Hari Raya Idul Adha yang umat Islam sambut setiap tanggal 10 Dzulhijjah tahun Hijriah, identik dengan penyembelihan hewan qurban.
Penyembelihan qurban yang dilaksanakan pada hari Idul Adha bukanlah semata tradisi melainkan telah disyariatkan Allah SWT melalui Al-Qur'an. Tepatnya dalam Surat Al-Kautsar ayat 2.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ - 2
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)!"
Selain itu, Nabi SAW selaku utusan-Nya juga mencontohkan dan mengingatkan kaum muslim yang punya kemampuan untuk berkurban agar melaksanakannya.
Meski Allah SWT secara langsung memerintahkan qurban melalui firman-Nya, Rasulullah SAW dalam sabdanya sebatas hanya menganjurkan. Demikian Sayyid Sabiq dalam buku Fiqih Sunnah menyebutkan bahwa jumhur ulama menyepakati qurban sebagai ibadah sunnah muakkadah (sunnah yang ditekankan).
Tapi tahukah detikers, terdapat riwayat Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS di balik perintah berqurban di Hari Raya Idul Adha? Simak uraian di bawah untuk mengetahui asal-usul Idul Adha yang identik dengan penyembelihan qurban.
Asal-usul Penyembelihan Qurban di Hari Raya Idul Adha
Tafsir Tahlili Kementerian Agama (Kemenag) Jilid 8 menyebutkan kisah Ibrahim AS bersama anaknya, Ismail AS adalah asal disyariatkannya ibadah qurban di Hari Raya Idul Adha. Riwayat ini bahkan diabadikan Al-Qur'an dalam Surat Ash-Shaffat ayat 102-107.
Dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim tak kunjung dikaruniai keturunan oleh Allah SWT. Sampai di umurnya yang tak lagi muda, Ibrahim AS barulah dianugerahkan seorang putra pertama yang sangat penyabar lagi santun yakni Nabi Ismail.
Ketika Ismail AS mendekati masa balig, Allah SWT lagi-lagi memberikan ujian berat bagi Nabi Ibrahim. Dia memerintahkan Ibrahim AS untuk menyembelih anak pertamanya itu sebagai qurban di sisi-Nya.
Dengan hati yang sedih, Nabi Ibrahim memberitahu Ismail AS terkait titah Allah SWT yang disampaikan melalui mimpinya itu. Kemudian Ibrahim AS bertanya pendapat anaknya mengenai hal tersebut.
Mendengar kabar itu, Nabi Ismail dengan kerendahan hati mengatakan kepada ayahnya untuk melaksanakan segala yang diperintahkan Allah SWT kepadanya. Dengan ketaatan, keikhlasan, dan kesabaran, Ismail AS akan mengikuti perintah serta pasrah atas takdir yang telah ditetapkan oleh-Nya.
Saat keduanya telah memasrahkan semuanya kepada Allah SWT, Ibrahim AS mulai membaringkan Ismail AS dengan bagian wajah yang menghadap ke tanah. Demikian agar sang ayah tidak melihat wajah putranya sehingga perintah-Nya bisa dengan cepat diselesaikan.
Ketika Nabi Ibrahim hendak menghunuskan pisaunya untuk menyembelih Ismail AS, kala itu terdengar suara malaikat yang diutus untuk menyampaikan bahwa titah Allah SWT yang diperintahkan kepadanya sudah terlaksana.
Tindakan Ibrahim AS membaringkan putranya serta ketulusan hatinya untuk mengorbankan Nabi Ismail itu telah terhitung ketaatan kepada tuhannya itu. Demikian Allah SWT tidak benar-benar membiarkan Ismail AS untuk disembelih melainkan hanya untuk menguji ketakwaan kedua hamba-Nya itu.
Mengutip buku Ibrahim Khalilullah karya Ali Muhammad Ash-Shallabi, dalam riwayat lain disebutkan bahwa Allah SWT mengganti Ismail AS dengan seekor domba yang berasal dari surga saat akan disembelih.
Ibnu Abbas RA menuturkan: "Ketika Ibrahim AS diperintahkan manasik, setan menghadangnya di jalur sai. Setan berusaha mendahuluinya, tetapi Ibrahim AS mengalahkannya.
Kemudian Malaikat Jibril membawanya pergi ke tempat Jumrah Aqabah. Kemudian setan menampakkan diri kepadanya sehingga Ibrahim AS melemparnya dengan tujuh kerikil hingga setan itu pergi. Lalu setan menampakkan diri lagi kepada Ibrahim AS di tempat Jumrah Wustha hingga Ibrahim melemparinya dengan tujuh kerikil."
Ibnu Abbas melanjutkan: "Ibrahim AS membaringkan Ismail AS. Saat itu Ismail AS mengenakan gamis warna putih. Ia berkata, 'Wahai Ayahku, aku tidak memiliki pakaian untuk mengafaniku selain kain ini. Karena itu, lepaskanlah pakaian ini agar engkau bisa mengafaniku dengannya.'
Lalu Ibrahim berusaha melepaskannya, dan pada saat itulah dia dipanggil dari arah belakangnya, 'Wahai Ibrahim, sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu.' Ibrahim menoleh, dan ternyata di dekatnya ada sebuah domba sehingga dia merasa bersyukur." (HR Ahmad dalam Musnad-nya No. 2794)
Itulah riwayat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang menjadi asal-usul Idul Adha sebagai hari raya penyembelihan qurban. Semoga menjadi informasi yang bermanfaat!
(fds/fds)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Acara Habib Rizieq di Pemalang Ricuh, 9 Orang Luka-1 Kritis