan dosa besar lebih dianjurkan untuk melakukan tobat nasuha tetapi hal itu tidak lantas menghalanginya untuk melakukan amalan sunnah. Sebab, sahnya suatu amalan dan keutamaan khusus berupa terhapusnya dosa merupakan perkara yang berbeda.
Dikutip dari buku Ibadah-ibadah Paling Terhormat bagi Pelaku Maksiat agar Taubat Nasuha tulisan Muhammad Nasrullah, tata cara tobat nasuha yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
Tata Cara Tobat Nasuha
- Berhenti dari perbuatan dosa ataupun menghindari penyebabnya dan mulai melaksanakan perintah Allah SWT. Khususnya melaksanakan perintah-Nya dalam urusan salat dan puasa, maka setelah bertaubat bisa mulai diqadha jika sebelumnya sempat tidak mengerjakan
- Melakukan salat tobat dan berdoa memohon ampunan Allah SWT
- Menyesali sepenuhnya dan ikhlas akan perbuatan dosa yang telah dilakukan. Berjanji untuk tidak mengulanginya kembali dengan sungguh-sungguh.
- Melakukan salat tobat 2, 4 rakaat dan seterusnya yang dapat dilakukan pada tengah malam setelah salat Isya.
Menurut Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, bentuk kemuliaan Allah SWT yakni senantiasa menerima tobat hamba-Nya walaupun terlambat. Meski seseorang berbuat dosa pada siang hari namun baru bertaubat pada malam harinya, Allah SWT akan menerima tobatnya.
"Allah SWT menyukai tobat dan menunjukkan bahwa Allah senang dengan tobat hamba-Nya yang mukmin," kata Syaikh Muhammad Al-Utsaimin dalam Syarah Riyadush Shalihin Jilid 1.
(rah/nwk)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026
Guru Madin Dituntut Rp 25 Juta, FKDT Sayangkan Sikap Wali Murid