Nabi Nuh AS adalah rasul Allah pertama yang diutus ke bumi serta menjadi nabi ketiga setelah Nabi Adam dan Nabi Idris. Nabi Nuh merupakan keturunan ke sembilan dari Nabi Adam.
Allah SWT pernah memberi gelar kepada Nabi Nuh AS dengan sebutan "Nabi Allah" dan "Abdussyakur" yang artinya hamba Allah yang banyak bersyukur. Berikut kisahnya.
Sifat Syukur Nabi Nuh
Dikisahkan dalam buku Kisah Para Nabi karya Imam Ibnu Katsir, Nabi Nuh AS adalah rasul yang rajin bersyukur di antara para rasul lainnya. Allah SWT pun telah menyebutkan hal ini melalui firmannya dalam Al-Qur'an surat Al-Israa' ayat 3:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوْحٍۗ اِنَّهٗ كَانَ عَبْدًا شَكُوْرًا
Artinya: "(Wahai) keturunan orang yang Kami bawa bersama Nuh, sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur." (QS Al-Israa': 3).
Dalam beberapa riwayat menceritakan bahwa Nabi Nuh AS selalu memuji dan mengucapkan rasa syukurnya kepada Allah SWT atas semua karunia-Nya berupa makanan, minuman, pakaian, dan segala hal yang berkaitan dengan dirinya.
Baca juga: Kumpulan Doa Nabi Nuh AS beserta Manfaatnya |
Imam Ahmad turut meriwayatkan, dari Abu Usamah, dari Zakaria bin Abi Zaidah, dari Said bin Abi Burdah, dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya, Allah benar-benar meridhai seorang hamba yang memakan sesuap makanan lalu ia mengucap syukur dengan memuji-Nya terhadap makanan itu atau ia meminum seteguk minuman lalu ia memuji-Nya terhadap minuman itu." (HR Ahmad).
Hadits yang sama juga diriwayatkan oleh Imam Muslim, Tirmidzi, Nasa'i melalui Abu Usamah.
Dengan sifat bersyukurnya, Nabi Nuh AS mendorong keturunannya supaya banyak bersyukur kepada Allah SWT.
Kenyataannya, memang rasa syukur akan menggerakkan seseorang untuk berbuat ketaatan, baik ketaatan yang terkait dengan hati, ucapan, maupun perbuatan. Bersyukur juga menjadi salah satu bentuk ibadah dan menjadi penyebab besar dari kebaikan.
Kisah Dakwah Nabi Nuh dan Pengikutnya
Selain sifat syukurnya, Nabi Nuh AS juga menjadi seorang rasul yang mengalami banyak cobaan ketika berdakwah. Allah SWT mengutus Nabi Nuh AS untuk menyampaikan ajaran tauhid kepada kaum menyembah berhala.
Mengutip dari buku Kisah-Kisah Teladan dalam Al-Qur'an karya Munnal Hani'ah, kaum Nabi Nuh pada saat itu banyak menyembah patung Wadd, Suwa, Nasr, dan Ya'uq. Nabi Nuh telah berdakwah selama 950 tahun, tetapi hanya sedikit kaumnya yang mau beriman kepada Allah SWT dan menjadi pengikutnya.
Kaum Nabi Nuh justru menuduhnya sebagai seorang pembohong dan sama sekali tidak mau mendengarkan dakwahnya. Selama berdakwah, pengikut nabi Nuh hanya berjumlah 80 orang.
Dengan sifat sabarnya, Nabi Nuh selalu berusaha dan berdoa. Meski begitu, kaum Nabi Nuh tetap semakin membangkang. Kemudian Allah SWT memerintahkan kepadanya untuk membuat sebuah perahu besar bersama kaum yang beriman. Mereka bergotong royong mengumpulkan kayu-kayu yang berasal dari pohon besar.
Melihat apa yang dilakukan oleh Nabi Nuh, kaumnya yang menyembah berhala tentu saja mengolok-olok Nabi Nuh dan pengikutnya. Namun, Nabi Nuh dan pengikutnya tidak memperdulikan perkataan kaumnya dan terus melanjutkan untuk membangun perahu.
Suatu hari, ketika perahu telah selesai dibuat, Allah SWT meminta Nabi Nuh untuk memasukkan pengikutnya beserta para hewan ke perahu. Kemudian terjadilah hujan lebat dan banjir yang menenggelamkan rumah-rumah dan membuat pohon-pohon menjadi tumbang.
Kapal Nabi Nuh pada saat itu mulai mengarungi daratan yang telah berubah menjadi laut dikarenakan banjir besar. Melihat keadaan tersebut, Nabi Nuh tetap merasa sedih melihat kaumnya yang tenggelam.
Pada saat itu, Nabi Nuh juga memiliki empat orang anak yang bernama Syam, Khan, Yafits, dan Kan'an. Semua anak Nabi Nuh sudah naik di dalam perahu, kecuali Kan'an yang menolak ketika diajak naik ke perahu.
Gelombang pasang pun akhirnya memisahkan mereka. Salah satu anak dari Nabi Nuh juga ikut tenggelam sebab tidak mau mengikuti dakwahnya.
Nabi Nuh bersama dengan pengikutnya berlayar selama kurang lebih 150 hari kemudian mereka mendarat di bukit Judiy yang terletak di daerah Mosul, Irak.
Setelah adanya peristiwa itu, kaum Nabi Nuh AS menjalani hidupnya dengan penuh kedamaian, ketaatan, dan kesejahteraan dalam naungan ridha Allah SWT.
Dalam Al-Qur'an surat Hud ayat 41 juga disebutkan ketika Nabi Nuh mengajak kaumnya untuk menaiki kapal. Surat ini hingga saat ini menjadi doa bagi umat muslim yang hendak berpergian menggunakan kendaraan laut.
۞ بِسْمِ اللّٰهِ مَجْرٰ۪ىهَا وَمُرْسٰىهَا ۗاِنَّ رَبِّيْ لَغَفُوْرٌ رَّحِي ...
Latin: Bismillahi majreha wa mursaha inna rabbi laghafuurur rahiim
Artinya: "Dengan (menyebut) nama Allah pada waktu berlayar dan berlabuhnya! Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Hud: 41).
Keselamatan Nabi Nuh AS dan orang-orang beriman yang bersamanya saat menerjang banjir besar merupakan berkat dari rasa syukur yang selalu ia tanamkan. Oleh karena itu, umat Islam sudah sepatutnya meneladani sifat syukur yang selalu diamalkan oleh Nabi Nuh AS.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Ustaz Khalid Basalamah Buka Suara Usai Dipanggil KPK
Naudzubillah! Ini Ciri-ciri Wanita yang Jadi Pengikut Dajjal pada Akhir Zaman
Kemenag Imbau Masyarakat Tak Usir Anak-Anak yang Berisik di Masjid