Salah seorang pendeta Nasrani bernama Bahira sudah menyadari kerasulan pada Nabi Muhammad SAW saat beliau kecil. Hanya saja orang-orang Arab dan orang-orang di sekitarnya saat itu masih belum menyadarinya.
Mereka menyadari ciri-ciri kenabian ada pada diri Nabi Muhammad SAW dan kondisi zaman kedatangannya berdasarkan apa yang tertulis di dalam kitab mereka. Kisah ini diceritakan Ibnu Ishaq yang mana bermula dari saat paman Nabi Muhammad SAW, Abu Thalib mengajaknya pergi ke Syam bersama kafilah dagang.
Setiba mereka di Bushra, salah satu wilayah di Syam, ada seorang pendeta bernama Bahira tengah menyepi di biaranya. Sejak menjadi pendeta, ia memang tak pernah keluar dari biaranya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diceritakan dalam Sirah Nabawiyah oleh Ibnu Hisyam, kafilah dagang Quraisy acap kali singgah di tempat itu namun pendeta ini tidak pernah bicara dengan mereka. Bahkan untuk sekadar menampakkan diri pun tidak dilakukannya.
Namun, kali itu berbeda saat kafilah dagang Abu Thalib membawa Nabi Muhammad SAW kecil. Mereka pun berhenti dan bernaung di bawah pohon dekat biara.
Bahira saat itu melihat awan menaungi pohon tersebut dan dahan-dahannya merunduk di atas Nabi Muhammad SAW kecil hingga ia bisa bernaung. Melihat itu pun, Bahira lantas turun dari biaranya dan mengutus seseorang untuk memberi pesan pada rombongan kafilah tersebut.
Isi pesannya kurang lebih sebuah tawaran dari Bahira berupa makanan untuk rombongan tersebut. Namun, ia mensyaratkan agar semua rombongan hadir dalam jamuan makan yang ditawarkannya.
Hingga ketika seluruh anggota kafilah berkumpul di biara, Bahira masih belum melihat tanda-tanda yang tadi dilihatnya saat kafilah tersebut di luar. Ia pun berseru, "Saudara-saudara Quraisy, tak boleh ada seorang pun yang tertinggal dari menyantap hidangan yang kupersiapkan,"
Orang-orang Quraisy itu mengatakan bahwa tidak ada lagi yang tertinggal kecuali seorang anak kecil yang usianya masih sangat muda. Anak itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah Nabi Muhammad SAW yang masih menetap di kendaraan.
Bahira berkata, "Jangan lakukan itu. Ajaklah ia. Ia harus ikut bersama kalian menyantap makanan ini,"
Mereka pun memanggil Nabi Muhammad SAW kecil dan merangkulnya untuk bergabung. Diam-diam, Bahira meneliti Nabi Muhammad SAW kecil hingga ia menemukan sifat-sifat kenabian pada anak tersebut.
Bahira pun mendekati Nabi Muhammad SAW, "Nak, demi Lata dan Uzza, aku akan bertanya kepadamu dan engkau harus menjawab pertanyaanku,"
Pendeta itu menggunakan kata Lata dan Uzza atau nama dari berhala yang disembah para Quraisy, mengikuti cara bicaranya pada kafilah dagang tersebut. Namun, Nabi Muhammad SAW kecil justru menjawab, "Janganlah engkau bertanya padaku atas nama Lata dan Uzza. Demi Allah, tidak ada yang paling kubenci selain keduanya,"
Selanjutnya, Bahira pun menggantinya dengan, "Demi Allah," barulah Nabi Muhammad SAW kecil mempersilakan pendeta tersebut.
Bahira lantas menanyakan segala sesuatu yang ingin diketahuinya untuk membuktikan kenabian Nabi Muhammad SAW. Hingga, lelaki muda tersebut berhasil menjawabnya dengan jawaban yang sesuai sifat-sifat kenabian.
Setelahnya, Bahira pun memeriksa punggung Nabi Muhammad SAW. Di sana, ia melihat stempel kenabian di antara kedua bahunya, tempat yang sesuai dengan pengetahuannya.
Setelah selesai dengan urusannya, Bahira bertanya pada Abu Thalib tentang siapa orang tua dari Nabi Muhammad SAW. Meski sebelumnya Abu Thalib sempat mengaku bahwa ia adalah ayahnya namun Bahira dengan cepat mengelak,
"Ia bukan anakmu. Tidak mungkin anak ini punya seorang ayah yang masih hidup," kata Bahira.
Lalu, Bahira pun berpesan pada Abu Thalib untuk segera membawa keponakannya itu kembali ke negeri mereka. Abu Thalib juga diminta berhati-hati kepada orang Yahudi.
"Demi Allah, kalau sampai melihat anak ini dan mengetahui apa-apa yang kuketahui, mereka akan melakukan sesuatu yang buruk terhadapnya. Sungguh, kemenakanmu ini akan memiliki kedudukan yang agung," pesannya.
Berkenaan hal ini, Rasulullah SAW sendiri pernah mengakui bahwa Allah SWT sudah menjaganya dari sifat-sifat Jahiliyah sejak kecil, termasuk saat beliau sedang bermain. Akhlaknya itulah yang juga kemudian membuat Rasulullah SAW dijuluki Al Amin atau orang yang dapat dipercaya oleh kaum Quraisy.
(rah/erd)
Komentar Terbanyak
Rekening Buat Bangun Masjid Kena Blokir, Das'ad Latif: Kebijakan Ini Tak Elegan
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa