Indonesia terdiri dari masyarakat yang beragam, terlihat dari adanya sejumlah tradisi, suku, budaya, hingga agama. Tentu dalam kemajemukan ini terselip harapan agar sesama warganya bisa terus berperilaku toleran. Lalu bagaimana Islam memandang sikap toleransi ini?
Mengutip buku Tren Pluralisme Agama oleh Anis Malik Thoha, pandangan Islam mengenai toleransi terungkap dalam Surah Al-Baqarah ayat 256: "Laa ikraha fii ad-diin" artinya tak ada paksaan dalam menganut agama Islam.
Dikatakan bahwa kala diturunkannya ayat tersebut, belum dikenal adanya term toleransi. Sehingga untuk pertama kalinya Islam mengenalkan makna toleransi dari wahyu yang Allah SWT kepada Nabi SAW.
Setelah istilah ini lahir dari dunia barat, Islam memperbincangkan padanan kata yang cocok dengan kata toleransi. Kemudian digunakanlah sebutan tasamuh untuk bahasa baku dari toleransi.
Makna Toleransi dalam Islam
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa toleransi adalah tasamuh dalam bahasa Arab. Adapun makna tasamuh menurut bahasa dalam buku Berislam Secara Moderat oleh Khoirul Anwar, berarti memberi dengan kemurahan hati.
Sementara tasamuh secara istilah bisa memiliki definisi berikut;
Menghormati pendirian yang berbeda (ihtiram mauqif al-mukhalif)
Menerima perbedaan dan bersikap halus dalam berinteraksi dengan semua orang serta tidak membeda-bedakannya (qabul al-mukhtalif wa al-layyin fi al-muamalah wa 'adam al-tamyizi baina al-nas)
Ulama Muhammad Abid al-Jabiri dalam kitab Qadaya fi al-Fikr al-Mu'asir, memberi pengertian perihal toleransi dalam perbedaan beragama, yakni:
'Tidak melampaui batas atau ekstrem di dalam beragama, dan menempuh jalan kemudahan dalam beragama, yakni jalan yang terbaik, serta menghormati hak minoritas pemeluk agama dalam menjalankan keyakinannya tanpa melakukan pembatasan atau penekanan kepadanya.'
Al-Jabiri memaknai toleransi sebagai wujud penghargaan terhadap sejumlah praktik keagamaan dalam suatu agama, serta penghormatan akan banyak agama dalam masyarakat. Sebab baginya, pluralitas yang ada ini merupakan bagian dari peradaban manusia yang tak bisa dilenyapkan begitu saja.
Dengan artian, toleransi agama bukanlah membiarkan atau tidak peduli terhadap orang lain yang berbeda, melainkan memberikan rasa hormat dengan berperilaku adil, yakni memberi hak serta kewajiban yang sebagaimana perlu diberikan.
Adapun toleransi juga mengharuskan golongan mayoritas suatu agama dalam mayarakat, untuk melepaskan sikap penguasaan dan pengaruhnya yang kuat terhadap kelompok di luar mereka.
Faktor yang Mendasari Sikap Toleransi
Dalam buku Tren Pluralisme Agama, ulama Al-Qardhawi menguraikan empat hal yang melandasi kaum muslim agar berperilaku toleran terhadap kalangan selain agamanya:
Keyakinan muslim akan hak setiap manusia untuk dihormati, terlepas dari agama, bangsa, dan sukunya. Sebagaimana sikap yang dicerminkan oleh Nabi SAW dalam hadits dari Jabir bin Abdullah:
'Ketika melewati jenazah yang sedang ditandu, beliau berdiri dan menatap. Lalu seorang sahabat berkata, ' Wahai Rasulullah, ini jenazah seorang Yahudi.' Beliau menjawab, "Bukankah ia seorang manusia?" (HR Bukhari)
Memahami bahwa perbedaan manusia perihal agama merupakan kehendak Allas SWT. Sebagai hamba, tugas kita hanya perlu menjalani kehidupan dengan penuh sikap menghargai, dan yakin bahwa semua ini memiliki hikmah tersendiri.
Kalam Allah dalam Surah Yunus ayat 99:
وَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ لَاٰمَنَ مَنْ فِى الْاَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيْعًاۗ اَفَاَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتّٰى يَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَ
Arab Latin: Walau syā`a rabbuka la`āmana man fil-arḍi kulluhum jamī'ā, a fa anta tukrihun-nāsa ḥattā yakụnụ mu`minīn
Artinya: Seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah semua orang di bumi seluruhnya beriman. Apakah engkau (Nabi Muhammad) akan memaksa manusia hingga mereka menjadi orang-orang mukmin?
Tak adanya perintah untuk mengadili atau menghukum kemusyrikan orang non-muslim. Umat Islam meyakini bahwa Allah lah yang akan bertindak atas kesesatan mereka di hari akhir nanti. Sehingga tak perlu adanya konflik dalam umat beragama.
Meyakini bahwa Allah mensyariatkan hamba-Nya untuk berbuat adil dan mengajak umat lain kepada kebaikan akhlak. Bahkan Allah mengecam perilaku zalim yang ditujukan kepada non-muslim, sesuai dalam Surah Al-Maidah ayat 8:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Arab Latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ kụnụ qawwāmīna lillāhi syuhadā`a bil-qisṭi wa lā yajrimannakum syana`ānu qaumin 'alā allā ta'dilụ, i'dilụ, huwa aqrabu lit-taqwā wattaqullāh, innallāha khabīrum bimā ta'malụn
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Simak Video "Massa Aksi Bela Al-Qur'an Ancam Demo Tiap Jumat, Jika..."
[Gambas:Video 20detik]
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Satu Malam di Bulan Ramadan yang Lebih Mulia dari 1000 Bulan
Ciri-ciri Orang Munafik, Dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Hadits
Kisah Putri Rasulullah SAW yang Jalani Cinta Beda Agama