Menurut bahasa, najis adalah segala sesuatu yang kotor. Sedangkan menurut syariat Islam, najis adalah sesuatu yang dianggap kotor oleh orang yang memiliki tabiat yang selamat (baik) dan selalu menjaga diri darinya.
Dilansir dalam Buku Lengkap Fiqh Wanita oleh Abdul Syukur al-Azizi, apabila pakaian terkena najis, seperti kotoran manusia dan kencing maka harus dibersihkan karena mengakibatkan ibadah (misalnya sholat) tidak sah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbedaan Najis dan Hadas
Abdul Syukur al-Azizi juga menjelaskan terkait perbedaan najis dan hadas. Biasanya, najis ditemukan pada badan, pakaian dan tempat serta bentuknya konkret. Sedangkan hadas hanya kita temukan pada badan dan bentuknya terbilang abstrak serta menunjukkan keadaan seseorang.
Misalnya ketika seseorang selesai berhubungan badan (jima'), ia dalam keadaan hadats besar. Saat kentut, ia dalam keadaan hadas kecil. Sedangkan apabila pakaiannya terkena air kencing, maka ia berarti terkena najis.
Jika dilihat dari beratnya najis dibagi menjadi tiga golongan. Yaitu ada najis berat, sedang dan ringan. Pada pembahasan kali ini, detikHikmah akan menjelaskan tentang najis ringan atau yang disebut dengan najis mukhaffafah.
Melansir pada buku Panduan Praktis dan Lengkap Menuju Kesempurnaan oleh Ust. Abu Sakhi, najis mukhaffafah atau najis ringan merupakan najis yang cara menyucikannya sangat ringan. Dasar dari najis ini dijelaskan pada hadits yang menjelaskan sebagai berikut,
عَنْ أُمِّ قَيْسٍ بِنْتِ مِحْصَنٍ أَنَّهَا أَتَتْ بِابْنٍ لَهَا صَغِيرٍ لَمْ يَأْكُلِ الطَّعَامَ إِلَى رَسُوْلِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَأَجْلَسَهُ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِيْ حِجْرِهِ فَبَالَ عَلَى ثَوْبِهِ فَدَعَا بِمَاءٍ فَنَضَحَهُ وَلَمْ يَغْسِلْهُ.
(رواه البخاري)
Artinya: "Diceritakan dari Ummu Qois ia datang menemui Rasulullah. Dengan membawa anak kecil yang tidak mengkonsumsi (selain susu), kemudian ia meletakkan anak kecil tersebut di pangkuan Rasulullah. Setelah dipangku oleh Beliau, anak kecil tersebut kencing di baju Beliau. Kemudian meminta diambilkan air, dan oleh Beliau air itu dipercikkan ke bajunya, tanpa membasuhnya."
Jenis najis yang termasuk pada najis mukhaffafah hanya satu, yaitu air kencing bayi laki-laki yang belum makan apapun kecuali air susu ibu. Tetapi, jika bayi laki-laki tersebut sudah mengonsumsi makanan selain air susu ibu, maka air kencingnya sudah bukan najis mukhaffafah, melainkan menjadi najis sedang atau mutawassithah.
Berbeda dengan air kencing bayi perempuan hanya meminum air susu ibu yang hukumnya bukanlah najis ringan, tetapi najis sedang.
Melansir pada buku Fiqih Islam Wa Adillatuhu oleh Wahbah Az-ZUhaili, najis mukhaffafah dimaafkan dalam sholat jika kadar yang mengenai pakaian ataupun anggota tubuh seperti tangan dan kaki itu sekedar seperempat saja. Kadar tersebut dipertimbangkan untuk kemudahan banyak orang.
Cara Menyucikan Najis Ringan
Mengutip pada buku Fiqh Kajian Tematik Ibadah, Perdata, dan Pidana Islam oleh Ainul Yaqin, M.A, cara penyucian najis ringan (najis mukhaffafah) ini adalah dengan cara meratakan air dengan kuantitas yang lebih banyak daripada air kencing bayi laki-laki tersebut yang sekiranya zat dan sifatnya hilang.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi