Kebaikan 1000 Bulan pada Lailatul Qadar Berapa Tahun?

Ramadan Update by BRI

Kebaikan 1000 Bulan pada Lailatul Qadar Berapa Tahun?

Nilam Isneni - detikHikmah
Senin, 10 Apr 2023 08:15 WIB
Ilustrasi malam lailatul qadar yang terdapat pada 10 malam terakhir Ramadan.
Ilustrasi malam lailatul qadar lebih baik dari 1000 bulan. Foto: Getty Images/iStockphoto/Choreograph
Jakarta -

Malam lailatul qadar adalah malam penuh kemuliaan yang disebut lebih baik dari 1000 bulan. Lantas jika dihitung 1000 bulan berapa tahun?

Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi dalam Kitab Fi Rihabis Sunnah: Syarah Ahadits Nabawiyah mengatakan, salah satu keutamaan bulan Ramadan yakni Allah SWT telah mengkhususkan padanya satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan, yaitu malam lailatul qadar.

Dijelaskan, ibadah dan ketaatan yang dilakukan oleh muslim pada malam itu lebih utama dari amalan serupa yang dilakukan di luar malam itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi menjelaskan lebih lanjut, 1000 bulan bukanlah waktu yang singkat dan perkara yang mudah, 1000 bulan sama hal dengan 83 tahun 4 bulan. Namun, pada malam lailatul qadar ini hanya menjadi amalan satu malam seseorang bisa memperoleh pahala amal selama 83 tahun.

Bahkan, tidak sedikit orang yang meyakini bahwa ketika usianya telah mencapai 80 tahun, maka ia merasa telah diberikan umur yang panjang. Dengan satu malam pada lailatul qadar ini, setiap orang berkesempatan memperoleh waktu panjang dengan melakukan salat karena Allah SWT.

ADVERTISEMENT

Umat Islam dapat secara khusyuk untuk beribadah kepada-Nya, berzikir, bersyukur, memperbaiki ibadah, bermunajat, menghadirkan rasa takut, bertaubat, dan berdoa.

Shabri Shaleh Anwar dalam buku 10 Malam Akhir Ramadhan, menjelaskan mengenai doa malam lailatul qadar.

Telah diriwayatkan dari Aisyah RA bahwa dia bertanya, "Ya Rasulullah apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam lailatul qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan?" Beliau menjawab, "Ucapkanlah, 'Allahumma innala 'afuwwun kariim, tuhibbul 'afwa fa'fu 'annii' (Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan Mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku)." (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah, dari Aisyah sanadnya sahih)

Meskipun tidak ada yang tahu persis kapan datangnya lailatul qadar, tetapi Rasulullah SAW telah memberitahukan ciri-cirinya melalui sejumlah hadits. Salah satunya seperti diriwayatkan dari Ubai RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,

"Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi." (HR Muslim)

Keutamaan lailatul qadar dan anjuran untuk mencarinya turut disebutkan dalam hadits lain sebagaimana termuat dalam Kitab Al-Lu'Lu' wal Marjan karya Muhammad Fu'ad Abdul Baqi yang diterjemahkan oleh Muhammad Ahsan bin Usman. Dari Ibnu Umar RA, ia berkata,

لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ أخرجه البخاري في

Artinya: "Ada beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW yang telah diperlihatkan lailatul qadar dalam mimpi pada malam dua puluh tujuh, maka Nabi Muhammad SAW bersabda: "Aku perhatikan impianmu bertepatan dengan tujuh malam terakhir, maka siapa yang berusaha untuk mendapatkannya hendaknya berusaha mencarinya pada tujuh malam terakhir (bulan Ramadan)" (HR Bukhari)

Dalam riwayat lain yang berasal dari Abu Sa'id RA dikatakan,

اعْتَكَفْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَشْرَ الأَوسَط مِنْ رَمَضَانَ فَخَرَجَ صَبِيحَةَ عِشْرَينَ فَخَطَبًا وَقَالَ: إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنسيتها أَوْ نُسْتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فِي الْوِتْرِ وَإِنِّي رَأَيْتُ أَنِّي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ فَمَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلْيَرْجِعْ فَرَجَعْنَا وَمَا نَرَى فِي السَّمَاءِ قَزَعَةَ فَجَاءَتْ سَحَابَةٌ فَمَطَرَتْ حَتَّى سَالَ سَقْفُ الْمَسْجِدِ وَكَانَ مِنْ جَرِيدِ النَّخْلِ وَأَقِيمَتِ الصَّلاةُ فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْجُدُ الْمَاءِ وَالطِّينِ حَتَّى رَأَيْتُ أَثَرَ الطِّينِ فِي جَبْهَتِهِ أخرجه البخاري في

Artinya: "Kami pernah iktikaf bersama Nabi Muhammad SAW pada sepuluh malam pertengahan Ramadan, lalu beliau keluar pada pagi kedua puluh Ramadan dan berbicara kepada kami: 'Aku mimpi diperlihatkan lailatul qadar, kemudian aku dibuat lupa dengan malam itu, oleh karena itu carilah pada sepuluh malam terakhir yang ganjil. Aku bermimpi, saat itu aku sedang sujud di atas air dan tanah, maka siapa yang iktikaf bersama Nabi Muhammad SAW hendaknya pulang.' Maka kami pulang dan taiada melihat sedikit awan di langit, tiba-tiba datang awan dan turun hujan sampai atas masjid yang terbuat dari daun kurma basah kuyup karenanya, kemudian terdengar iqamat untuk salat, maka aku melihat Nabi Muhammad SAW sujud di atas air dan tanah, sampai aku melihat bekas tanah yang menempel di dahi Nabi Muhammad SAW.'" (HR Bukhari)




(kri/kri)

Hide Ads