Nabi Nuh AS adalah rasul ulul azmi karena memiliki ketabahan luar biasa. Ia tidak hanya mendapat ujian dari kaumnya, tetapi juga istrinya yang tetap mendustakan ajaran yang ia bawa.
Nama istri Nabi Nuh AS adalah Waligah. Ini merupakan pendapat Imam Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiyaa yang mengacu pada keterangan As-Suhaili.
"Nama istri Luth adalah Walihah, sedangkan nama istri Nuh adalah Waligah," kata As-Suhaili.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, menurut buku Nisaul Anbiyai fi Dhauil Qur'an was Sunnah karya Ahmad Khalil Jam'ah dan Syaikh Muhammad bin Yusuf Ad-Dimasyqi sebagaimana diterjemahkan oleh Fadhli Bahri, ada pendapat lain yang menyebut nama istri Nabi Nuh AS adalah Wailah atau Wahilah. Hal ini turut disebutkan dalam Tafsir Al-Khazin, Tafsir Al-Mawardi, dan Tafsir Al-Qurthubi.
Istri Nabi Nuh AS Ikut Golongan Orang Kafir
Mayoritas mufassirin mengatakan bahwa istri Nabi Nuh AS termasuk golongan orang kafir. Ia tetap membangkang dan mendustakan suaminya yang membawa risalah untuk menyembah Allah SWT. Diketahui, kaum Nabi Nuh AS adalah penyembah berhala.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-A'raaf ayat 59,
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦ فَقَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥٓ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).""
Syofyan Hadi mengatakan dalam Tafsir Qashashi, Nabi Nuh AS berdakwah semata untuk kebaikan umatnya. Ia juga tidak meminta harta benda sebagai upah atas upaya dakwahnya itu. Sebagaimana disebutkan dalam surah Hud ayat 29,
وَيٰقَوْمِ لَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مَالًاۗ اِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ وَمَآ اَنَا۠ بِطَارِدِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْاۗ اِنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَلٰكِنِّيْٓ اَرٰىكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُوْنَ
Artinya: "Wahai kaumku, aku tidak meminta kepadamu harta (sedikit pun sebagai imbalan) atas seruanku. Imbalanku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya (di akhirat), tetapi aku memandangmu sebagai kaum yang bodoh."
Pada suatu ketika, Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh AS untuk membuat kapal. Hal ini turut mendapat cemoohan dari kaumnya karena saat itu musim kemarau. Namun, Nabi Nuh AS tetap melanjutkan apa yang diperintahkan Allah SWT.
Hingga pada akhirnya Allah SWT mengirimkan banjir bandang di wilayah tersebut dan menenggelamkan kaum yang mendustakan Nabi Nuh AS. Adapun, kaum yang ikut bersama Nabi Nuh AS dengan menaiki kapal selamat dari azab itu.
Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah orang yang ikut bersama Nabi Nuh AS ke dalam kapal. Menurut riwayat Ibnu Abbas sebagaimana dikatakan Ibnu Katsir dalam kitabnya, jumlah mereka ada 80 orang termasuk para wanita.
Adapun, Ka'ab al-Akhbar meriwayatkan, jumlah mereka ada 72 orang. Ada pula yang berpendapat mereka hanya 10 orang.
Pendapat lain menyebut, para penumpang kapal Nabi Nuh AS adalah Nabi Nuh AS, tiga anaknya, dan empat perempuan dari istrinya Yam. Menurut Ibnu Katsir, Yam adalah putra Nabi Nuh AS yang menjauhkan diri dan ia menempuh jalan orang yang menyimpang dari kebenaran dan keselamatan.
Sementara itu, istri Nabi Nuh AS yang tetap kafir bersama kaum pembangkang Nabi Nuh AS tidak masuk dalam kapal tersebut.
(kri/erd)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
PBNU Kritik PPATK, Anggap Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Serampangan