Arti Iradah, Salah Satu Sifat Wajib bagi Allah SWT

Arti Iradah, Salah Satu Sifat Wajib bagi Allah SWT

Tsalats Ghulam Khabbussila - detikHikmah
Minggu, 09 Apr 2023 12:00 WIB
Warga binaan pemasyarakatan membaca Al Quran di Masjid At Taubah dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA, UPT Kanwil Kemenkumham Gorontalo, Kota Gorontalo, Gorontalo, Senin (3/4/2023). Seksi bimbingan narapidana dan anak didik (Binadik) dan takmirul masjid menjalankan program belajar mengaji dan tadarus bagi warga binaan saat bulan Ramadhan dengan menggandeng penyuluh agama dari Kementerian Agama Kota Gorontalo.
Iradah, kehendak Allah SWT. Foto: /Adiwinata Solihin/Antara Foto
Jakarta -

Iradah menurut pengertian diartikan sebagai kehendak. Diolah dari Buku Maqaashidul Mukallafin oleh Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar menjelaskan bahwa "iradah" adalah yang kita sebut sebagai maksud, niat, dan kehendak.


Dalam konteks ajaran Agama Islam, kata iradah beberapa kali digunakan dalam Al-Qur'an dan tafsir. Kurang lebih terdapat sekitar 18 ayat yang memiliki sifat iradah yang mewakili niat,maksud, kehendak dan kata sepadan lainnya.

Seperti yang digunakan pada tafsir Ibnu Katsir terhadap Al-Qur'an Surah Al-Kahfi: 82, yaitu:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


{فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزهُمَا}

"Maka Tuhanmu menghendaki supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya." QS Al-Kahfi: 82.

ADVERTISEMENT


Ditafsirkan sebagai berikut: "Dalam ayat ini disebutkan bahwa iradah (kehendak) itu dinisbatkan kepada Allah SWT. karena usia baligh keduanya tidak mampu berbuat apa pun terhadap harta terpendam itu, kecuali melalui pertolongan Allah SWT."


Iradah sebagai Kehendak Allah SWT


Dijelaskan melalui firman Allah SWT pada Al-Qur'an Surah Yasin: 82, yang berbunyi:


اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

Artinya: "Sesungguhnya ketetapan-Nya, jika Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka, jadilah (sesuatu) itu." QS Yasin: 82.


Iradah juga dimiliki oleh Allah SWT sebagai sifat wajib-Nya. Melalui tafsir Kemenag, Allah menerangkan bahwa jika Ia menghendaki sesuatu terjadi maka hal itu langsung terjadi dan tiada hal apapun yang mustahil bagi-Nya.


Allah SWT kemudian berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al An'am: 125, yaitu:


فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِۚ وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَاۤءِۗ كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ


Artinya: "Maka, siapa yang Allah kehendaki mendapat hidayah, Dia akan melapangkan dadanya untuk menerima Islam. Siapa yang Dia kehendaki menjadi sesat, Dia akan menjadikan dadanya sempit lagi sesak seakan-akan dia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman." QS Al-An'am: 125


Mengutip dari tafsir yang sama dijelaskan, "Dia (Allah SWT) akan membukakan dadanya untuk menerima Islam, yaitu pintu hatinya terbuka untuk menerima Islam atau cahaya yang datang dari Allah yang dengannya seseorang bisa melihat kebenaran, kemudian mengikuti kebenaran itu dengan memeluk Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, dengan kesadarannya sendiri dia memilih kekafiran dan meninggalkan kebenaran, maka Dia jadikan dadanya sempit dan sesak sehingga tidak ada celah sedikit pun untuk masuknya kebenaran di hatinya, seakan-akan dia sedang mendaki ke langit."


Maka Allah SWT dengan kehendaknya juga dapat memengaruhi kehendak yang dilakukan oleh makhluk-Nya. Hal ini juga berpengaruh terhadap Iradah dalam beragama.


Iradah dalam Beragama


Iradah dalam ajaran Islam memberikan perspektif terhadap keinginan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar tulisan Abu Jafar Alqalami, yaitu: "Ada yang berpendapat bahwa iradah adalah cara manusia berkonsentrasi kepada Allah SWT. Iradah merupakan amalan atau latihan seseorang yang menempuh jalur makrifat (pendekatan menggunakan akal) agar dapat menyatukan perasaan dan kehendaknya kepada Allah SWT"


Masih dari riwayat yang sama, Abu Ali ad-Daqaq pernah menyatakan bahwa: "Aku ditimpa kerinduan dalam sanubari, sengatan terhadap hati, cinta yang menyala-nyala dan membakar nurani, kecemasan yang menggedor batin, api cahaya yang membakar kubah hati. Di dalam permulaan kerinduan-ku, aku dalam keadaan terbakar di tungku perapian iradah" (Al Qusyairi).


Dari riwayat di atas maka bisa ketahui bahwa hati dan keinginan manusia atau iradah dapat diubah maupun diputar balikan sesuai dengan kehendak Allah SWT. Bisa saja iradah itu timbul maupun tenggelam berdasarkan kehendak Allah SWT.


Dengan artikel mengenai iradah ini semoga kita selalu mendapatkan iradah baik Allah SWT dan selalu berada di jalan yang lurus ya, detikers!.




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads