Islam mengenal adanya sifat sum'ah. Sum'ah termasuk perilaku tercela yang dilarang oleh Allah SWT. Sebab, sum'ah bisa menjadikan seseorang kehilangan pahala serta keberkahan dari amal ibadah yang dikerjakan.
Sum'ah dalam buku Dahsyatnya Ikhlas oleh Mahmud Ahmad Mustafa, berasal dari kata sami'a yang artinya mendengar. Secara istilah, sum'ah adalah melakukan amal perbuatan agar didengar oleh orang lain sehingga mendapat pujian.
Disebutkan dalam Panduan Muslim Sehari-hari karya M. Hamdan Rasyid & Saiful Hadi El-Sutha, sum'ah adalah melakukan suatu amal dan ibadah bukan karena Allah SWT, tetapi agar didengar dan diketahui oleh manusia serta berharap mendapat pujian atas perbuatan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bisa dikatakan bahwa sum'ah merupakan perilaku tidak ikhlas dalam melaksanakan amal ibadah kepada Allah SWT. Adapun amalan yang tidak dikerjakan dengan keikhlasan, maka baginya tidak ada kebaikan serta keberkahan.
Sebagaimana kalam Allah SWT dalam surah Al Baqarah ayat 264:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu licin yang di atasnya ada debu, lalu batu itu diguyur hujan lebat sehingga tinggallah (batu) itu licin kembali. Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum kafir."
Ibnu Juraij mengemukakan dalam buku Sikap Ahlussunnah Wal Jamaah oleh Ibrahim bin 'Amr Ar-Ruhaili, Allah mengingatkan hamba-Nya untuk tidak berperilaku hal yang bisa merusak kebaikan dari setiap amalan, seperti riya dan sum'ah.
Perbedaan Sum'ah dan Riya
Perilaku sum'ah sering kali disejajarkan dengan riya, karena keduanya memiliki kesamaan, tetapi ada juga perbedaannya. Melansir buku Akhlak Madzmumah dan Cara Pencegahannya oleh Rik Suhadi, bila dilihat dari definisinya, kedua sifat mempunyai makna yang hampir serupa.
Riya adalah memperlihatkan amal saleh yang dilakukan sehingga bisa mendapat pujian atas kebaikan yang dilakukan. Contoh riya seperti seseorang yang bersedekah di hadapan orang lain dengan nominal besar agar dipuji. Namun, saat tak ada orang lain, ia enggan untuk mengeluarkan rezekinya di jalan Allah SWT.
Sementara itu, sum'ah yaitu melakukan amal ibadah yang dimaksudkan agar orang lain bisa mendengar dan memberi pujian baginya. Sifat sum'ah seperti membaca Al-Qur'an dengan suara lantang agar orang lain bisa memuji kebagusan suara dan cara pembacaannya.
Jenis-jenis Sum'ah
Sum'ah terdiri dari dua jenis, melansir buku Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Kemaslahatan Manusia karya Syeikh 'Izzudin Ibnu Abdis Salam berikut di antaranya.
- Tasmi'us shiddiqin atau sum'ah yang mengandung kebenaran
Maksudnya bila seseorang mengerjakan amal karena Allah SWT, lalu memperdengarkannya kepada orang lain agar mendapat kemuliaan serta kehormatan. Sum'ah jenis ini jelas pelarangannya dalam Islam.
- Tasmi'ul kadzibin atau sum'ah yang mengandung dusta
Sum'ah jenis ini seperti orang yang mengatakan bahwa dirinya telah melakukan amal ibadah kepada khalayak supaya dipuji, tetapi padahal perkataan itu hanya kebohongan belaka. Dikatakan bahwa sum'ah satu ini lebih dilarang, karena bukan hanya bersifat tercela tetapi juga berbohong.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi