Kala Malaikat Jibril Menyamar Jadi Manusia, Untuk Apa?

Kala Malaikat Jibril Menyamar Jadi Manusia, Untuk Apa?

Tsalats Ghulam Khabbussila - detikHikmah
Kamis, 23 Mar 2023 03:45 WIB
ilustrasi malaikat
Ilustrasi. Saat malaikat Jibril datang menyamar sebagai manusia, apa tujuannya? (Foto: Getty Images/iStockphoto/undefined undefined)
Jakarta -

Dalam sebuah hadis, malaikat Jibril datang dengan menyamar sebagai manusia dan menanyakan kepada Rasulullah SAW mengenai iman, Islam dan insan. Hadits tersebut bersumber dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rangkaian tiga hal ini juga dijelaskan oleh Imam Al Ghazali melalui kitabnya.

Saat Jibril Menyamar sebagai Manusia

Kisah malaikat Jibril datang ke Bumi dengan menyamar sebagai manusia terabadikan dalam hadits yang dikisahkan Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu. Ia berkata, "Ketika kami berada di majelis bersama Rasulullah SAW pada suatu hari, tiba-tiba tampak di depan kami seorang laki-laki yang berpakaian serba putih, rambutnya sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorang pun di antara kami yang mengenalnya."

Mengutip Taofik Yusmansyah dalam buku Aqidah Akhlaq, Umar bercerita, lelaki misterius tersebut kemudian duduk di hadapan Rasulullah SAW dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah SAW lalu meletakkan tangannya di atas paha Rasulullah SAW. Lalu, lelaki itu berkata, "Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam!"

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Segera Rasulullah SAW menjawab, "Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah SWT dan sesungguhnya Muhammad SAW itu utusan Allah SWT, dirimu mendirikan salat, mengeluarkan zakat, berpuasa ketika bulan Ramadan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah (Makkah) jika engkau mampu melakukannya."

Laki-laki asing itu lalu menjawab, "Engkau benar." Umar dan para sahabat pun mengaku heran, sebab lelaki itu bertanya lalu membenarkan jawabannya dari Rasulullah. Sosok misterius itu berkata lagi, "Beritahukan kepadaku tentang iman!"

ADVERTISEMENT

Rasulullah SAW menjawab, "Engkau beriman kepada Allah SWT, kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan-Nya, kepada hari kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk."

Lagi-lagi, laki-laki asing tadi berkata, "Engkau benar." Lalu, ia berkata lagi, "Beritahukan kepadaku tentang ihsan!"

Rasulullah SAW kemudian menjawab lagi, "Engkau beribadah kepada Allah SWT seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu."

Orang misterius tersebut segera berkata lagi, "Beritahukan kepadaku tentang kiamat!"

Rasulullah SAW menjawab, "Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya."

Namun, lelaki itu malah bertanya lagi, "Beritahukan kepadaku mengenai tanda-tandanya!"

Rasulullah SAW menjawab, "Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan putrinya (majikannya), jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lombalah mendirikan bangunan."

Kemudian pergilah ia (sang lelaki misterius tersebut). Sebaliknya, Umar memilih tetap tinggal. Beberapa lama kemudian, Rasulullah SAW berkata kepada Umar, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Umar menjawab, "Allah SWT dan Rasul-Nya lebih mengetahui."

Rasulullah SAW lalu menjelaskan, "Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu." (HR Muslim)

Tentang Iman, Islam, dan Ihsan

Iman, Islam dan ihsan adalah kerangka dasar dari ajaran Islam. Pengertian iman, Islam, dan ihsan dapat disebut sebagai suatu bangunan bagi umat muslim. Iman menjadi pondasi diri, Islam yang menjadi tiang-tiangnya, dan ihsan sebagai atapnya. Pondasi (iman) yang kuat akan membantu bangunan (Islam dan ihsan) berdiri tegak dan kokoh.

Dikutip dari Ilmu Tasawuf karya Drs. Samsul Munir Amin, M.A., secara umum makna iman adalah sikap percaya. Kepercayaan masing-masing dari rukun iman yang melandasi tindakan seseorang. Dalam aspek perbuatan, Rasulullah SAW bersabda. "Iman mempunyai lebih dari 70 tingkat mulai ucapan la ilaha illallah hingga menyingkirkan duri dari jalanan." (HR Muslim)

Kata Islam sendiri berarti berpasrah diri dengan kepatuhan total dan mutlak kepada Allah SWT. Atau dalam definisi lain diartikan sebagai menyerahkan diri secara keseluruhan kepada Allah SWT.

Ihsan secara kata berarti berbuat baik. Menurut Ibnu Taimiyah, makna ihsan lebih meliputi dari iman. Dalam ihsan sudah terkandung iman dan Islam, seperti dalam iman sudah terkandung Islam.

Buku Filsafat dan Metafisika dalam Islam karya KH. M. Sholihkin menjelaskan, setiap unsur dari iman, Islam, dan Ihsan saling berkaitan satu sama lain dan tidak mungkin untuk dipisahkan. Ketiganya tidak hanya terjalin saja, tetapi dalam beberapa bagiannya saling tumpang tindih. Ketiga unsur ini terjalin secara komprehensif dan nilai-nilai perwujudannya saling berkelindan (erat menjadi satu) serta terakumulasi dalam konsep dasar amal saleh dan segi kemaslahatan.




(rah/rah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads