Setelah urusan manusia di dunia berakhir, ia akan melanjutkan perjalanannya kepada kehidupan akhirat yang abadi. Untuk menuju ke sana, manusia perlu melewati sejumlah tahapan terlebih dahulu. Apa saja?
M. Quraish Shihab dalam buku Wawasan Al-Qur'an menyebutkan bahwa kehidupan setelah kematian pasti ada. Yakni kehidupan di mana keadilan dan kesempurnaan ditegakkan atas segala perbuatan yang didasarkan pilihan masing-masing selama di dunia.
Sebagaimana pernyataan Allah SWT dalam Surah Thaha ayat 15:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
اِنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَةٌ اَكَادُ اُخْفِيْهَا لِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا تَسْعٰى
Arab Latin: Innas-sā'ata ātiyatun akādu ukhfīhā litujzā kullu nafsim bimā tas'ā
Artinya: Sesungguhnya hari Kiamat itu (pasti) akan datang. Aku hampir (benar-benar) menyembunyikannya. (Kedatangannya itu dimaksudkan) agar setiap jiwa dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan.
Alam Barzah: Tahap Akhirat Pertama
Kehidupan baka yang dijanjikan oleh Allah akan dimulai saat kematian. Dengan kematian, manusia akan memasuki tahap pertama mendatangi akhirat, yaitu alam barzah atau alam kubur.
Mengutip buku Wawasan Al-Qur'an, definisi 'barzah' menurut bahasa, artinya pemisah. Adapun para ulama memberi pengertian mengenai alam barzah sebagai periode antara kehidupan dunia dan akhirat.
M. Quraish Shihab mengemukakan bahwa saat di alam kubur, seorang yang telah wafat memungkinkannya untuk melihat kehidupan dunia dan akhirat, bagaikan keberadaan dalam suatu ruang terpisah yang terbuat dari kaca.
Mengenai alam barzah ini dijelaskan dalam suatu riwayat melansir buku Makna Kematian Meuju Kehidupan Abadi oleh KH Muhammad Sholikhin:
Ketika Utsman bin Affan berhenti di kuburan, beliau menangis sampai basah janggutnya. Lalu beliau ditanya oleh budak wanita miliknya yang bernama Hani, 'Engkau mengingat surga dan neraka tidak menangis. Namun saat mengingat kubur, engkau menangis. Mengapa?'
Utsman menjawab, 'Aku mendengar Rasulullah saw., bersabda bahwa kubur adalah rumah akhirat pertama. Bila selamat di kubur, maka setelahnya menjadi mudah; bila tidak selamat di kubur, maka setelahnya menjadi lebih sulit. Aku juga mendengar Rasulullah bersabda, "Aku tidak melihat satu pemandangan pun yang lebih menakutkan dari kuburan." (HR Tirmidzi & Ibnu Majah)
1. Hari Kiamat: Peniupan Sangkakala Pertama
Dalam Surah Az-Zumar ayat 68:
وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَصَعِقَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ اِلَّا مَنْ شَاۤءَ اللّٰهُ ۗ
Arab Latin: Wa nufikha fiṣ-ṣụri fa ṣa'iqa man fis-samāwāti wa man fil-arḍi illā man syā`allāh,
Artinya: Sangkakala pun ditiup sehingga matilah semua (makhluk) yang (ada) di langit dan di bumi, kecuali mereka yang dikehendaki Allah.
Saat peniupan sangkakala ini, M. Quraish Shihab menerangkan bahwa akan adanya kehancuran alam semesta beserta isinya. Para makhluk akan mati, dan yang dikecualikan di antaranya adalah Malaikat Israfil. Sebab ia masih harus meniupakan sangkakala https://www.detik.com/tag/sangkakala yang kedua kalinya.
2. Hari Kebangkitan: Sangkakala Kedua Ditiupkan
Lanjutan ayat dari Surah Az-Zumar ayat 68:
ثُمَّ نُفِخَ فِيْهِ اُخْرٰى فَاِذَا هُمْ قِيَامٌ يَّنْظُرُوْنَ
Arab Latin: ṡumma nufikha fīhi ukhrā fa iżā hum qiyāmuy yanẓurụn
Artinya: Kemudian, ia ditiup sekali lagi. Seketika itu, mereka bangun (dari kuburnya dan) menunggu (keputusan Allah).
M. Quraish Shihab menguraikan, ketika ini manusia dari zaman Nabi Adam AS hingga manusia yang terakhir mati, seluruhnya akan dibangunkan kembali dari kuburnya. Mereka akan digiring oleh para malaikat dan penyaksi ke padang mahsyar, yang merupakan tempat berkumpul untuk pengadilan Allah SWT.
وَجَاۤءَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَّعَهَا سَاۤىِٕقٌ وَّشَهِيْدٌ
Arab Latin: Wa jā`at kullu nafsim ma'ahā sā`iquw wa syahīd
Artinya: Lalu, setiap orang akan datang bersama (malaikat) penggiring dan saksi. (QS. Qaf: 21)
يَّوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ اَلْسِنَتُهُمْ وَاَيْدِيْهِمْ وَاَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Arab Latin: Yauma tasy-hadu 'alaihim alsinatuhum wa aidīhim wa arjuluhum bimā kānụ ya'malụn
Artinya: pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS. An-Nur: 24)
3. Hari Penimbangan Amal
Kemudian terjadilah hari pengadilan Allah dikutip buku Wawasan Al-Qur'an, di mana segala perbuatan manusia diukur dengan 'timbangan' yang benar tanpa ada kesalahan sedikit pun. Dari amalan terkecil hingga yang besar semuanya ditimbang, agar tak ada yang merasa tertindas. Tercantum dalam Surah Al-A'raf ayat 8-9:
وَالْوَزْنُ يَوْمَىِٕذِ ِۨالْحَقُّۚ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِيْنُهٗ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهٗ فَاُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يَظْلِمُوْنَ
Arab Latin: Wal-waznu yauma`iżinil-ḥaqq, fa man ṡaqulat mawāzīnuhụ fa ulā`ika humul-mufliḥụn Wa man khaffat mawāzīnuhụ fa ulā`ikallażīna khasirū anfusahum bimā kānụ bi`āyātinā yaẓlimụn
Artinya: Timbangan pada hari itu (menjadi ukuran) kebenaran. Siapa yang berat timbangan (kebaikan)-nya, mereka itulah orang yang beruntung. Siapa yang ringan timbangan (kebaikan)-nya, mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.
4. Menuju Surga atau Neraka
M. Quraish Shihab menjelaskan, setelah dari padang mahsyar, manusia melanjutkannya antara ke surga atau neraka, sesuai timbangan amal mereka. Dalam sejumlah ayat Al-Qur'an termaktub bahwa perjalanan menuju keduanya terlebih dahulu melalui shirath, di antaranya pada Surah Maryam ayat 71-72:
وَاِنْ مِّنْكُمْ اِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلٰى رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا ۚ ثُمَّ نُنَجِّى الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَّنَذَرُ الظّٰلِمِيْنَ فِيْهَا جِثِيًّا
Arab Latin: Wa im mingkum illā wāriduhā, kāna 'alā rabbika ḥatmam maqḍiyyā ṡumma nunajjillażīnattaqaw wa nażaruẓ-ẓālimīna fīhā jiṡiyyā
Artinya: Tidak ada seorang pun di antaramu yang tidak melewatinya (sirat di atas neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah ketentuan yang sudah ditetapkan. Selanjutnya, Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalamnya (neraka) dalam keadaan tersungkur.
Jumhur ulama berpendapat bahwa shirath berupa jalan atau jembatan yang harus dilalui setiap orang untuk menuju surga. Adapun di bawah jalan ini, ada semua tingkatan neraka dengan apinya yang bergejolak.
Mereka yang mukmin akan melewatinya dan sampai di surga dengan berbagai kecepatan sesuai kualitas ketakwaannya kepada Allah. Sementara orang musyrik, akan terjatuh ke dalam neraka sesuai kedurhakaannya.
Wallahu a'lam.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
Indonesia Konsisten Jadi Negara Paling Rajin Beribadah