Tentang Syazarwan, Batu Marmer Penguat Pondasi Ka'bah

Tentang Syazarwan, Batu Marmer Penguat Pondasi Ka'bah

Nilam Isneni - detikHikmah
Rabu, 31 Mei 2023 19:15 WIB
Kakbah (Fajar Pratama/detikcom)
Foto: Kakbah (Fajar Pratama/detikcom)
Jakarta -

Salah satu bagian dari konstruksi Ka'bah yang letaknya di bagian dasar dinding Ka'bah adalah Syazarwan. Bagian ini terbuat dari marmer.

Mengutip buku Tapak Sejarah Seputar Mekah-Madinah karya Muslim H. Nasution, posisi Syazarwan ini miring dan mengitari tiga sisi Ka'bah, yakni sisi timur, barat, dan selatan. Sedangkan, di belahan utara Ka'bah tidak ditemukan Syazarwan.

Menurut riwayat, ketika Nabi Ibrahim AS membangun Ka'bah, Syazarwan belum ditemukan. Bangunan ini dibangun oleh kaum Quraisy sebagai pondasi Ka'bah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, batasan dinding Ka'bah yang asli dibangun oleh Nabi Ibrahim AS. Syazarwan yang saat ini dapat dilihat para jamaah haji dibangun pada tahun 1040 H oleh Sultan Murrad dari Turki. Syazarwan terbuat dari marmer yang tingginya sekitar 11 cm dari lantai dasar dan lebarnya kurang lebih 40 cm.

Di bagian utara Ka'bah, yakni dibagian Hijir Ismail, tidak ditemukan Syazarwan. Oleh sebab itu, bagi orang yang berada di bawah Mizab (pancuran/talang) Ka'bah bisa berdiri lurus tidak dihalangi Syazarwan.

ADVERTISEMENT

Hal ini juga dijelaskan oleh Muhammad Abdul Hamid Asy-Syarqawi dan Muhammad Raja'i ath-Thahlawi dalam Al-Kakbah Al-Musyarrafah wa Al-Hajar Al-Aswad (Ru'yah 'Ilmiyyah). Dikatakan bahwa Syazarwan merupakan bangunan yang dibengkokkan, mengelilingi bagian bawah dinding Ka'bah di area thawaf selain al-Hathim.

Dinamakan Syazarwan karena bersifat menutupi, tak ubahnya seperti sarung bagi Baitullah. Syazarwan ini dibangun bertujuan untuk melindungi Ka'bah dari bencana banjir yang melanda di musim penghujan, juga untuk menjaga keselamatan pada jamaah haji dan kiswah di tengah kerumunan banyak orang.

Tetapi, menurut al-Azraqi, pada bagian multazam tidak ada Syazarwan begitu pula di tempat lain di dinding timur laut dekat rukun Hajar Aswad yang panjangnya 3 dzira' dan 12 ishbi' (atau sekitar 1,72 meter). Dalam atsar disebutkan bahwa Syazarwan dibangun beberapa kali.

Oleh karena itu, namanya pun bergant-ganti. Ibrahim Rafa'at Pasha pernah mengukurnya, kemudian menuliskan di dalam buku yang berjudul Mir'atul Haramain sebagai berikut:

1. Bagian bawah dinding yang terletak di barat daya memiliki luas 39 cm dan tinggi 50 cm

2. Bagian bawah dinding yang terletak di barat laut memiliki luas 80 cm dan tinggi 27 cm

3. Bagian bawah dinding yang terletak di timur laut memiliki luas 87 cm dan tinggi 24 cm

4. Bagian bawah dinding yang terletak di tenggara memiliki luas 66 cm dan tinggi 22 cm

Syazarwan ini dibangun dengan menggunakan bahan marmer termahal di dunia. Pada tahun 1417 H, ketika Ka'bah dibangun ulang, marmer lama Syazarwan kemudian diganti dengan yang baru.

Para sejarawan berbeda pendapat tentang kapan Syazarwan mulai dibangun, termasuk apakah bebatuan yang dipakai diambil dari bebatuan Ka'bah atau lainnya. Muhammad Abdul Hamid Asy-Syarqawi dan Muhammad Raja'i ath-Thahlawi mengatakan bahwa Syazarwan terbuat campuran batu Ka'bah.

Hal itu dikarenakan, dalam sebuah atsar yang disebutkan pada 838 H. Syazarwan dibangun dengan bahan marmer Mesir.

Beberapa marmer kemudian diganti dengan yang lain. Namun, nama Syazarwan sama sekali tidak disebut-sebut dalam hadits baik yang kategori shahih maupun daif. Bahkan tidak juga dinukil oleh para sahabat maupun tabiin.

Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi dalam Kitab Al-Fiqh 'Ala Al-Madzahib Al Arba'ah menjelaskan bahwasanya Syazarwan tidak termasuk dari bagian Ka'bah meskipun berada di lokasi Ka'bah.

Oleh karena itu, apabila ada seseorang yang melaksanakan salat dengan menghadap Syazarwan, maka salatnya tidak sah menurut para ulama dari tiga mazhab kecuali mazhab Hambali.

Menghadap kiblat termasuk salah satu syarat sah salat menurut Al-Qur'an, hadits Nabi Muhammad SAW, dan ijma' para ulama.

Dalil naqli perintah melaksanakan salat menghadap kiblat tercantum dalam surah Al-Baqarah ayat 144,


Ω‚ΩŽΨ―Ω’ Ω†ΩŽΨ±Ω°Ω‰ ΨͺΩŽΩ‚ΩŽΩ„Ω‘ΩΨ¨ΩŽ ΩˆΩŽΨ¬Ω’Ω‡ΩΩƒΩŽ فِى Ψ§Ω„Ψ³Ω‘ΩŽΩ…ΩŽΨ§Ϋ€Ψ‘ΩΫš ΩΩŽΩ„ΩŽΩ†ΩΩˆΩŽΩ„Ω‘ΩΩŠΩŽΩ†Ω‘ΩŽΩƒΩŽ Ω‚ΩΨ¨Ω’Ω„ΩŽΨ©Ω‹ ΨͺΩŽΨ±Ω’ΨΆΩ°Ω‰Ω‡ΩŽΨ§ Ϋ– ΩΩŽΩˆΩŽΩ„Ω‘Ω ΩˆΩŽΨ¬Ω’Ω‡ΩŽΩƒΩŽ Ψ΄ΩŽΨ·Ω’Ψ±ΩŽ Ψ§Ω„Ω’Ω…ΩŽΨ³Ω’Ψ¬ΩΨ―Ω Ψ§Ω„Ω’Ψ­ΩŽΨ±ΩŽΨ§Ω…Ω Ϋ— ΩˆΩŽΨ­ΩŽΩŠΩ’Ψ«Ω Ω…ΩŽΨ§ كُنْΨͺُمْ ΩΩŽΩˆΩŽΩ„Ω‘ΩΩˆΩ’Ψ§ ΩˆΩΨ¬ΩΩˆΩ’Ω‡ΩŽΩƒΩΩ…Ω’ Ψ΄ΩŽΨ·Ω’Ψ±ΩŽΩ‡Ω— Ϋ— ΩˆΩŽΨ§ΩΩ†Ω‘ΩŽ Ψ§Ω„Ω‘ΩŽΨ°ΩΩŠΩ’Ω†ΩŽ Ψ§ΩΩˆΩ’Ψͺُوا الْكِΨͺٰبَ Ω„ΩŽΩŠΩŽΨΉΩ’Ω„ΩŽΩ…ΩΩˆΩ’Ω†ΩŽ Ψ§ΩŽΩ†Ω‘ΩŽΩ‡Ω Ψ§Ω„Ω’Ψ­ΩŽΩ‚Ω‘Ω مِنْ Ψ±Ω‘ΩŽΨ¨Ω‘ΩΩ‡ΩΩ…Ω’ Ϋ— ΩˆΩŽΩ…ΩŽΨ§ اللّٰهُ Ψ¨ΩΨΊΩŽΨ§ΩΩΩ„Ω ΨΉΩŽΩ…Ω‘ΩŽΨ§ ΩŠΩŽΨΉΩ’Ω…ΩŽΩ„ΩΩˆΩ’Ω†ΩŽ Ω‘Ω€Ω€

Artinya: "Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan."




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads