Pada zamannya, Nabi Muhammad SAW pernah melakukan perjanjian dengan beberapa kelompok umat Nasrani. Perjanjian tersebut telah dibuat oleh kedua belah pihak terkait masalah keamanan, perlindungan, hingga jaminan keselamatan. Perjanjian tersebut berjalan dengan baik karena kedua belah pihak menepatinya.
Prof. Dr. Raghib As-Sirjanji dalam bukunya yang berjudul Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia menjelaskan bahwa perjanjian merupakan kesepakatan bersama atau ikatan yang telah disetujui negara Islam dengan non Muslim dalam situasi yang damai dan perang. Perjanjian dalam situasi ini disebut dengan perjanjian damai yang memiliki tujuan untuk menghindarkan peperangan.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Anfal ayat 61 sebagai berikut:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
وَإِن جَنَحُوا۟ لِلسَّلْمِ فَٱجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
Artinya: "Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkalah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Anfal: 61)
Melansir buku Muslim Moderat yang ditulis oleh Ust. Drs. H. Bagenda Ali, MM., begini penjelasan dari kisah perjanjian Najran yang terjadi antara Rasulullah SAW dengan kaum Nasrani Najran.
Pada awalnya, Nabi Muhammad SAW mengundang kaum Najran untuk datang ke Madinah. Umat Nasrani Najran mengirim 14 orang. Rombongan kaum Nasrani Najran tersebut dipimpin oleh tiga orang, yaitu Al-Aqib sebagai pemimpin rombongan, As-Sayyid sebagai pengatur perjalanan, dan Abdul Harits sebagai penanggung jawab urusan keagamaan.
Saat tiba di Madinah, Kelompok Nasrani Najran disambut baik oleh Nabi Muhammad SAW dan umat Islam lainnya. Nabi SAW mula-mula mengajak kaum tersebut untuk memeluk Islam, tetapi mereka menolak. Kemudian, Nasrani Najran terlibat dalam perdebatan dengan kelompok muslim tentang pembahasan yang beragam, seperti teologi, definisi Muslim, status Nabi Isa, politik, dan pemerintahan. Dalam perdebatan tersebut, mereka menemukan hal-hal yang menjadi titik temu, tetapi dalam hal-hal lainnya mereka tidak menemukan sebuah kesepakatan yang menjadi titik temu.
Di akhir perdebatan tersebut, untuk menjaga ketidaksepakatan tersebut agar tidak menjadi konflik, Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian damai dengan rombongan Nasrani Najran. Sifat toleransi Rasulullah SAW tertuang dalam surat perjanjiannya dengan kaum Nasrani Najran.
Isi surat perjanjian Rasulullah SAW dengan kaum Nasrani Najran sebagai berikut:
"Bagi para penganut agama Nasrani, bila mereka memerlukan sesuatu untuk perbaikan tempat ibadah mereka atau satu kepentingan mereka dan agama mereka, bila mereka membutuhkan bantuan dari kaum Muslim, maka hendaklah mereka dibantu dan bantuan itu bukan merupakan utang yang dibebankan kepada mereka, tetapi dukungan untuk mereka demi kemaslahatan agama mereka, serta pemenuhan janji Rasul (Muhammad SAW) kepada mereka dan anugerah dari Allah dan Rasul-Nya untuk mereka.
Tidak boleh seorang Nasrani dipaksa untuk memeluk agama Islam, "Janganlah mendebat orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berselisih pendapat denganmu, kecuali dengan cara yang paling baik. Kecuali dengan orang-orang yang melampaui batas dan katakan, "Kami percaya dengan apa yang diturunkan kepada kalian (Taurat dan Injil). Tuhan kami dan Tuhan kamu adalah satu. Dan kami hanya tunduk kepada-Nya semata."" (Mereka hendaknya diberi perlindungan berdasar kasih sayang dan dicegah segala yang buruk yang dapat menimpa mereka kapan dan di mana pun".
Dalam isi perjanjian tersebut terkandung surah Al-Ankabut ayat 46 yang berbunyi sebagai berikut:
وَلَا تُجَٰدِلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ إِلَّا بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ إِلَّا ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنْهُمْ ۖ وَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا بِٱلَّذِىٓ أُنزِلَ إِلَيْنَا وَأُنزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَٰهُنَا وَإِلَٰهُكُمْ وَٰحِدٌ وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ
Artinya: "Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri" (Al-Ankabut: 46)
(rah/lus)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Rekening Buat Bangun Masjid Kena Blokir, Das'ad Latif: Kebijakan Ini Tak Elegan
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa