Tajassus: Pengertian, Contoh dan Dampak Negatifnya

Tajassus: Pengertian, Contoh dan Dampak Negatifnya

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Senin, 12 Jun 2023 08:00 WIB
Ilustrasi penyakit hati
Ilustrasi tajassus (Foto: Getty Images/iStockphoto/Prostock-Studio)
Jakarta -

Tajassus adalah salah satu perbuatan yang dilarang dalam Islam. Sebagai sikap tercela, larangan mengenai tajassus ini termaktub dalam surat Al Hujurat ayat 12,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Arab latin: Yā ayyuhallażīna āmanujtanibụ kaṡīram minaẓ-ẓanni inna ba'ḍaẓ-ẓanni iṡmuw wa lā tajassasụ wa lā yagtab ba'ḍukum ba'ḍā, a yuḥibbu aḥadukum ay ya`kula laḥma akhīhi maitan fa karihtumụh, wattaqullāh, innallāha tawwābur raḥīm

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang,"

Larangan tajassus dalam surat Al Hujurat ayat 12 ditujukan kepada umat Islam, baik secara berkelompok maupun personal seperti dinukil dari Fikih Jurnalistik - Etika & Kebebasan Pers Menurut Islam susunan Faris Khoirul Anam.

ADVERTISEMENT

Lantas, apa yang dimaksud dengan tajassus? Mengapa tergolong ke dalam perbuatan tercela dan dilarang? Berikut bahasannya.

Pengertian Tajassus

Menurut buku Hormati Tamu dan Berbuat Baik kepada Tetangga dan Menghindari Perselisihan karya Muhammad Abdul Azis Al-Khuly yang diterjemahkan oleh Miftahul Khairi, tajassus erat kaitannya dengan mencari aib orang lain.

Abu Al-Ghifari melalui bukunya yang bertajuk Fiqih Remaja Kontemporer mengemukakan bahwa tajassus diartikan sebagai mencari-cari kesalahan dari orang baik yang nantinya menjadi bahan gunjingan. Umumnya, orang yang memiliki sifat tajassus akan bertanya-tanya ke orang terdekat sasarannya untuk mencari info.

Sifat tajassus bisa disebabkan oleh persaingan di kalangan remaja dengan cara menjatuhkan satu sama lain melalui berita-berita miring. Dalam bisnis atau jabatan tertentu tajassus juga bisa dilakukan demi mendapat jabatan tinggi melalui cara kotor.

Al-Ghazali mendefinisikan tajassus (memata-matai) dengan mencari petunjuk yang bisa memperjelas suatu masalah. Padahal dalam sebuah hadits dijelaskan tentang larangan memata-matai,

"Hindarilah olehmu sangkaan, karena sangkaan adalah praktik berbohong yang paling besar. Janganlah kamu membuka kekurangan orang, janganlah kamu memata-matai, janganlah kamu saling berbuat najasy (menurunkan harga barang agar dilirik oleh calon pembeli, namun setelah datang lantas dinaikkan kembali), jangan saling membenci, jangan saling bermusuhan. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara," (HR Muslim dan Bukhari).

Contoh Perbuatan Tajassus

Mengutip dari buku Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas XII tulisan H Aminuddin dan Harjan Syuhada, ada sejumlah contoh sikap tajassus dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja? Berikut pemaparannya.

1. Mencari kesalahan tetangga untuk dibicarakan ke orang lain
2. Tidak percaya kepada teman dan mencari-cari kesalahannya
3. Seorang istri memata-matai ponsel suaminya karena curiga diselingkuhi

Meski identik dengan konotasi negatif, ada juga sejumlah perbuatan tajassus yang diperbolehkan dalam agama karena bertujuan baik, antara lain sebagai berikut:

1. Polisi yang menyelidiki kasus pencurian, perampokan, dan kejahatan lainnya
2. Mengetes kejujuran seorang murid saat mengerjakan ujian
3. Menyelidiki musuh-musuh Islam dengan mengirim mata-mata

Dampak Negatif Sikap Tajassus

Merujuk pada sumber yang sama, perbuatan tajassus ini memiliki dampak atau akibat buruk. Khususnya kepada masyarakat sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat Abu Daud. Dari Muawiyah, dia berkata:

"Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Jika engkau mencari-cari keburukan-keburukan orang, engkau telah merusakkan mereka atau engkau hampir merusak mereka'," (HR Abu Daud).

Selain itu, tajassus juga merugikan diri sendiri dan orang-orang sekitar. Karenanya, kita harus mengedepankan sikap berbaik sangka sebelum memikirkan kesalahan dan keburukan orang lain.




(aeb/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads