Al-Baqarah Ayat 168: Perintah Memakan yang Halal dan Baik

Al-Baqarah Ayat 168: Perintah Memakan yang Halal dan Baik

Azkia Nurfajrina - detikHikmah
Selasa, 02 Mei 2023 16:00 WIB
Koran - holy book of Muslims ( public item of all muslims ) on the table , still life .
Ilustrasi. Ini bacaan Al Baqarah ayat 168 dan penjelasannya. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Kitti Kahotong)
Jakarta -

Allah SWT telah jelas memerintahkan manusia untuk memakan apa yang halal, sehingga makanan yang dianggap haram oleh syariat hendaknya untuk ditinggalkan. Perintah-Nya ini tercantum dalam Surat Al-Baqarah ayat 168.

Berikut bunyi firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 168:

Surat Al-Baqarah Ayat 168: Arab, Latin dan Arti

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ - ١٦٨

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Latin: Yā ayyuhan-nāsu kulū mimmā fil-arḍi ḥalālan ṭayyibā(n), wa lā tattabi'ū khuṭuwātisy-syaiṭān(i), innahū lakum 'aduwwum mubīn(un).

Artinya: "Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata."

ADVERTISEMENT

Perintah Menyantap Makanan Halal dan Baik

M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah Jilid 1 menerangkan Surat Al-Baqarah ayat 168 ditujukan bagi seluruh manusia. Dalam hal ini jelas bahwa Allah SWT menyiapkan segala nikmat di bumi untuk tiap-tiap insan baik yang beriman maupun kafir.

Meski yang terhampar di bumi ini semuanya untuk kepentingan manusia, tetapi tak semuanya halal dimakan atau digunakan. Untuk itu, melalui ayat ini Allah SWT syariatkan kepada para hamba untuk menyantap makanan yang halal saja.

Tapi, apa sih makanan halal itu? Makanan halal merupakan makanan yang tidak haram di mana syariat agama tidak melarang untuk menyantapnya.

Adapun makanan haram ada dua macam, yakni haram sebab zatnya seperti babi, bangkai dan darah yang disebut dalam Surat Al-Maidah ayat 3 dan 2. Lalu, haram karena sesuatu bukan dari zatnya, seperti makanan yang tidak diizinkan oleh pemiliknya untuk dimakan atau digunakan. Sedangkan makanan halal adalah yang bukan termasuk kedua macam ini.

Melalui Surat Al-Baqarah ayat 168 di atas pula, Allah SWT tak hanya perintahkan memakan yang halal, tetapi juga menyantap yang baik. Quraish Shihab lanjut jelaskan, "Tidak semua makanan yang halal otomatis baik. Karena yang dinamakan halal terdiri dari empat macam; wajib, sunnah, mubah dan makruh."

Misalnya, ada sebuah makanan halal nan baik sehingga cocok untuk seseorang. Namun, makanan yang sama itu belum tentu baik bagi orang lain dengan kondisi penyakit tertentu, sehingga baginya perlu ditinggalkan supaya kesehatannya membaik.

Dengan demikian, yang Allah SWT maksud dan perintahkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 168 di atas adalah makanan yang halal lagi baik bagi tiap-tiap manusianya.

Larangan Mengikuti Langkah Setan

Ayat di atas dilanjut dengan larangan Allah SWT untuk mengikuti langkah atau apa yang disuruh oleh setan. Apa kaitannya dengan perintah memakan yang halal lagi baik?

Quraish Shihab mengemukakan, makanan atau aktivitas yang berkaitan dengan jasmani kerap dipakai oleh setan untuk memperdaya manusia. Sebagaimana kisah manusia pertama yakni Nabi Adam AS dan istrinya Hawa, dikeluarkan dari surga karena terhasut setan melalui makanan.

Padahal Allah SWT telah melarang Adam AS untuk menyantap buah dari pohon terlarang itu. Sehingga bisa dikatakan Nabi Adam AS terpedaya oleh setan.

Menurut Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, turut disebutkan bahwa setan juga telah memperdaya manusia di masa Jahiliyah dengan mengharamkan bahirah (unta betina yang telah beranak lima kali & anak kelimanya jantan, lalu dilepaskan), saibah (unta betina yang dibiarkan pergi karena suatu nadzar), serta washilah (domba beranak kembar, betina dan jantan. lalu yang jantan diserahkan ke berhala). Padahal hewan-hewan dengan kondisi tersebut tidak Allah SWT haramkan.

Untuk itu, Allah SWT melalui Surat Al-Baqarah ayat 168 melarang untuk mengikuti langkah setan yang dapat mengotori jiwa dan berdampak buruk. Larangan di sini bukan hanya dalam lingkup makanan, tetapi jauhi pula setan dalam segala perbuatan manusia.




(rah/rah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads